⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰
Pria berambut pirang terlihat sedang bertengkar dengan pria berkulit hitam. Dari percakapan mereka, tampaknya pria berambut pirang itu tidak menyukai kehadiran pria berkulit hitam di dalam bar tersebut, jadi ia ingin mengusirnya.
Nathan melihat pria berambut pirang itu sepertinya sedang mabuk.
Bartender melihat ke arah tatapan Nathan. Ia pun berujar, "Itu sering terjadi di sini."
"Dia pikir ini tahun berapa? Sekarang sudah abad ke-21," ucap Nathan.
Pria berambut pirang itu mendecih. Ia mengambil botol dan bersiap memukul kepala pria berkulit hitam, tapi seseorang menahan tangannya.
Kedua pria itu menoleh, ternyata Nathan yang menahan tangan pria berambut pirang itu.
"Siapa kau? Kenapa kau ikut campur urusanku?!" gerutu pria itu.
"Bung, sebaiknya kau minum dengan tenang." Nathan menepuk bahu pria berambut pirang yang sedang mabuk berat itu.
Tanpa diduga, pria itu pun duduk dan kembali minum dengan tenang.
Nathan menepuk lengan pria berkulit hitam agar ikut bersamanya. Tampaknya pria itu pun bersedia minum bersamanya. Bartender Asia menuangkan minuman ke dalam dua gelas.
"Siapa namamu? Sepertinya aku baru melihatmu," kata pria berkulit hitam itu.
"Namaku Nat.... namaku Simon," Nathan menyamarkan namanya. Ia khawatir jika dirinya akan tertangkap dengan mudah oleh polisi jika ia menggunakan nama aslinya di kota itu.
"Namaku Martell, senang bertemu denganmu," kata pria berkulit hitam itu.
"Senang bertemu denganmu juga," ucap Nathan.
"Pria kulit putih itu sedang mabuk berat. Dia mengira aku pria yang menjadi selingkuhan ibunya. Jadi, dia ingin mengusirku," kata Martell. Yang ia maksud adalah pria berambut pirang yang tadi bertengkar dengannya.
Bartender menimbrung, "Dua hari yang lalu dia mabuk berat dan mengusir pria kulit hitam lain dan mengucapkan kalimat yang sama."
"Dia pasti memiliki masa lalu yang kelam." Nathan menunduk. Ia teringat dengan masa lalunya yang juga kelam.
Martell mengangkat gelas. Nathan juga mengangkat gelasnya. Mereka bersulang.
Seorang wanita cantik berpakaian minim menghampiri Nathan dan Martell. Wanita itu memainkan rambut merahnya yang kriting.
"Apakah kau membutuhkan teman malam ini?" Wanita itu memeluk lengan Nathan.
Nathan tersenyum bodoh. Entah tersenyum untuk apa, tapi sepertinya ia sudah mabuk. Apalagi saat melihat kecantikan wanita di depannya.
Wanita berambut merah itu juga tersenyum. Ia beralih pada Martell.
"Bagaimana denganmu? Kau sering datang ke mari, tapi tidak pernah menghabiskan malam denganku." Wanita itu merayu Martell.
"Apakah malam ini kau tidak ada teman kencan, Nienna?" tanya Martell sembari merangkul pinggang wanita yang bernama Nienna itu.
"Tidak ada." Nienna melirik ke arah bartender yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.
"Siapa nama pria ini?" Nienna bertanya pada Martell sembari menunjuk Nathan.
"Simon," jawab Martell.
"Simon, kau baru di sini?" tanya Nienna.
Nathan mengangguk.
"Kau tinggal di mana?" Nienna tampak antusias mewawancarai Nathan.
"Aku tidak punya rumah, aku nomaden," jawab Nathan dengan polosnya. Ia terlihat sedih.
"Oh, begitukah?" Nienna membelai lembut rambut Nathan.
Nathan terkekeh senang. Ia menggenggam tangan Nienna yang menyentuh rambutnya.
"Apakah kau akan tinggal di sini mulai sekarang?" tanya Nienna serius.
Nathan mengedikkan bahunya. "Entahlah, aku tidak bisa menghilangkan kebiasaanku yang nomaden."
Tampaknya Nathan sudah mulai mabuk. Ia meletakkan dahinya ke atas meja.
Nienna beralih pada bartender. "Hideo, apa kau tidak ingin membuat minuman untukku?"
Bartender bernama Hideo itu menuangkan minuman ke dalam gelas. Nienna meminumnya.
Tiba-tiba Nathan terbangun dan bangkit dari kursinya membuat Martell, Hideo, dan Nienna menoleh padanya.
"Kau mau ke mana?" tanya Martell dan Nienna berbarengan.
"Toilet." Nathan berlalu ke kamar mandi sambil sempoyongan.
"Kau membutuhkan bantuan?" tanya Nienna.
Nathan mengibaskan tangannya sebagai jawaban. "Tidak perlu, duduklah, Nona cantik."
Nienna hanya tersenyum. Ia pun duduk di kursi yang sebelumnya diduduki oleh Nathan.
Setelah buang air kecil, Nathan mencuci wajahnya. Kemudian ia keluar dari kamar mandi.
Nathan melihat seorang wanita berambut pirang sedang dilecehkan di sudut kamar mandi pria oleh kedua pria yang sepertinya tengah mabuk berat.
Wanita itu tampak ketakutan dan meminta tolong pada pria-pria yang baru keluar dari kamar mandi, tapi tampaknya mereka tidak mau menolong. Mereka tidak ingin berurusan dengan kedua pria bertubuh tinggi besar itu.
Nathan memberanikan diri menegur kedua pria itu. "Bung, jangan mengganggunya."
Kedua pria mabuk itu menoleh pada Nathan.
Salah satu dari mereka mendorong dada Nathan. "Kau berani ikut campur urusan kami?"
Karena kedua pria itu dalam keadaan mabuk, Nathan bisa dengan mudah mengelabui mereka dan membawa gadis itu pergi.
"Kau baik-baik saja?" tanya Nathan.
Wanita berambut pirang itu menganggukkan kepalanya.
Jam menunjukkan pukul 1 malam. Nathan keluar dari bar. Ia terlihat pusing dan sempoyongan karena mabuk berat.
Sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca mobil turun. Ternyata yang mengendarai mobil tersebut adalah wanita pirang yang tadi ia selamatkan.
"Kau butuh tumpangan?" tanya wanita itu.
"Aku akan memanggil taksi," tolak Nathan.
"Tidak apa-apa, aku akan mengantarmu. Di mana rumahmu?" Wanita itu memaksa Nathan untuk menerima kebaikannya.
Akhirnya Nathan mengalah. Ia memasuki mobil wanita itu. "Aku bermalam di sebuah penginapan."
Mobil wanita itu melaju melewati bangunan penginapan. Nathan yang setengah sadar mengernyit bingung.
"Kau sudah melewatinya barusan," ucap Nathan.
Wanita itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Nathan.
Mobil wanita itu berhenti di sebuah pelataran rumah. Ia keluar dari mobil kemudian memapah Nathan dan membawanya ke dalam rumah.
Di kamar, Nathan dibaringkan di tempat tidur. Wanita itu membuka pakaiannya hingga telanjang di depan Nathan. Tentu saja itu membuat Nathan terkejut.
Wanita itu menaiki ranjang dan menghampiri Nathan. Ia membelai lembut wajah tampan pria itu.
"Aku hanya ingin berterima kasih atas apa yang kau lakukan di bar. Kau telah menolongku," ucap wanita itu.
Ketika Nathan membuka mulutnya untuk berbicara, tiba-tiba wanita itu mencium bibir Nathan dengan penuh penuntutan.
Nathan terdiam sejenak kemudian ia membalas ciuman wanita itu dan memeluk tubuh polosnya.
Wanita itu membuka pakaian Nathan. Tangannya dengan lembut menyentuh dada Nathan kemudian ia mencakar dada pria itu hingga berdarah.
Nathan berteriak karena kaget.
Wanita itu tidak berhenti. Ia menancapkan kukunya yang tajam ke dada Nathan lalu merobek kulitnya hingga cairan kental berwarna merah keluar dari robekan tersebut.
Nathan meronta dan menjauh dari wanita itu. "Apa yang kau lakukan?!"
Wanita itu tersenyum cantik. "Aku ingin diamond dalam tubuhmu."
Nathan mengernyit. Darahnya yang mengalir berubah warna menjadi hitam. Untuk pertama kalinya Nathan melihat fenomena itu. Cairan kental berwarna hitam itu memiliki aroma yang mirip dengan darah.
"Berikan diamond itu padaku." Wanita itu menghampiri Nathan.
Namun, Nathan menghindari wanita itu.
Warna mata wanita itu berubah menjadi merah. Nathan menjadi diam. Ia menatap kosong ke depan seperti terhipnotis.
"Mendekatlah," kata wanita itu.
Nathan mendekat sesuai perintah wanita itu.
⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰
12.00 | 4 Oktober 2016
Penulis Asli : Ucu Irna Marhamah