Akhirnya dimalam hari berikutnya, Enau dan Raja Mirian kemudian menghadiri perjamuan makan malam yang diadakan oleh Raja Wang Ai II.
Enau sudah bersiap diri dengan Raja Mirian. Nampak Enau terlihat sangat berbeda.
"Sayang? Kau..kau tampak..ehem.." Kata Mirian.
"Apa huh? Aku hanya ingin tampil berbeda saja." Kata Enau dengan ketus.
Enau yang tetap berpakaian serba gelap itu mengikat rambutnya kesamping. Ia menjadi lebih terlihat cantik dan anggun.
"Harusnya kau memujiku tampan Mirian!" Kata Enau sambil melihat dirinya di depan cermin.
"Ehem.. dibanding tampan kau.. emm...nampak indah!" Kata Raja Mirian sambil memeluk pinggang Enau dari belakang. Ia sengaja tidak memakai kata cantik, karena Enau pasti marah akan hal tersebut.
Enau memutar matanya malas.
Enau dalam pandangan Raja Mirian
(Ilustrasi by Pinterest)
Giliran Raja Mirian yang bersiap. Ia mengenakan pakaian tradisional Kerajaan Gravi. Baju bagian depan terdapat sebuah liontin batu merah delima yang sangat cantik. Batu merah delima itu adalah peninggalan ayahnya Raja Mohr. Terlihat semburat kemerahan pada matanya. Raja Mirian sangat bangga melihat dirinya sendiri.
"Ehem.. sayang, apakah aku terlihat sempurna?" Kata Raja Mirian sambil sesikit menggoda Enau.
"Mirian? Kau apakan rambutmu?" Kata Enau penasaran.
"Yaah.. menurutku rambut merah terlalu mencolok. Jadi aku sedikit mengubahnya menjadi kecoklatan. Ahahaha.." Kata Raja Mirian sambil tertawa terbahak-bahak.
Jika di negara Albus Luna seluruh rakyatnya berambut putih, kebalikannya jika keturunan murni Kerajaan Gravi yang memiliki mage, rambutnya akan berwarna merah. Raja Mirian sebenarnya kurang menyukai rambut merahnya karena sangat mencolok, makanya ia sering mewarnai rambutnya dengan warna-warna gelap seperti hitam atau cokelat.
Raja Mirian
(Ilustrasi by Pinterest)
"Hahaha... Aku memang sengaja memakai efek dari bunga flywood yang kau bawa sayang. Lihat! Warnanya cokelatnya lebih bagus bukan? Daripada aku menggunakan warna hitam dari daun saga?" Kata Raja Mirian dengan enteng.
"Dasar bodoh Mirian!" Kata Enau sambil mencubit lengan Raja Mirian.
"Eh.. aduh.. sayang.." Raja Mirian seketika ingat bahwa mereka terbang dari Kerajaan Gravi menggunakan bunga flywood. Sekarang, bunga flywood telah habis untuk mewarnai rambut Raja Mirian.
"Haish" Raja Mirian berdecak kesal.
"Sudahlah tidak apa-apa. Aku akan memanggil Lima untuk membawa bunga flywood tambahan." Kata Enau sambil beranjak dari tempatnya.
Raja Mirian benar-benar seperti anak anjing yang merasa bersalah kepada tuannya.
"Enau sayang, kau marah?" Kata Raja Mirian dengan puppy eyes nya.
"Haish, sudahlah Mirian, mari kita berangkat. Hari sudah semakin gelap." Kata Enau.
"Eve?" Kata Enau berpapasan dengan Eve di koridor.
"Sale mau kemana malam-malam begini?" Kata Eve.
"Hahaha... Kami ingin menghadiri perjamuan makan Raja Wang Ai II." Kata Raja Mirian dengan muka isengnya.
Eve agak terkejut. Semua perjamuan yang diadakan Raja Wang Ai II pasti mempunyai niat terselubung. Eve dan Jenderal Hubei pernah menjadi korbannya.
Raja Mirian yang melihat Eve agak cemas kemudian mencoba meyakinkan Eve bahwa tidak akan terjadi apa-apa.
"Tenanglah Eve, ada aku yang menjaga Enau. Haha.. siapa yang berani melawan Raja Gravi huh?" Kata Raja Mirian dengan cengengesan.
Eve menghela napasnya.
"Baiklah kalau begitu, berhati-hatilah Yang Mulia, Sale." Kata Eve.
🌾🌾
Raja Mirian dan Enau akhirnya sampai di Istana Kerajaan Barat.
"Oh wow, renovasi akibat gempanya cepat juga ya..hahaha." Kata Raja Mirian sedikit mengejek.
"Salam Yang Mulia Mirian." Kata salah satu kasim yang menyambut mereka.
"Anda sudah ditunggu Yang Mulia Wang Ai II di dalam aula besar." Kata kasim.
Akhirnya mereka masuk kedalam aula besar.
"Hahaha... Raja Mirian, lama tidak bertemu sobat!" Kata Raja Wang Ai II mencoba akrab.
Raja Wang Ai II.
Raja Mirian menaikkan alisnya bingung.
"Eh.. Eve kenapa kau ada disini?" Kata Raja Wang Ai II melihat Enau yang sedang berdiri dibelakang Raja Mirian.
Enau memutar matanya kesal.
"Maaf, ia bukan Eve Raja Wang Ai II, ia Enau kakak dari Eve." Kata Raja Mirian.
"Hah? Sungguh?" Kata Raja Wang Ai II tidak percaya.
Tiba-tiba datanglah Asil bersama Huanghou Yin memasuki aula besar.
"Salam Yang Mulia Raja Wang Ai II, Salam Yang Mulia Raja Mirian." Kata Asil dan Vinyina.
Asil cukup senang dengan rencana yang ia buat. Ia mendengar informasi dari mata-mata pelayan 6 bahwa Enau datang bersama Raja Mirian.
Asil menyeringai melihat Enau.
Enau berbalik menatap dengan tatapan tajam dan dingin.
"Hahaha mari-mari.." Kata Raja Wang Ai II.
"Raja Mirian, tak kusangka kau ternyata juga menginginkan kekuatan jantung permata .. hahaha... Kukira kau tidak ambisius, melihat tingkahmu yang selalu sembrono dan tidak pernah serius." Kata Raja Wang Ai II.
"Heh.." Kata Raja Mirian menyeringai meledek.
"Maaf Yang Mulia.." Asil berbisik ke telinga Raja Wang Ai II, memberitahu bahwa Enau tidak dapat hamil jantung permata.
"Hahaha.. sampah!" Kata Raja Wang Ai II setelah mendengar bisikan dari Asil.
Vinyina yang duduk disebelah Raja Wang Ai II menatap kesal tamu mereka.
"Mirian? Kenapa kau mempertahankan kakak raja Albus Luna ini huh? Tidak ada untungnya! Lebih baik menikah dengan salah satu putri bangsawan Kerajaan Barat saja. Atau jika kau tidak menyukai perempuan, akan ku carikan pria muda bangsawan disini. Bukankah nantinya akan menjalin hubungan mutualisme ?" Kata Raja Wang Ai II meledek Enau.
Enau mengepalkan tangannya.
"Haha. Kapan kita akan makan Raja Wang Ai? Lihat makananya mulai mendingin." Raja Mirian mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Tawa Raja Mirian terdengar palsu dan sangat kesal.
"Haiyaa.. maafkan aku lupa, silakan makanlah." Kata Raja Wang Ai II.
Enau dengan malas mengambil sayur yang ada didepannya.
"Tuan Enau, disini terdapat banyak daging, kenapa kau hanya mengambil sayur?" Kata Asil yang duduk tepat didepan Enau.
Enau mengrenyitkan dahinya. Ia tidak peduli dan tetap mengambil sayur.
Asil terus menerus menatap Enau. Ia diam-diam mengagumi. Enau tampak terlihat cantik, namun di sisi lainnya tetap terlihat maskulin.
Raja Mirian yang melihat Asil merasa ada yang tidak beres.
"Raja Mirian, bagaiman dengan tambang emas dan besi mu, huh? Bisakah kita menjalin diplomasi agar sama-sama menguntungkan?" Kata Raja Wang Ai II.
Raja Mirian dengan enggan menjawab pertanyaan asal-asalan.
"Haish.. sepertinya aku masih bisa mengurus tambang ku sendiri. Aku terlalu pelit untuk berbagi hasil..hahaha..." Kata Raja Mirian sambil mengawasi Enau dan Asil.
Enau ingin mengambil sayur yang lain, kemudian tangannya yang sedang memegang sumpit dihentikan oleh Asil.
"Tuan Enau, cobalah anda memakan daging ini." Kata Asil sambil mencoba mengarahkan tangan Enau ke piring yang berisi daging kecap.
Enau menepis dengan kasar dan menarik tangannya dengan cepat.
Meja panjang yang mereka gunakan memanglah tidak terlalu lebar, memungkinkan untuk bersentuhan satu sama lainnya.
"Sialan." Gumam Enau.
"Raja Mirian, kudengar kau menyukai arak. Silakan minum, sudah ku hidangkan arak terbaik di negeri ini." Kata Raja Wang Ai II ketika mereka telah menyelesaikan makannya.
"Tuan Enau, apakah anda sanggup minum? Jika tidak sanggup, tidak usah diminum. Akan kami sediakan teh saja." Kata Asil mencoba perhatian.
Enau semakin tidak menyukai atmosfer di aula besar itu.
"Yang Mulia Wang Ai II, saya mohon ijin." Kata Vinyina beranjak pergi, ia marah karena merasa diabaikan.
"Hahaha... Baiklah Vinyina sayang." Kata Raja Wang Ai II.
"Apa? Tuan Enau tidak dapat minum? Hahaha kerajaanmu memanglah lemah semua!" Kata Wang Ai mengejek Enau.
Enau yang tidak terima kemudian mengambil teko berisi arak itu dan langsung meminumnya tanpa menggunakan cawan.
"Sayang.." Kata Raja Mirian sedikit khawatir.
Memang dulunya Enau pemabuk, jadi tidak masalah. Namun Raja Mirian tetap khawatir.
Asil mencoba menghentikan Enau. Namun dengan sigap Enau menghepaskan Asil hingga terjatuh di meja yang penuh makanan.
CRAKK!! PRAANG..
"Jangan berani-beraninya kau menyentuhku, huh? Apakah kau sudah bosan hidup?" Kata Enau sambil mengarahkan salah satu sumpitnya ke arah mata Asil.
"Wow..wow... Apakah ini orang ini Albus Luna betulan?" Kata Raja Wang Ai II berdecak kagum. Ia malah tidak membantu Asil.
SYUUUT.. Sumpit yang satunya melesat kearah kepala Raja Wang Ai II. Namun untunglah tidak mengenainya. Sumpit itu menancap di pilar kayu bagian belakang.
"Ya! Aku adalah orang Albus Luna asli dan aku bisa membunuh kalian." Amarah Enau mulai memuncak.
Raja Mirian yang melihat itu mencoba mencairkan suasana.
"Maaf Raja Wang Ai II, perjamuan makannya kami cukupkan disini saja. Kami pamit undur diri." Kata Raja Mirian.
Raja Wang Ai terkejut melihat aksi Enau. Raja Wang Ai II masih merasa terengah-engah. Kecepatan sumpitnya tidak main-main.
Asil mencoba bangkit. Piring disana berserakan. Namun punggungnya yang penuh luka akibat terkena pecahan piring menjadi pulih kembali. Asil memiliki kekuatan inti pohon roh netiti.
"Maafkan kelancanganku Tuan Enau." Kata Asil membungkuk memberi hormat sambil menyeringai.
Tangan Enau agak gemetar, namun ia kemudian menguatkan tangannya.
"Selama tubuhnya tidak bisa dilukai, mustahil untuk mengambil inti pohon roh Netiti" Batin Enau.
***