Hari berikutnya, tanggal 18 Februari.
Ronye duduk sambil makan siang dan sangat tahu kalau suatu kejadian yang dapat menggoyahkan harapan kecilnya.
Seorang knight kelas bawah berlari dengan wajah yang muram, lalu berlutut didepan Kiritodan berseru.
"Goblin pendatang dari gunung membunuh salah satu warga Centoria di selatan".
Di tempat Prime Swordsman dan Wakil-Prime Swordsman yang lebih berani dari yang lainnya, mereka berdua terkejut dan menarik napas cepat.Kirito tersentak sejenak, ia menaruh pisau dan garpunya lalu berdiri.
“Asuna dan Fanatio, beritahu pasukan pertahanan Dunia Manusia dan kelompok pemimpin.Lakukan misi utama, jangan dulu bertindak gegabah—dimana goblin itu sekarang, apa kau tahu?”
Pertanyaan kedua yang diberikan pada knight kelas bawah yang membawa berita ini. knight yang masih berlutut itu menjawab.
“Ya, saya mendengar dia sudah dipenjara di kantor keamanan Centoria selatan!”
“Aku mengerti, terima kasih atas laporanmu!”
Setelah Kirito menjawabnya, ia melepas jas hitamnya dan berjalan dengan langkah cepat.
Ronye yang juga ikut keheranan, berdiri dengan cepat dan berseru dari sisi lain meja bundar.
“S-saya meminta izin untuk mendampingi Anda, Prime-dono!”
Kirito berpikir sejenak lalu ia mengangguk.
“Aku terima permohonanmu. Tidak apa kan jika lewat sedikit jalan pintas?”
“Yah…um…tidak apa…”
Alis Ronye naik ke atas sambil berlari mengikutinya. Disini tidak ada jalan pintas. Lokasi Central Cathedral berada di tengah-tengah ibu kota, cukup dengan berlari ke tangga Cathedral dan meninggalkan Gerbang Selatan, sudah tiba di kota Centoria selatan, ibukota bekas pimpinan kaisar Southacroith. Fasilitas penting seperti kantor keamanan seharusnya ada disepanjang jalan utama dari Cathedral dan menembus kota. Dengan kata lain, jalan yang lurus.
Kirito tahu kalau Ronye ingin menanyakan sesuatu, ia menjawabnya dengan gerakan. Tanpa basa basi, dia pergi ke arah balkon di sisi timur aula, bukannya pintu besar di sisi selatan.
Ronye yang mengikutinya melihat ketinggian sekitar 20 lantai cathedral dan langsung
kepikiran “gak mungkin!”Tetapi, Kirito mengatakan “permisi ya” dan tangan kanannya telah melingkari tubuh Ronye,
tidak ada waktu untuk deg-degan.
Biyunn!! Suara aneh terdengar dan pemandangannya hanya terlihat cahaya hijau.
Setelah Ronye merasakan tubuhnya terangkat di udara dan ingin mengatakan sesuatu, dua
orang yang sedang terburu-buru di langit dengan gerakan yang cepat.
Cathedral sudah tertinggal dibelakang, pemandangan ibu kota di matanya. Tidak hanya cepat.itu kelihatannya kecepatannya seperti menyamai kecepatan naga terbang, dengan hembusan angin. Daya tahan angin yang menyelubungi tubuh kami dengan selaput yang terbuat dari aerial elemen, dan itu kelihatannya kami mendapat dorongan yang sangat besar dari ledakan aerial elemen dari belakang yang terus menerus.
Suara misterius terdengar lagi, dan warnanya telah kembali. dia berkedip beberapa kali untuk melawan rasa pusing, didepannya terdapat sebuah bangunan raksasa—yang tentu saja takkan
bisa dibandingkan dengan Cathedral—bangunan batu. Bentuk dinding dengan batu pasir merah yang merupakan ukiran unik di Centoria selatan.
Pintu depan yang berada di puncak batuan itu dijaga oleh 2 orang yang memakai armor tebal.Kirito berjalan lurus menghampiri mereka tanpa mencoba untuk menarik perhatian karena kemunculannya dan Ronye yang tiba-tiba.
“Nama kalian!”
Walau sudah menanyakan identitasnya, para penjaga itu menghalanginya, sehingga Ronye
berteriak secepat mungkin dibelakang Kirito.
“Kami dari Dewan Serikat Dunia Manusia!”
Para penjaga itu melihat jas khas Integrity Knight yang dipakai Ronye. Karena dia masih
magang, belum ada nomor yang seharusnya ada di tengahnya, namun untungnya cara itu
cukup efektif. Para penjaga itu kembali ke posisinya dan dengan suara yang tinggi mengetuk batu dengan senjata yang mereka pegang dan memberi jalan.
Kirito berlari melewati mereka, diikuti Ronye.
Ronye menyadari bahwa Prime Swordsman dari Dewan Serikat Dunia Manusia ini tidak
menggunakan jubah atau jas khusus hingga ke tangannya. Dia hanya menggunakan kaus
hitam dan celana hitam panjang. Sehingga taka da satupun penjaga yang menyadari
keberadaannya.
Penjaga dari kantor keamanan terkejut saat melihatnya, tetapi Kirito tetap melangkah ke
tangga basemen. Karena dia sudah tahu dimana goblin itu ditahan,Tidak, itu kelihatannya hanya pada kasus ini. Saat mereka berlari, suara jeritan aneh terdengar di telinga Ronye.
“Aku bersumpah! Aku tidak melakukan apa-apa! Tidak melihat apa-apa!”
“Berhentilah berbohong dasar kau sampah manusia!”.Suara yang tumpul dan kasar.
Di lantai 2 basemen dari kantor keamanan itu adalah penjara yang dipisahkan dengan tembok hitam. Penjaga yang baru saja dilewati sebelumnya melangkah dilantai yang penuh debu, padahal kelihatannya belum digunakan selama beberapa tahun. Para criminal yang bukan dari Dunia Manusia, dan hanya kasus yang langka saat seseorang mencoba untuk tidak mengingat ketentuan dari Taboo Index dan Hukum Fundamental Kaisar –hingga akhir- “melakukan
sesuatu yang picik” telah dirilis—sejauh ini.
Akhirnya tiba di sebuah ruangan luas tanpa palang besi. Mungkin itu tempat introgasi. Bunyi meja kayu yang berderit di tengah tengah ruangan, dan seorang yang membenamkan wajahnya adalah goblin gunung muda.
Seorang penjaga mendorong tubuh kecilnya itu kebelakang. Dan didepannya seorang pria
berdiri denga seragam kapten mengayunkan pedang panjangnya tinggi-tinggi.
“Ayo kita lihat apakah ia masih terus saja berkata bohong setelah salah satu lengannya aku tebas!”
Pedang itu berayun kebawah yang terlihat bayangannya dari cahaya lilin.
—hentikan!
Ronye mencoba berteriak, tetapi setelah itu
"Kin!" Suara yang tajam terdengar seperti suara percikan besi dari pedang kapten itu tertahan oleh pedang tak terlihat, sehingga pedangnya terlepas dari tangannya dan terlempar kedinding.Kirito mengirimkan “Sword of Mind”, senjata rahasia Integrity Knight.
Pria muda yang mengenakan setelah hitam yang bertarung dengan pedang kapten itu berlari secepat mungkin dari ruang intreogasi itu.
“Itu! Semuanya sekarang diambil alih oleh Dewan Serikat Dunia Manusia!”
“Namamu…"
Kapten yang mencari pedangnya yang jatuh, melihat kebelakang dan memandangi Kirito
dengan wajah memerah. Dengan hati-hati mengusap kumisnya dan meneriakan sesuatu dengan keras dengan matanya yang sekilas melihat bahu Ronye.
Ekspresinya tiba-tiba berubah drastic, di saat yang sama wajah memerahnya menghilang dari wajahnya. Kapten itu dan pemuda yang bersamanya berlutut dan menundukkan kepalanya dihadapan Kirito dan Ronye.
Kesempatan untuk mendapatkan penghormatan seperti ini dari orang-orang Centoria semakin bertambah. Tetapi dia tidak merasakan untuk mendapatkan semua itu. Ronye hanya seorang murid yang masih magang selama setahun 3 bulan lamanya.
Dia ikut di Pasukan Pertahanan Dunia Manusia saat Perang Dunia Asing saat itu, bertarung dengan pedangnya dan akhirnya
menjadi Integrity Knight magang, sehingga dia tak bisa menerima sesuatu seperti itu begitu saja.
Walaupun dia berpakaian seperti itu, aku tak bisa menghilangkan harapan itu. Pikir Ronye
saat melihat apa yang Kirito lakukan.Pria muda yang terlihat seperti warga yang tinggal di ibukota, pertama-tama mengangguk untuk menenangkan goblin gunung yang ketakutan itu dan bertanya padanya dengan lembut.
“Kau, siapa namamu?”
Goblin itu berkedip dibalik mata kuningnya, lalu menjawab dengan lemah.
"............Oroi"
“Oroi? Hiasan bulu itu, apa kau dari klan Uboli di bukit?”
Goblin itu mengangguk, menyentuh bulu biru dan kuning yang berada di ikat kepala kulitnya.
“Namaku Kirito, Prime Swordsman dari Dewan Serikat Dunia Manusia.”
Ketika dua penjaga yang tadi berlutut kembali melangkah, pemuda bernama Oroi itu
membelalakan matanya dan berteriak.
“Kirito…ya…aku tahu dia! ium putih yang bermain di kontes kolektor serangga dengan
Uboli dan menang!”
Ronye merasa kagum dari dalam lubuk hatinya atas apa yang dilakukan senpainya itu ,tetapi tentu saja dia tak memperlihatkannya. Kirito mengangguk dengan bangga mengiyakan.
“Aku masih menyimpan medali dari Centoria Utara yang kudapatkan saat itu, lalu Oroi,
mulai sekarang, aku akan mendengarkan semua ceritamu, dari para penjaga itu dulu, lalu darimu. Aku tidak akan menghukummu begitu saja, tenang saja dan ceritakan apa yang terjadi.”
Kapten penjaga yang berdiri seperti permintaan Kirito berkata dengan wajah yang marah dan juga terpesona.
Hari ini sekitar pukul 11.30 siang, sebuah laporan datang dari warga ke penjaga kantor
keamanan Centoria Selatan di avenue ke-4.
“korban ditusuk dengan pisau di penginapan jalan Karoo.Kami segera mengambil tindakan dan di lantai 2 koridor penginapan itu, ada goblin yang berdiri dengan pisau berdarah dan seorang pria di ruangan belakang yang berlumuran darah. Pria itu adalah petugas kebersihan di penginapan, jantungnya ditusuk, dan tewas seketika. Dari situasinya, kami memutuskan kalau goblin itulah yang membunuh korban dengan pisau, lalu dia ditangkap dan dibawa ke kantor keamanan lalu mengintrogasinya".
Dan lebih jelasnya, goblin gunung bernama Oroi itu menjelaskannya.Oroi dengan 5 orang lain dari keluarga yang sama datang ke Centoria untuk berkunjung 3 hari yang lalu. Korban terlihat pergi ke kota setelah sarapan, sedangkan Oroi sedang dalam keadaan sakit dan tidur di penginapan. Seseorang mengetuk pintu pagi itu, saat dia keluar,tidak ada seorang pun, tetapi sebilah pisau terjatuh di sana. Dia mengambilnya dan menyadari
ada darah disana. Dia melihat sekitar, lalu ada penjaga muncul dari tangga dan menangkapnya sebelum dia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“…aku, tidak melakukan apa-apa…aku tidak tahu apa yang terjadi…aku hanya…”
Saat Oroi mengakhiri ceritanya, kapten penjaga berteriak dengan kasar.
“Aku sudah menduga kau akan berkata begitu! Pisau itu bukan dari Dunia Manusia! Satu satunya yang menggunakan benda mengerikan itu hanyalah setengah-manusia seperti kalian!”
“T-tidak, it-itu berbeda! Pedang itu, mirip tetapi beda! Pedang goblin terdapat emblem klan
kami di ujungnya! Pedang itu bukan,itu palsu!”
Saat Oroi menyangkalnya dengan ketakutan, sang kapten mencoba menyalaknya lagi, namunbKirito menghentikannya dengan mengangkat tangan kanannya.
“Kita akan segera tahu setelah memeriksanya, kapten, dimana pisaunya?”
“…ada di toko senjata di lantai satu."
“Maaf, bisakah kau perlihatkan padaku?”
Lalu sang kapten memberi isyarat pada bawahannya. Seorang penjaga muda segera berlari dan tanpa menunggu lama ia sudah kembali, dengan wajah yang pucat. Ia tak membawa pisaunya.
“…pisaunya…tidak ada”
“Apa katamu!?”
Kapten berteriak keras, dan penjaga itu menundukkan kepalanya.
“Pisau itu tak bisa ditemukan di toko senjata manapun.”