Doyoung masih belum bisa berjalan karena ulah Taeil, dan Taeil hanya menggendong Yangyang yang sudah bangun dan diantar ke kamar mereka.
Doyoung menonton bersama Yangyang waktu itu, jadilah Taeil yang memasak sarapan pagi itu untuk mereka bertiga.
" Bunaa, liatt " panggil Yangyang dengan suara pelan.
Doyoung melihatnya dan tertawa bersama Yangyang, mereka kali ini menonton sebuah film bukan mendengarkan lagu anak-anak.
" Hai? sorry jika lama " ujar Taeil yang datang sambil membawakan nampan berisi sarapan untuk mereka berdua serta miliknya.
" Kamu masak apa? " tanya Doyoung yang kepo kepadanya.
" Makanan simple saja, hanya oatmeal, buah dan susu " balas Taeil yang duduk di kasur dan memberikan nampan itu kepada Doyoung.
" Thanks ya, udah lama ga makan ini " kata Doyoung yang senang mendengarnya.
Taeil hanya tersenyum melihat itu, Yangyang memberhentikan filmnya dan mulai makan, hal itu sudah di ajarkan oleh Doyoung supaya fokus makan dan tidak melakukan hal lain saat makan.
Yangyang menghabiskan semua makanannya meskipun berantakan, Doyoung juga menghabiskannya makanan miliknya.
Ketika semuanya sudah habis, Taeil kembali ke dapur dan mencuci yang kotor tadi, dia tak ingin ada yang kotor di rumahnya.
Taeil sendiri kurang menyukai yang kotor, apalagi rumahnya sendiri dan dia kembali ke kamar, melihat Doyoung dan Yangyang yang melanjutkan film itu.
Taeil memilih menemani mereka, untungnya kerjaannya sudah diselesaikan oleh sekretarisnya, dia duduk di sebelah Taeil saat ini.
( Benar-benar keluarga berencana wkwk ) - author.
Jujur saja Taeil tak melihat film itu tapi melihat Doyoung yang tiba-tiba menjadi manis, entah mengapa dia ingin melihat Doyoung saat itu.
" Ngapain? kok liatin aku? " tanya Doyoung pelan yang sadar jika Taeil melihatnya sedari tadi.
" Emang salah liatin kamu? " tanya Taeil balik kepadanya.
" Ya ngga, tapi aku kan cuman nanya aja sama kamu " balas Doyoung yang masih melihat Taeil.
Taeil tak menjawabnya, dia terlarut dalam wajah manis milik Doyoung saat itu, ada rasanya dia ingin menciumnya namun masih ada Yangyang disana.
" I can't love you in the dark babe, it's hard to say if i don't love you " lanjut Taeil yang membuat Doyoung langsung terdiam.
Dia tak pernah mendapatkan perkataan seperti itu dari orang lain apalagi orang tuanya, dia baru mendapatkannya dari Taeil saja.
" Me too, i also can not lie about the matter of heart and love " ucap Doyoung dengan pelan namun itu di dengar oleh Taeil.
Air mata Doyoung keluar secara tiba-tiba, dia tak menyangka jika ada yang mengatakan itu kepadanya secara tulus.
Taeil mengelus kepalanya, dia tak tahu jika orang tua Doyoung sudah lama bercerai, dan dia juga tak tahu apa alasan Doyoung menangis.
Dia hanya bisa mendiamkannya, dia tak ingin membuat suasana menjadi sedih namun apa yang dia katakan itu benar-benar membuat hati Doyoung terharu.
" Jangan nangis, kamu selalu istimewa di mata saya " ujar Taeil yang membuat tangisan Doyoung berhenti.
Doyoung mengangguk sebagai jawabannya, dia mengelap air matanya yang sudah deras waktu itu dan Taeil sedikit tertawa kecil kepadanya.
Ternyata Yangyang tertidur saat itu, Taeil memindahkannya ke kamar Yangyang, dia kembali dan memeluk Doyoung secara erat dan tiba-tiba.
Doyoung kaget dan membalas pelukan itu, pelukan hangat itu membuat Doyoung benar-benar tenang.
Doyoung mengelus kepala Taeil yang menidurkan kepalanya itu di atas perut Doyoung, dia tersenyum saat melihat Taeil yang memilih tidur.
" Morn kiss masih bisa kan? " tanya Taeil tiba-tiba.
" Eumm ga dulu deh " jawab Doyoung dengan cepat.
" Kenapa? saya salah lagi? " tanya Taeil balik dan langsung melihat Doyoung.
" Iya, bibir aku selalu luka gara-gara kamu doang " balas Doyoung akhirnya.
" Ayolah babe, saya rindu bibir mu " lanjut Taeil yang kekeh meminta itu.
" Ngga, aku ga mau ngasih nanti luka lagi bibir akunya " sahut Doyoung yang marah seperti anak-anak.
Taeil langsung duduk saat itu, dan mengatakan " Ayolah, hanya sebentar saja Doy " namun Doyoung kekeh tak ingin memberikannya.
" Ngga mau, bibir aku sakit lagi nantinya " ujar Doyoung yang tak membolehkan sama sekali akhirnya.
Taeil menurutinya kali ini, padahal dia menunggu itu sedari tadi tapi karena Doyoung tak membolehkannya mau tak mau dia harus menerimanya.
Setidaknya Doyoung masih memperbolehkannya untuk memeluknya saat itu, dia menarik pinggul Doyoung dan memeluknya erat.
Doyoung membalas pelukannya, dia tidur di bawah kepala Taeil yang tepatnya wajahnya berhadapan dengan leher milik Taeil saat itu.
" Tae! jangan erat banget dong, aku ga bisa nafas tauu " kata Doyoung yang merasa sesak karena Taeil memeluknya dengan erat.
" Iya-iya " jawab Taeil yang melonggarkan pelukannya itu.
" Doy, i just want ask something to u, can u answer it? " tanya Taeil yang membuat Doyoung spontan menjawab.
" Tanya aja " lanjut Doyoung yang mendengarnya.
" Do u love me? " tanya Taeil yang membuat Doyoung sedikit aneh.
" Yes I do, why you ask me that? " lanjut Doyoung yang menatapnya.
" Why are u always being talkative when u are with me? " tanya Taeil lagi kepadanya.
" Ya aku jarang punya teman soalnya, dan juga pas masa sekolah atau kuliah aku lumayan pendiam karena males ngomong " jelas Doyoung panjang lebar kala itu.
" So can i get your lips now? " tanya Taeil yang membuat Doyoung kembali ke alasannya tadi.
" Ngga, ga boleh " ujar Doyoung akhirnya yang langsung menutupi dirinya dengan selimut.
" Oh f*ck, why i cant get it? " batin Taeil yang benar-benar kesal kali ini karena tak mendapatkan itu.
" Ayolah babe, masa itu saja tak boleh " timpal Taeil yang memeluknya.
" Bibir aku selalu bengkak karena kamu Taeil. " ujar Doyoung yang membuat Taeil langsung menindihnya.
" Oh jadi sekarang masih berani memanggil nama saya? baiklah, terima ini " lanjut Taeil yang langsung mencium bibir Doyoung dengan kasar.
Doyoung kaget dan dia mencoba memberontak tapi Taeil tak mau, dia benar-benar kelewat kesal namun tak mengatakannya kepada Doyoung.
" U-uhh Tae... " sela Doyoung yang tak mendapatkan celah untuk mengambil nafas.
Taeil melumat bibir itu dengan kasar tapi tak membuatnya luka, Doyoung tak sanggup lagi membalas lumatan kasar itu.
Akhirnya Taeil melepaskannya, melihat deru nafas Doyoung yang terputus-putus karena hal itu saja, Doyoung lupa jika dia pernah mengatakan seperti itu dan mendapatkan hal yang serupa.
" Kan bibir aku sakit jadinyaa " ucap Doyoung yang mengusap bibirnya.
" Salah sendiri, kebiasaan nyebut nama saya seperti itu " jelas Taeil dengan datar.
" Kok marah sih! kamunya aja yang ga terima " lanjut Doyoung yang ikutan marah mendengarnya.
" Lain kali jangan bilang seperti itu lagi jika kamu tak menginginkan bibir luka dan bengkak " ujar Taeil yang akhirnya memeluk dia lagi dan tertidur.
Doyoung juga memilih tidur saat itu, dia tak bisa marah kepada Taeil karena sudah terjadi dan mau tak mau dia harus merasakan sakit di bibirnya itu karena ulah Taeil.