Dek, mama papa pulang minggu depan. Uang sudah di transfer. Titip Bi Irah buat cek guesthouse
Begitulah isi pesan note yang ada di depan kulkas. Lagi dan lagi seorang gadis berumur 19 tahun harus tinggal sendiri di rumah megah ini.
"Anjirrr yang bener aja ditransfer sepuluh juta, orangtua gue doang apa ya yang boros duit."
Min Harin. Nama yang ada di gantungan tasnya. Mahasiswi jurusan Design Grafis tahun kedua. INTJ. Sebenarnya dia bisa saja masuk Jurusan Hukum atau Kedokteran dengan nilai testnya yang hampir sempurna, namun ia tak mau lagi "berpikir keras" setelah 12 tahun mengenyam pendidikan sampai SMA.
Jika ditanya, masuk Design Grafis kedepannya akan jadi apa. Ia akan menjawab "Gue bakal buka coffee shop, jadi ownernya. Mantep ga tuh?" MBTI boleh J, tapi dalam hidupnya tak pernah ada "rencana" yang ia buat. Hidup sesuai air yang mengalir katanya.
"Duit 10 juta mesti gue hamburin dimana ya ampun pusing."- Min Harin.
"Rin! Tumbenan datang awal."
Harin menatap ke arah orang yang menyapanya itu, dilihat sepertinya manusia satu ini tak tidur akibat tugas design kali ini.
"Tidur jam berapa lu?" tanya Harin.
"Jam 7 mungkin? Apa jam 8 ya? Lupa gue."
"Ga tidur itu mah namanya, gila emang lu. Jangan dibiasain SKS napa sih Nami."
"Tidak SKS bukan Nami namanya."
SKS bukan gaya pengerjaan tugas Harin memang, walaupun hidupnya tak terencana setidaknya untuk tugas ia mencoba untuk SKS.
"Tumben ga bareng Jeongwoo?"
"Monyet satu itu udah gue siram pake aer juga kaga bangun anaknya." balas Harin.
"Dia ada rumah tapi masih tetep tinggal di guesthouse lu?"
"Gue suruh dia jadi securitynya disana."
"Yang mau tinggal di guesthouse ini mesti gue seleksi dulu biar aman." - Park Jeongwoo, security Lilac Guesthouse.
Bercanda. Jeongwoo itu bestinya Harin dari jaman SD, rumahnya depanan rumah Harin. Orangtua mereka bestian makanya anaknya juga ikut bestian. Jeongwoo ni anak Teknik Sipil, katanya dia yang paling populer di fakultasnya. "Katanya" itu juga ya.
"Nam, mau makan siang di mana nanti?" tanya Harin.
"Sorry bestie, gue kayanya bakal langsung balik abis kelas siang. Ga kuat banget mau tidur gue."
"Ya udah, ntar gue kirimin makanan ke rumah ya? Biasa, duit nomplok."
"Kemana lagi mereka?"
"Biasa, kalau ga kerjaan ya kerja. Seminggu katanya, tapi gue jamin sebulan sih ini."
"Kuat banget lu ditinggal sendirian mulu. Ga takut sama hantu penghuni rumah lu apa?"
"Gapapa, gue bisa temenan sama hantunya ntar."
Nami cuma bisa menggelengkan kepalanya, Harin ini emang terkenal humble di fakultasnya. Mana cantik juga. Tapi untuk masalah pribadi, cuma Nami dan Jeongwoo aja yang tau.
Drrtt....
Security Lilac : Neng, lupa lu sama gue? Kenapa ga bangunin anjir! Telat kan jadinya.
Me : Bodo amat, udah gue toyor berapa kali kaga bangun lu ya."
Security Lilac : Bawa mobil ga?
Me : Bawa
Security Lilac : Yaudah si asep kaga gue bawa ya. Biar balik pake mobil lu aja.
Me : Bilang aja lu belum nyuci si asep
Security Lilac : Tau aja. Makan siang bareng loh! Sekalian tu ada dua manusia yang mau masuk guesthouse.
Me : Anak mana?
Security Lilac : Anak tongkrongan gue. Ntar aja gue kenalin, mereka lagi butuh buat tinggal katanya
Me : Atur aja ntar.
Selain jadi Security guesthouse ini, Jeongwoo emang dikasih tanggung jawab buat jadi CP. Sebenernya bukan Harin yang kasih, tapi Jeongwoo sendiri yang keukeuh kalau untuk CP biar dia aja yang urus. Jeongwoo ini pure bantuin doang, ga di gaji sama sekali sama Harin atau keluarganya. Katanya sih "Daripada gaada kerjaan"
Diamond Coffee Shop
"Nih, Hyunsuk anak Musik sama Yoshi anak Seni yang mau tinggal di guesthouse." Ucap Jeongwoo sambil nunjuk ke manusia nya dengan dagunya.
"24 hours dedicated for music."- Choi Hyunsuk
"Nyentuh yang lain boleh, asal jangan nyentuh cat minyak premium gue." - Yoshinori
"Udah kenal kali ya sama kita? Soalnya lu kan sering main ke tongkrongan juga dibawa Jeongwoo." balas Hyunsuk
"Eh...iya. Tapi kalian butuh guesthouse buat apa deh?"
"Gue mau cari kos-kosan deket kampus biar gampang bawa bahan-bahan kek kanvas gede. Eh pada penuh, sisanya guesthouse lu doang yang paling deket." balas Yoshi.
"Tapi...gue mesti bilang Ayah dulu."
"Udah, kata Om boleh." potong Jeongwoo sambil melahap macaroonnya.
"Gue udah telpon langsung ke bokap lu kok, Rin. Posisinya gue lagi ga bisa di rumah buat tinggal jadi butuh tempat lain." Hyunsuk ngomong sambil membenarkan kalungnya. Kalau diliat Hyunsuk ini lebih cocok jadi anak jurusan fashion daripada musik. Badannya rame bener dari atas sampai bawah.
Harin terdiam, kalau Ayahnya sudah oke ya berarti mereka boleh tinggal di guesthouse. Toh Harin tugasnya cuma ngecek sesekali ke guesthouse. Sisanya ada Bi Irah sama Mang Toni yang jaga keseluruhan. Jangan lupa si Jeongwoo juga.
"Ya udah, ntar atur aja deh kalian mau pindahan kapan. Biar kamar yang di lantai dua di beresin Mang Toni dulu." kata Harin.
"Anu Rin..." Yoshi bicara terbata-bata
"Apa?"
"Boleh.....anu...boleh...
"Boleh apa? Ngomong yang bener napa Yoshi.'
"Boleh ngerokok ga?"
Dug. Harin terdiam kaget. Tapi tidak sebegitu kagetnya. Wajar juga anak muda seumuran Yoshi untuk melakukan hal tersebut.
"Jangan di kamar, di taman belakang. Kalau Mang Toni ngecek ntar dia ngadu ke Ayah."
"Hehe..thanks."
"Rin, caffe lattenya ga di minum?" tanya Jeongwoo yang sudah siap merebut minuman gadis itu.
"Diem ya lu, gausah betingkah." Harin udah tau gelagat Jeongwoo yang mau ngabisin kopinya.
"Gue bisa pindahan besok kan?" tanya Hyunsuk.
"Kalau lu udah siap semua sih tinggal dateng aja, ga lama buat beresin kamar, soalnya kan jarang dipake doang."
Tak lama pegawai coffee shop datang membawa croissant yang Harin pesan sebagai makan siangnya.
"Elah jubaedah, makan tu yang berat. Pesen yang laen sana, jangan nunggu gue yang bawain tu nasi goreng dari dapurnya." omel Jeongwoo. Padahal bagi Harin, makan roti saja sudah cukup untuk menutup rasa laparnya.
Harin cuma bisa ngelirik tajem ke arah Jeongwoo. Daripada meladeni ocehannya yang berujung dia lapor ke Ayah mending kita turuti dulu saja.
"Croissantnya buat gue aja kalau gitu." kata Yoshi sambil memindahkan piringan itu ke depannya.