Follow Indiyalsa_
📌 Rayana ready Pdf chapter 11-12-13-14-15-16....
Per chapter 2500.
Pembayaran bisa via 👇
Di karyakarsa juga ada ya. @indiyalsa_
Met malam Minggu guys, maaf baru update, Indi sibuk banget ...
Jan lupa vote and komen....😭
----
Raya baru saja menyelesaikan masakan nya di bantu mbok inah.
"Nyonya iku wes ayu, jago masak maneh."
"Ha?" Raya terbengong mendengar ucapan mbok Inah barusan. Ia memang tidak bisa bahasa jawa. Raya kecil sampai besar tinggal di Jakarta.
"Kata mbok, kamu udah cantik, jago masak lagi." Ucap suara yang berasal dari arah tangga.
"Pak Ben," Kaget Raya.
"Iya bener mas Ben." Jawab Mbok Inah dengan logat jawa nya.
Raya tersipu, ia pun berdehem untuk menetralkan rasa gugup nya, walau hanya mengartikan ucapan mbok Inah, tapi entah mengapa terdengar seperti Ben lah yang memuji nya. Lucu bukan.
"Ehem, sa-sarapan dulu pak."
Ben tersenyum lalu berjalan mendekati Raya yang berdiri di samping meja makan.
Cup
Mata Raya mendelik saat sebuah benda kenyal mendarat di kening nya. "Pagi istri ku." Sapa Ben seraya tersenyum manis.
Deg deg deg deg.
Lagi, jantung Raya lagi-lagi berdebar sangat kencang. Astaghfirullah, apa barusan?
"Napas Raya."
"Ah, ohh i-iya." gagap Raya, bagamana ia bisa sampai lupa bernapas?
Ben dan mbok inah terkekeh bersamaan.
"Romantis nya penganten baru," Goda mbok Inah yang lagi-lagi membuat pipi Raya merona.
"Kamu yang masak?"
"I-iya, sa-saya nggak tau pak Ben akan suka atau tidak."
Ben manggut-manggut lalu duduk di kursi nya, Raya dengan cekatan segera mengambilkan nasi untuk Ben beserta lauk nya. Awal nya Raya berniat membuatkan roti untuk Ben, namun kata mbok Inah, Ben selalu sarapan nasi.
"Segini cukup pak?"
Ben mengangguk. "Ya, cukup."
Raya segera ikut duduk setelah mengambil makan untuk nya sendiri.
"Nanti berangkat sama saya, saya ada kelas pagi, tapi siang kamu pulang sendiri. Soalnya setelah kelas saya ada urusan di luar." ucap Ben sebelum memakan sarapan nya.
Raya menoleh ke arah Ben. "Ah, saya berangkat sendiri saja pak. Takut ada yang lihat."
Menghela napas, Ben pun mengangguk lalu segera memakan sarapan nya. "Enak," Ucap nya setelah menguyah dan menelan makanan nya. "Bener kata mbok, kamu jago masak."
Mendapatkan pujian lagi dari Ben membuat pipi Raya kembali memerah, oh ayolah, ini masih pagi, dan Raya sudah di buat melayang amat sangat tinggi.
"Ehem, syukurlah jika bapak suka."
Tak jauh dari mereka, mbok Inah yang menyaksikan interaksi kedua nya ikut senyum-senyum. "Aku bakal laporin ini sama nyonya besar, nyonya besar pasti suka." Gumam mbok Inah, ya seperti kata Ben, jika mbok Inah adalah mata-mata milik sang mami. Apapun yang Ben lakukan di rumah pribadi nya ini sang mami pasti akan tau. Tak lain dan tak bukan tentu saja sang mami mendapatkan laporan dari Mbok Inah.
Dulu pernah Ben membawa pulang Manda ke rumah nya, dan hasil nya sang mami langsung datang dan marah-marah bahkan mengusir Manda. Jika mengingat itu, Ben jadi merasa jika keluarga nya semua tidak ada yang suka dengan Manda. Rumah ini memang jarang Ben tinggali, karena ia memang masih tinggal satu rumah dengan mami papi nya.
***
Setiba nya di kampus, Raya berjalan memasuki area kampus seraya bersenandung kecil. Seperti nya kedua sahabatnya belum datang, Raya berjalan di koridor menuju kelas nya dengan santai, hingga tiba-tiba ada seseorang yang menarik pergelangan tangan nya.
Grep
"Ray."
"Kak Jev." Wajah Raya yang tadi ceria langsung berubah masam, ia langsung menyentak kan tangan nya agar lepas dari genggaman Jevran.
"Ray, aku pengen ngomong sama kamu."
"Apasih." Raya kembali berjalan, namun Jevran segera menghalangi nya di depan nya. "Ray, please, kasih aku waktu buat bicara, jangan hindarin aku terus." Jevran menyugar rambut nya, dan membuang napas.
yaoloh yaoloh, anak bunda ganteng banget.
"Please."
Raya masih menampilkan wajah datar nya, gadis yang sudah berstatus istri seseorang itu menghela napas panjang lalu kembali bersuara. "Mau ngomong apa?"
"Jangan di sini, ikut aku ya," Jevran meraih tangan Raya untuk ia genggam lalu pergi dari sana. Di parkiran, hal itu tak luput dari pandangan mata seorang Benedict, ia hanya menatap dalam diam lalu segera keluar dari mobil nya.
Jevran membawa Raya ke taman, lalu mengajak Raya duduk di sebuah bangku di sana. "Ray..."
Raya menarik tangan nya yang masih di genggam oleh Jevran, hal itu jelas saja membuat hati Jevran sedikit nyeri. "Maafin aku." Suara Jevran cukup pelan, namun Raya masih dapat mendengar nya dengan jelas. "Maaf,"
Raya hanya diam, jika boleh jujur, ia sudah muak dengan semua ini.
"Ray, aku sayang sama kamu." Lirih Jevran, "Maafin aku." Suara Jevran serat akan penyesalan. Namun hal itu tak membuat Raya membuka mulut nya.
Jevran menghela napas panjang lalu menoleh menatap Raya yang duduk di samping nya namun menatap ke arah lain. "Aku masih cinta sama kamu."
Cukup sudah, Raya yang pada dasar nya hanya memiliki kesabaran setipis debu jika sudah di sakiti pun langsung berdiri dan pergi tanpa sepatah kata meninggalkan Jevran yang menatap punggung nya sendu.
"Ray, maafin aku," Ulang Jevran dengan suara yang amat sangat pelan hingga hanya dia yang dapat mendengarnya.
Raya berjalan cepat, bahkan ia sedikit berlari dan memasuki sebuah kamar mandi wanita. Raya memasuki sebuah bilik, dan langsung terduduk di closed duduk dan menangkup wajah nya. "Hiksss..."
Raya terisak, ya gadis itu menangis dalam diam. Ia bahkan membekap mulut nya dan menyalakan kran air agar suara tangisan nya tidak terdengar orang lain. "Hikkkssss, hughh hikks." Dada Raya terasa sesak, kata-kata permintaan maaf dari Jevran terdengar jelas di telinga nya. "Maaf kamu bilang." Raya membekap kuat mulut nya saat tangisan nya semakin tumpah. Puas menumpahkan air mata nya, Raya segera mencuci wajah nya, ia berkaca pada kaca bedak yang ia bawa, setelah mengeringkan wajah nya dengan tisu, ia sedikit menepuk-nepuk bedak di wajah nya dan mengoleskan liptint di bibir nya agar tidak terlihat pucat. Syukurlah matanya tidak bengkak.
Raya segera keluar dari bilik kamar mandi, sampai di mana ia langsung berhadapan dengan seorang gadis yang amat sangat ia benci. "Wah, siapa nih...." Jeslin menatap Raya dari atas sampai bawah. "Si culun Rayana ternyata, haha."
Kedua teman Jeslin ikut tertawa mendengar Jeslin mengejek Raya. "Anak beasiswa ya, hahaha, jijik banget gue." Timpal teman Jeslin yang berpakaian cukup ketat.
Malas merespon, Raya berniat pergi dari sana, namun tangan nya terlebih dulu di cekal oleh Jeslin. Pundak kedua nya bersampingan. "Jangan coba-coba buat ngegoda kak Jev, atau lo bakal nanggung akibat nya." Itu adalah sebuah nada peringatan, tak ingin menjawab, Raya segera melenggang pergi sebelum ia terpancing emosi, ia tidak ingin kembali terkena masalah. Ia hanya seorang anak beasiswa, jika masalah seperti waktu itu terulang lagi, beasiswa nya bisa terancam, dan Raya tidak ingin itu terjadi.
Sesampai nya di kelas, Raya langsung menduduk kan diri nya dan menelusupkan wajah nya di lipatan tangan nya, sungguh pagi yang cukup berat untuk nya.
"maafin aku."
Raya memejamkan erat-erat mata nya, mengapa hal itu terus terngiang di telinga nya.
"Woy, masih pagi udah loyo aja lu." Lita datang bersama Friska dan langsung duduk di tempat nya masing-masing. "nape lu, belom sarapan?"
Raya mengangkat wajah nya menatap Lita dan Friska, lalu kembali menelusupan wajah nya di lipatan tangan nya.
"Nape sih lu? sariawan?" Raya masih enggan menjawab. Friska dan Lita saling pandang, lalu mengangguk bersama, mereka memutuskan untuk diam.
***
Di sisi lain, seorang wanita yang sangat cantik tengah menatap sebuah benda berwarna putih dengan garis merah di tengah nya. Wanita itu menutup mulut nya dengan tangan menggengam erat benda itu. "Ah, sial." Umpat nya.
Ia menduduk kan diri nya dengan kasar di ranjang nya. "Gimana bisa gue hamil?" Tanya nya pada diri nya sendiri. Wanita itu meremas kepala nya, "Apa yang harus gue lakuin?"
***
"Lo beneran udah nikah ndan?" Tanya Rian, salah satu sahabat Ben masa sekolah. "Anjir, bisa-bisa nya nggak ngabarin kita lo."
Ben menekan kening nya, kini ia tengah berkumpul dengan teman masa sekolah nya. "Cerita nya panjang."
"Terus Manda?" Tanya seorang bernama Askana.
Ben menggigik kan bahunya, "Gue masih nggak tau dia di mana."
Mereka bertiga tengah berada di ruangan private sebuah restoran bintang lima.
"Terus yang lo kawinin siapa anjir."
"Nikah goblok!" Sarkas Askana pada Rian yang memang pada dasar nya suka ngablak jika bicara.
"Mahasiswi gue."
"Uhuk uuk uhuk..." Askana dan Rian tersedak saliva mereka bersamaan.
"A-apa?"
Ben menghela napas amat sangat panjang. "Cuma ini cara yang melintas di otak gue, dia lagi butuh duit, dan gue butuh jasa dia.'
"Tunggu-tunggu, maksud lo-"
"Hm, gue nikah kontrak sama dia."
"Anjing!" Umpat Askana dan Rian bersamaan.
"Lo gila ndan?" tanya Rian, pria tampan itu menggeleng tak percaya dengan apa yang barusan sahabat nya ucap kan.
Ben lagi-lagi menghela napas. "Oma gue nggak mau nama keluarga gue tercoreng karena Manda yang kabur satu bulan sebelum pernikahan kita, oma punya penyakit jantung, dan selain karena gue nggak mau mami papi gue nanggung malu karena gue yang di tinggal kabur Manda, gue juga takut kalau kesehatan oma bakal menurun." Ucap Ben mencoba menjelaskan situasi nya.
"Ya tapi nggak harus pake nikah kontrak juga goblok, terus gimana sama resepsi lo anjing." Rian yang pada dasar nya hanya memiliki kesabaran yang sangat tipis pun merasa gemas dengan apa yang sudah Ben lakukan.
Resepsi.
Ben menyandarkan punggung nya pada sofa yang ia duduki. Bulan depan adalah resepsi pernikahan nya dan Manda. Ya, hampir semua kolega nya sudah tau itu walau undangan belum sempat tersebar, namun gosip jika pewaris AA Company itu akan menggelar resepsi sebulan setelah pernikahan nya sudah terdengar di semua telinga kolega besar nya.
"Udangan nya gimana?" tanya Askana, ia tak mau menyudutkan Ben seperti apa yang Rian lakukan.
"Undangan udah mulai di sebar, untung nya nama Manda nggak tertera di undangan nya." memang benar jika undangan itu tanpa nama mempelai perempuan. Mengingat jika Manda adalah seorang model, wanita itu tidak mau jika ia ketahuan sudah menikah dengan alasan karir nya akan meredup jika ia ketahuan sudah menikah.
"Terus, cewek yang lo nikahin udah tau soal resepsi ini?"
Ben menggeleng, ia memang belum memberitahu Raya soal resepsi yang akan di adakan bulan depan.
"Dah lah, capek gue," Rian sudah malas berfikir.
"Oh, Satria nggak ikut?" Tanya Ben mencoba mengganti pembahasan mereka.
"Istri nya hamil gede, Bang sat nggak tega ninggalin Lia, padahal kata nya di rumah nya Lia udah ada temen nya." Ucap Rian memberi tahu.
"Temen?" tanya Askana.
"Ya, Lia ngajak adik angkat nya tinggal sama mereka, gue nggak tau pastinya sih tapi."
Ben dan Askana mengangguk dan pembicaraan mereka pun mengalir begitu saja.
Tbc......
Bonus cast.
Rayana Kinanti Putri.
Benedict Orlando Andrasena.
Jevran Alexander.
Huhu, ayang aku ganteng banget ciih.