π™°π™Ίπš„ π™±πš„π™Ίπ™°π™½ 𝙳𝙸𝙰;γ€πŒοΏ½...

By Ara_Lisa

518 123 2

1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhenti mengejarku keparat!" Pada awalnya Sang Hee berniat mengant... More

✧ AKU BUKAN DIA ✧
Prolog: Eonni bantu aku!
1:Aku perlukan bantuan kalian
2:Ada orang nak bunuh aku babi!
3:Apa yang mereka lakukan?
4:Kau tak rasa ini perangkap?
5:Dia mengajakmu bertemu
6:Jangan menjauh dariku
7:Min Hoon kau memang gila
8:Aku akan pastikan kau menyesal
9:Lari dan sembunyilah Jung Hee!
10:Menganti rencana kita
11:Itu Min Hoon!
12:Singa mengamuk
13:Mari kita memburu
14:Gotcha!
15:VIP vs VIP
16:Jangan tinggalkan aku!
17:Dasar kucing-kucing nakal
18:Game over
19:Membantu eonni
20:Silap besar menentangku
21:Drama pentas?
22:Shirou dan saber
23:Ajarkan aku untuk mencintaimu
24:Tolong jaga hatimu
25:Kerana dia hanya masa lalu
26:Temanku atau tidak
27:Ada aku di sini
28:Aku bukan milik sesiapa
29:Tidak tahu caranya untuk berhenti
30:Sialan ada apa semua ini?
31:Memburu atau diburu
32:Lima warna bertuah
33:Tidak jelas tapi aku suka
34:Siapa lagi aku harus percaya
35:Berusaha datang tepat waktu
36:Satu langkah lebih depan
37:Kau jangan menyerah dulu!
38:Perasaanku masih sama
39:Maafkan aku
40:Aku Ha Jeyin
41:Jaga diri
42:Siapa yang kau cinta?
43:Walau sekadar teman
Sad Ending
Neutral Ending
Bad Ending
Happy Ending?

Secret Ending

15 2 0
By Ara_Lisa

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan masih tiada tanda-tanda yang Min Hoon akan pulang. Hal ini membuatkan Dae Ho khawatir, ia berdiri untuk mencari Min Hoon. Ia tidak mahu apa-apa terjadi pada sepupunya itu.

Mengambil jaket dan keluar, ia pun bergegas menuju ke tempat Min Hoon.

Katanya ia ingin menemui Ha Jeyin tetapi ini sudah 3 jam berlalu sejak petang hari namun Min Hoon tidak kunjung pulang. Ia harap tiada apa yang menimpa lelaki itu selama perjalanannya ke makam Ha Jeyin.

Menaiki teksi, tidak butuh banyak waktu Dae Ho pun tiba. Tetapi kuburan yang sepi dan hari yang sudah malam membuat ia tidak dapat melihat dengan jelas. Berbekal lampu jalan yang berjejeran di samping jalan, Dae Ho masuk.

Namun Dae Ho terlalu takut, apalagi ini adalah kuburan. Ini mengingatkannya kembali saat ia bersama Seo Jun dikejar hantu kanak-kanak perempuan di rumah puaka 2 minggu lalu. Gara-gara itu ia mengalami mimpi buruk dan trauma.

Apalagi suara sekitar yang tampak cukup menakutkan, Dae Ho tidak cukup jantan untuk pergi ke kuburan seorang diri.

Jadi ia pun memilih untuk mengintip saja dari jauh. Namun ia tidak menemukan Min Hoon dimana-mana termasuk di makam Ha Jeyin. Meski sebahagian bawah terlindungi oleh rumput tinggi tapi ia yakin tiada sesiapa disini selain dirinya.

"Mungkin dia ke tempat lain." Dae Ho berbalik ingin kembali ketika ia tiba-tiba teringat akan sesuatu.Min Hoon selalu bawakan bunga setiap kali ia melawat makam Ha Jeyin.

Jadi untuk memastikan apakah Min Hoon benar-benar datang kesini, Dae Ho pun menguatkan dirinya untuk masuk semula ke dalam sana. Makam Ha Jeyin berada diantara tengah-tengah makam yang lain jadi ia harus melewati banyak kuburan untuk tiba disana.

Belum cukup jantan lagikah dia?

Bila sudah melewati semua kuburan, akhirnya Dae Ho tiba juga di makam Ha Jeyin. Ia tengah sibuk mengoceh rumput-rumput yang menempel di pakaiannya ketika matanya menangkap sosok tubuh di samping makam.

Itu adalah tubuh Min Hoon, tergeletak pucat dan kaku di tanah.

"MIN HOON!" Cemas Dae Ho.

Ia menghampiri Min Hoon untuk memeriksanya apakah dia baik-baik saja namun yang ia dapatkan hanya tubuh dingin Min Hoon dengan dirinya yang sudah tidak lagi bernyawa.

Dae Ho tergamam.

Dia tidak percaya ini, Min Hoon tampak baik-baik saja petang tadi, berbicara dengannya. Dia menggeleng lemah sambil memegangi tubuh dingin Min Hoon lalu memeluknya erat. Meski ia tidak percaya tapi air matanya mengalir tanpa ditahan.

"Tidak! Tidak, ini tidak mungkin terjadi! Tidak, Min Hoon tidak.Kau harus bangun! Kau sudah janji...kau sudah janji kau tidak akan meninggalkan aku! Bangun Min Hoon!" Kata saja Dae Ho sudah gila kerana hakikatnya ia tidak dapat hidup tanpa Min Hoon, sepupu serta adiknya.

Dia bisa hidup tanpa kasih sayang orang tua, dia bisa hidup tanpa cinta tetapi dia tidak bisa hidup tanpa Min Hoon.

"Hiks... tidak, bangun Min Hoon! Jangan tinggalkan aku sendiri." Ujarnya pelan masih dengan posisi Min Hoon yang masih berada di dalam dakapannya. Ia memeluk lelaki yang dianggapnya sebagai adiknya itu erat sambil meraung putus asa.

Pada masa yang sama, Dae Ho tidak sengaja melihat sesuatu tidak jauh dari jangkauannya, sebuah botol kecil. Ia mencapainya dan meneliti dengan seksama sebelum ia pada akhinya menyedari sesuatu.

Kenyataan itu semakin membuat semuanya terasa nyata.

"K-enapa..,kenapa..!Kenapa kau melakukan ini, Min Hoon?!Katakan padaku kenapa? Kenapa kau melakukan ini semua?Kalau kau sedih...kau masih ada aku. Kalau kau merasa tidak punya siapa-siapa lagi, kau masih ada aku!Kalau kau sudah tidak kuat lagi...beritahu saja aku! Aku akan lakukan apa saja!"

Diusapnya wajah damai Min Hoon, tidak peduli air matanya menitis disana sebelum kembali mendakapnya. Rasa sakit kehilangan itu lebih menyakitkan dari apapun, ini membuatnya frustasi.

Ia menyayangi Min Hoon melebihi sesiapa pun, bahkan saat kematian Ha Jeyin pun ia tidak pernah sesakit ini.

Dari kecil, ia membesar bersama Min Hoon. Bersama hingga sekarang, kemanapun mereka pergi, mereka seperti magnet yang tak pernah terpisahkan, selalu bersama. Kerana ia satu-satunya anak tunggal di keluarganya, Min Hoon sudah dianggap seperti adiknya sendiri.

Bukan itu sahaja, malahan ketika ia hampir hancur setengah mati setelah kehilangan Hyun Jae, ia masih bertahan demi Min Hoon. Saat segala yang ia punya sudah tidak lagi bermakna, Min Hoon menjadi alasan utama ia bertahan.

Ia hampir menyerah.

Bohong jika Dae Ho mengikhlaskan kepergian Hyun Jae, cintanya pada Hyun Jae melebihi bintang di langit. Dia memang menerimanya dengan lapang dada, tapi demi apapun ini tidak mudah.

Dia sangat-sangat mencintai Hyun Jae. Tidak pernah ia merasa ada yang lebih berharga selain Min Hoon sebelum ini. Dan kehilangan Hyun Jae tentu saja membuatnya terpukul dan ia hampir menyerah untuk meneruskan hidup.

Tapi Min Hoon adalah kekuatannya.

Dengan Min Hoon yang kini sudah tiada, untuk alasan apa lagi ia bertahan hidup?

Dae Ho mengeledah seluruh tubuh Min Hoon dengan harapan dapat menemui lebihan botol racun. Ia tidak lagi peduli, matanya seakan ditutupi oleh perasaan putus asa. Tidak mempedulikan teman-teman dan keluarganya, Dae Ho sudah bertekad untuk ikut Min Hoon.

"Di mana! Di mana?!" Ia tidak menemukan botol yang lainnya.

Menaruh hati-hati Min Hoon ke tanah, Dae Ho pun berdiri. "Kau yang mulakan ini, Min Hoon. Tunggu aku disana." Ia berjalan keluar dari kuburan dan kebetulan ada tebing yang cukup curang disana.

Tanpa buang masa, dia menuju ke tebing tersebut. Mengintip ke bawah, ternyata dibawah sana adalah sungai. Dae Ho tidak langsung terjun, ia berbalik untuk melihat semula ke tempat Min Hoon berada, agak jauh tapi ia masih dapat melihat dengan jelas dikeranakan tebing itu berdampingan dengan kuburan.

Lalu memandang langit.

Rasa debaran di dadanya kian terasa bersamaan dengan kakinya yang gemetar tak terkendali. Ia sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya tapi kenapa ia merasa takut? Ia tidak pernah takut.

'Sudah menyerah?'

Dae Ho mengunci rapat mulutnya.

'Bagaimana dengan semuanya?'

Ia mengambil selangkah ke depan.

'Kau membiarkannya begitu saja?'

Dae Ho sedaya upaya untuk tidak mendengarkan suara hatinya.

'Kau tidak mahu bersamanya?'

"Tentu saja aku mahu!" Teriak Dae Ho.

"Aku ingin bersama dengannya seperti dulu! Hidup bersamanya sampai aku berharap tidak akan pernah ada hari esok. Aku tidak pernah ingin berhenti membuat kenangan dengannya, semua yang ada pada dirinya adalah semua yang aku butuhkan. Bahkan 100 hati pun masih belum cukup untuk membawa semua cintaku padanya. Kenapa kau masih mempersoalkan ini?" Esaknya.

'Tapi kau mengalah.'

"Lalu aku harus apa? Dia tidak menginginkanku, aku tidak punya siapa-siapa sekarang. Kepergianku tidak akan pernah disesali olehnya. Dia sudah bahagia bersama orang yang dia cinta. Aku hanyalah... hanyalah temannya." Tatapan Dae Ho terlihat kosong ketika satu lagi langkah kakinya diambil.

'Kau menyesal bertemu dengannya?'

Dae Ho tersenyum tipis, "Bodoh jika aku menyesal, pertemuanku dengannya adalah moment terindah yang sampai bila-bila takkan pernah ku lupakan."

'Jika diberi peluang kedua untuk mengulangi semuanya dari awal, apa yang akan kau lakukan?'

Ketawa, Dae Ho meruntuki kebodohan dirinya yang mengharapkan sesuatu yang jelas-jelas adalah mustahil. "Jika itu terjadi, aku mungkin akan mengikuti keinginan Min Hoon saja. Menghentikan pertemuannya dengan Sang Hee dan juga menghentikan takdirku sendiri, dengan harapan masa depan berubah."

'Dengan kata lain kau tidak masalah jika tidak pernah bertemu dengannya?'

"Ingatan ini saja sudah cukup, aku dapat tidur dengan tenang."

'Maka tidurlah.'

Jika dengan bermimpi Dae Ho dapat bersama dengannya, maka biarkan dia tidur untuk selamanya. Merelakan bukan berarti menyerah, tapi menyadari bahwa ada hal yang tidak boleh dipaksakan.

Setiap akhir sebuah cerita, akan selalu menciptakan awal cerita baru, begitu juga dengan perpisahan.Biar dirinya dan Tuhan yang tahu bagaimana rasa sakitnya melupakan, merelakan, mengikhlaskan. Hidup dalam khayalan, hidup dalam kenyataan tak ada bezanya.

"Dae Ho."

Tak ada rasa sesal dalam dirinya. Karena Dae Ho yakin, setelah ini pasti ada kehidupan dan pertemuan baharu buat mereka berdua. Kerana Dae Ho tahu, terkadang Tuhan membuat kisah hidup kita berjalan dengan seseorang hanya untuk sebagai teman di suatu masa.

Tapi tidak sebagai pasangan selamanya.

"Dae Ho..."

Sejak awal memang punya dua pilihan. Bertahan atau melepaskan.

Hal yang kemudian baru ia ketahui adalah keduanya sama-sama butuh kekuatan. Lantas apa yang harus dia lakukan jika bertahan membuatnya sakit dan melepaskan membuatnya terluka?

"Dae Ho...!"

Melepaskan Hyun Jae terasa berat baginya. Tapi akan Dae Ho buktikan bahwa dirinya akan segera bangkit di kehidupan selanjutnya dan melupakan semuanya. Dan sebaliknya jika kelahiran semula itu tidak benar-benar ada, Dae Ho akan menunggunya di pintu syurga.

Hanya disanalah dia dapat bersamanya.

"DAE HO!!"

Kesadaran Dae Ho kembali.

Ia tersentak kaget dengan kedua matanya ikut terbuka setelah bahunya ditepuk seseorang dari samping dan orang itu adalah Seo Jun. Dengan linglung ia memandang sekitar dan mendapati ia kini sedang berada di tempat berkumpul, bersama anak-anak buahnya.

Ada Min Hoon juga disana.

Hal tersebut sontak membuatnya membeku disana. Apa yang baru saja terjadi? Bukankah tadi ia sedang berada di kuburan Ha Jeyin dan dia melompat ke tebing dan...dan...dia tidak ingat apapun lagi setelah itu.

Semuanya gelap.

Merasakan perubahan aneh pada diri Dae Ho, Seo Jun lagi-lagi menegurnya. "Kau tak apa,Dae Ho? Kau tampak seperti baru saja melihat hantu." Ejeknya.

"U-uh bukan. Aku tidak." Dae Ho menggeleng.

Perubahan waktu dan tempat yang tiba-tiba sangat mengelirukannya.

Ia masih tidak dapat menerima situasi yang dihadapinya ini secara langsung, ini luar biasa membingungkan.

Tidak mungkin dia hanya tertidur dan memimpikan kejadian mengerikan itu terjadi.Semuanya terasa sangat nyata jika hanya cuma sebuah mimpi buruk.Malahan ia masih mengingat jelas sentuhan terakhir pada tubuh dingin Min Hoon.

"Ini tanggal berapa?"

"24 Ogos."

"Tahun?"

Seo Jun memandang Dae Ho dengan riak muka hairan, "Kau kenapa? Kau tiba-tiba bertingkah aneh, Dae Ho."

"Bagitahu sajalah!"

"Hey bertenang..." Min Hoon mendekat pada sepupunya yang tiba-tiba mendadak emosi dan berdiri di hadapan lelaki yang kini menatapnya tanpa berkelip. "Ini tahun 2020, happy now? Aku tidak tahu apa yang jadi pada kau, tapi kau boleh bertanya dengan baik, kan?"

"Shit Min Hoon!"

Semua yang berada disana dibuat kebingungan dengan keterkejutan Dae Ho yang tiba-tiba melompat turun dari motornya dan memegang kedua bahu Min Hoon lalu mengguncangnya dengan wajah panik. "DI MANA HA JEYIN?!"

Min Hoon yang tidak tahu apa yang telah merasuki Dae Ho, lantas menepihnya.

"Kau kenapa?" Kesalnya lama-lama.

"Dia akan—" Dae Ho tidak jadi meneruskan perkataannya.

Bila ingat semula yang ia kini telah kembali ke masa lalu iaitu 2 tahun sebelumnya--pada hari kematian Ha Jeyin, agak tidak masuk akal bila ia langsung memberitahu Min Hoon. Nanti apa pandangan Min Hoon padanya?

"D- di mana dia?" Untuk membuat semuanya tampak normal, ia harus bersikap tenang agar Min Hoon tidak menaruh kecurigaan apapun padanya.

Min Hoon tampak tengah berfikir sebelum memerlukan sedikit waktu buat dia menjawab, "Aah! Aku baru ingat, katanya dia akan ke rumahku malam ni. Rasanya dia mungkin sekarang tengah bersama ibuku. Kenapa kau bertanya?"

"Ayo pergi ke rumahmu."

Bukan cuma Min Hoon yang merasakan kejanggalan pada sosok Dae Ho, yang lain juga turut merasa kebingungan.

"Kenapa pula tiba-tiba ni? Hey serius lah Dae Ho, kau menakutkan kami semua. Kau pasti kau tak apa-apa? Kepala kau tak terhantuk dekat mana-mana kan selama perlumbaan tadi?" Tentu saja ini satu kejutan, kerana sejak mereka besar Dae Ho sudah jarang ke rumahnya.

"Aku baik-baik saja, kau boleh lihat itu sendiri bukan? Aku cuma ingin bertemu ibumu...ya ibumu...sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Aku harap dia masih mengenalku." Katanya cuba bercanda.

Tapi nyatanya memang sudah lama sekali Dae Ho tidak mengunjungi keluarga Min Hoon. Bukan apa, cuma dia tidak terlalu suka berkumpul di acara keluarga. Lagipun dia bukan lagi anak lelaki berusia 9 tahun yang harus mengikuti perintah orang dewasa.

Ia sudah tumbuh besar dan sudah memiliki kehidupannya sendiri. Ya, setidaknya itu yang dia beritahu pada dirinya dahulu. Tetapi sekarang, tidak lagi.

Keluarga adalah segalanya.

Sedangkan Min Hoon, tiada alasan baginya untuk menolak keinginan Dae Ho. Dengan begitu ia pun membubarkan geng motor mereka dan menyuruh yang lainnya pulang. Sementara mereka bertiga, dia, Dae Ho dan Seo Jun akan ke rumahnya. Ha Jeyin pasti akan senang.

"Ibuku pasti tidak akan menduga ini, Dae Ho. Aku tidak sabar melihat wajah terkejutnya." Ujar Min Hoon dengan kecepatan sedang motornya.

Dae Ho terkekeh, "Kalau dilihat-lihat ini seperti acara berkumpul ya, tapi tentu saja dengan tambahan anak angkat." Ia melirik pada Seo Jun yang berada di samping kiri dengan posisi motornya yang berada paling depan.

"Sialan kau!" Mereka ketawa.

Tidak tahu saja Dae Ho yang memandang keduanya, ikut tersenyum senang.

Di masa depan, dia telah kehilangan Min Hoon dan langsung tidak memikirkan bagaimana perasaan Seo Jun ditinggal sendiri. Ia sedar ia salah, meski begitu ia senang diberi peluang sekali lagi untuk berkumpul kembali dan mengubah segalanya.

Setibanya mereka di halaman rumah Min Hoon, Seo Jun dan Min Hoon yang sudah tidak sabaran ingin segera masuk ketika Min Hoon perasan di belakang mereka tidak ada Dae Ho. Berpaling, ia menemui sepupunya itu yang tengah melihat sekitar tanpa bergeming dari tempatnya.

Menduga Dae Ho hanya gugup, Min Hoon lalu berkata, "Kau tak perlu malu-malu kucing, Dae Ho. Bukannya kau tak biasa pun datang rumah aku setahun sekali."

Merasa tersindir, Dae Ho ingin memaki Min Hoon apabila sepupu nakalnya itu berlari masuk ke dalam disusul oleh Seo Jun.

Dia tidak ikut masuk, sebaliknya dia memandang sekitar dengan tatapan tajam. Dari informasi yang ia dapat semasa insiden menimpa keluarga Min Hoon, mereka diserang oleh sekumpulan lelaki pada malam ini di jam 9.

Ia melirik jam di tangan, pukul 8.

Sejam sebelum kejadian, apa dengan kedatangan mereka kesini dia dapat menghentikan insiden pembunuhan darah itu terjadi? Bagaimana jika mereka sudah mempersiapkan segalanya? Ini tidak boleh dibiarkan, Dae Ho mengeluarkan telefonnya dan menghubungi seseorang.

Usai, ia pun memperbaiki penampilannya lalu melangkah masuk. Ia sudah menjangkakan apa yang akan terjadi. Wanita cantik yang merupakan ibu kepada Min Hoon sedang menghidangkan minuman kepada Min Hoon dan teman anaknya ketika mata mereka bertemu.

Terjadi jeda disana beberapa detik.

Sebelum dalam sekejap wanita itu meluru pada Dae Ho dan memeluknya, Dae Ho hanya menerimanya dengan senang hati. Harus kalian tahu, selain ibunya yang paling dia sayang didunia ini, ada satu lagi wanita yang dia anggap sebagai ibu keduanya. Itu adalah ibu Min Hoon.

Saudara ayahnya yang seringkali suka menculiknya waktu kecil untuk dibawa pulang bermain bersamanya ke rumah.

"Maaf membuatmu menunggu terlalu lama." Dae Ho tidak tahu bagaimana harus berbicara formal, lagipun dia buruk dalam memilih kata-kata.

Wanita itu meleraikan pelukannya, "Kau sudah berdiri disini pun auntie sudah senang." Ucapnya lembut tidak berhenti dari tersenyum manis yang membuat Dae Ho yang melihat diliputi perasaan hangat yang sudah lama tidak ia rasakan.

"Masuk lah dan duduk bersama teman-temanmu." Perlawa wanita itu dan Dae Ho menurut. Namun tatkala ia berjalan ke ruang tamu, seseorang yang sudah lama tidak ia lihat dan suara yang familiar menarik perhatian Dae Ho.

Dia berpaling dan menemui disana berdiri Ha Jeyin yang baru muncul dari dapur, ada cookie di tangannya. Senyuman yang dirindu Dae Ho serta merta memberi getaran di hati. Dia mendekat pada gadis cantik itu yang memandangnya hairan.

'Ternyata kau waktu itu tengah belajar memasak cookies ya.'

"Kau tak apa-apa?"

"Hah?"

Dae Ho mengabaikan wajah kebingungan Ha Jeyin dan mengambil satu cookie lalu memakannya langsung.

Ha Jeyin ingin memprotes kerana Dae Ho langsung makan saja padahal ia ingin mereka ikut makan bersama tapi jawapan Dae Ho setelah itu mengurungkan niatnya.

"Enak, aku ingin merasakan semua masakan mu lagi di tahun-tahun mendatang." Dasar Dae Ho bodoh, apa dia tidak memikirkan perkataannya itu bisa membuat Ha Jeyin blushing parah diiringi dengan hidungnya yang mendadak mimisan.

Mengundang rasa tidak terima dari sang kekasih, "Yah Dae Ho! Apa ini alasanmu menanyakan keberadaan Ha Jeyin? Kau menyukai dia hah! Kau sudah bosan hidup, ya!"

"YAHAHAHA!!"

Min Hoon berlari mengejar Dae Ho yang ketawa sambil berusaha mengelak lemparan bantal. Ibu Min Hoon yang melihat hanya mampu memegangi kepalanya saat melihat ruang tamunya hancur. Sedangkan Seo Jun sedang ralit menyatap cookies buatan Ha Jeyin.

Sungguh reunion yang harmoni.

Sementara itu...

"Hey..! Kenapa kita cosplay jadi polis?" Tanya lelaki yang bernama Doohan kepada 2 temannya yang ikut menyamar.

"Entahnya...tadi suruh balik.Lepas tu tiba-tiba pula call suruh menyamar jadi polis. Aku rasa bos dah tak betul sejak lawan dengan geng Nova." Sahut lelaki satunya yang kali ini bernama Hwanjun.

"Jangan bersangka buruk, mungkin bos taknak apa-apa terjadi pada keluarga Min Hoon disebabkan kekalahan geng Nova. Kau pun tahu sendiri bos diorang tu tak waras, bos pasti sudah memikirkan ini sejak kekalahan pertama mereka."

"Ada betulnya juga kau, Jungkwon."

"Habis ini sampai bila kita kena berjaga disini?" Tanya Doohan lagi.

Mereka sudah meroda di sekitar rumah Min Hoon lebih daripada 100 kali dengan kereta polis yang dipinjam dari kenalan Dae Ho. Tak apa, dia kaya jadi tiada apa yang mustahil. Yang jadi masalahnya, ini sudah larut malam dan Hwanjun tidak mahu diamuk emaknya dan dipaksa tidur diluar.

Berbeda dengan Doohan dan Jungkwon yang tinggal sendirian.

(Huwaaa..! Rindu trio karma 0.2 (╥﹏╥)

Mengangkat bahu, "Aku tak tahu sampai bila tapi setidaknya kita ada kereta. Kita boleh tidur disini malam ni." Kata Jungkwon memberi idea.

Hwanjun yang tidak senang dengan perkataan temannya malah berdecak tidak senang. "Mentang-mentang kita watak sampingan, kita dilayan seperti anak tiri ya." Ia berpeluk tubuh, merajuk.

Doohan yang berada di belakang lalu menjawab, "Hey itu lebih baik, setidaknya ending kita tak seburuk mereka kekeke."

"Kau benar Doohan wkwkwk..." Mereka bertiga pada akhirnya menerima nasib mereka yang hanya diguna sebagai watak sampingan. Mereka berharap author tidak cukup gila membuat book baru berkisahkan tentang mereka setelah ini.

Jika itu sampai terjadi, mereka akan jadi manusia fiction pertama yang keluar dari sini dan mencekik author hingga tewas.

(Hmm masih gw pantau 👀)

*
*
*

*
*
*

Hanya dengan menghentikan kematian Ha Jeyin dan keluarga Min Hoon, perubahan waktu terlihat sangat jelas. Hari-hari berjalan dengan normal seolah-olah masa lalu yang dilalui Dae Ho sebelum ini tidak pernah ada. Lagipun tiada alasan lagi bagi Min Hoon untuk mengakhiri hidupnya.

Dengan begitu, ia tidak akan bertemu dengan Jung Hee--sang protagonis.

Tidak lupa, Dae Ho juga telah meningkatkan pengawasan pada seluruh area rumah Min Hoon. Bila ditanya kenapa, Dae Ho berkata jujur telah melihat beberapa orang aneh di halaman belakang rumah pada malam itu.

Dan ayah Min Hoon yang langsung tahu segera menuruti ucapan Dae Ho.

Biarpun rahsia ini hanya dirinya yang tahu, Dae Ho mengunci rapat mulutnya mengenai latar belakang ayah Min Hoon. Ia tidak mahu merosak apa-apa hubungan dimasa ini, biarlah ini menjadi rahsia selagi ia dapat melindungi keluarga Min Hoon.

Dan sekarang, Dae Ho tengah berada di tempat berkumpul. Ada Ha Jeyin sekali disana kerana ia bersikeras ingin ikut padahal sudah dilarang oleh Min Hoon kerana ini sudah tengah malam.

Tapi nama juga Ha Jeyin, sosok keras kepala yang selalu bikin sakit kepala.

Dae Ho hanya diam selama memperhatikan kemesraan mereka berdua. Sudah lama ia tidak melihat Min Hoon sebahagia ini, terakhir kali adalah satu hari sebelum kematian Ha Jeyin. Meskipun pertemuannya dengan Jung Hee menganti kedudukan Ha Jeyin di hatinya, tetapi ia tahu ia tidak akan sama.

Dae Ho tersenyum tanpa sedar.

Inilah masa depan yang ia inginkan. Masa depan yang tidak pernah berubah, masa depan yang tidak memisahkan mereka. Walaupun tidak dinafikan, kadang ia juga merindukan moment-moment dimana ia bersama Min Hoon dan Seo Jun mengejar Jung Hee dan teman-temannya.

Sungguh perbuatan yang konyol tetapi ia sangat menyukai moment indah tersebut.

Sebut soal teman-teman Jung Hee, apa di masa sekarang Hyun Jae juga ada? Tentu saja bodoh! Dae Ho memaki kebodohan dirinya. Tentu saja Hyun Jae ada,dia fikir Hyun Jae itu apa huh?

Jadi dengan perubahan waktu dan masa depan, dia tidak akan pernah bertemu Hyun Jae kan? Baguslah. Bukan sahaja mereka yang tidak saling kenal tetapi tempat tinggal mereka juga berjauhan. Tiada kemungkinan mereka akan bertemu jika ia tidak pergi ke kota tempat tinggal Hyun Jae.

Kalaupun Dae Ho merindukan sosok Hyun Jae, dia tidak dapat menuruti keinginan hatinya. Apa yang berlalu biarkan berlalu, meskipun Hyun Jae belum menjadi milik sesiapapun dimasa kini tetapi Dae Ho tahu akhir dari kisah cinta Hyun Jae.

Mahu bagaimanapun, pemenangnya tetaplah Ji Ah--gadis yang ia cinta.

Dae Ho tidak cukup bodoh untuk mengubah segalanya di masa kini kerana sekeras apapun cubaannya, akhirnya akan tetap sama. Cinta mati Hyun Jae hanya pada Ji Ah, bahkan segala pengorbanannya dimasa lalu tidak pernah mengubah perasaan Hyun Jae padanya.

Tapi sampai bila dia akan terjebak disini?

Jika dihitung ini sudah hari ke-15 Dae Ho berada di dunia ini. Apa dia akan selamanya berada di dunia masa lalu? Tapi mengikut kiraan umur sebenarnya, ia sudah 2 tahun lebih tua dari penampilannya yang sekarang.

Takkan lah dia harus terjebak disini dengan umur muda?

Menjalani hidup dari awal?

Atau jangan-jangan ada apa-apa yang ia terlepas sehingga ia tidak ditarik kembali ke dunia asalnya? Tapi apa itu?

"Hey Dae Ho!" Dia tersentak dari lamunannya dan melihat gerangan yang memanggilnya. Ia adalah Min Hoon.

"Lagi-lagi kau melamun seperti 2 minggu lalu, ayo beritahu aku apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Tanyanya.

"Itu...tiada apa."

"Yahhh...biasa bila orang lelaki jadi pendiam dan banyak melamun, otaknya sedang memikirkan seseorang. Jangan-jangan kau sedang jatuh cinta Dae Ho! Oh my god!" Heboh Seo Jun merangkul bahu Dae Ho membuat yang berada disana terkejut bukan main.

Terbukti dengan anak-anak buahnya yang awalnya sedang ralit berborak namun teralihkan dengan perkataan Seo Jun. Segera mereka menoleh pada sang ketua. Yang sedang minum segera menyemburkan minuman mereka, itu tidak lagi yang sedang mengunyah gula-gula, langsung tercekik.

Min Hoon dan Ha Jeyin juga tidak kalah shock. Jika mereka adalah animasi, sudah dipastikan bola mata mereka akan copot.

"Bos sedang jatuh cinta?"

"Wah ini tidak bisa dipercaya!"

"Horeyy kita akan mendapatkan ratu!"

Min Hoon yang masih shock di tempat dengan Ha Jeyin yang berada di jok belakang motor bertanya dengan nada tidak percaya, "Apa itu benar Dae Ho?" Tanyanya dengan ragu-ragu.

Soalnya Dae Ho itu tidak pernah menganggap wanita itu lebih daripada teman kencannya. Dia yang playboy, memiliki lebih daripada 20 teman wanita dalam masa yang sama, tidak pernah sekalipun ia serius dalam suatu hubungan.

Jadi siapa wanita yang berjaya menawan hati Dae Ho yang sekeras batu?

Dae Ho yang ditanya bukan main gegabah, semua mengeruminya. "S- siapa kata aku jatuh cinta! Itu tidak mungkin terjadi!" Namun dia tidak dapat menahan wajahnya dari memerah malu--membuat yang lainnya saling berpandangan.

Sebelum tersenyum penuh arti.

"Ouhh begitu ya..." Kata Seo Jun menaik turunkan keningnya. Dae Ho yang melihat ingin saja menendangnya ke laut.

Min Hoon turut mengusik, "Sepatutnya malam ni dingin tapi kenapa ya orang tu mukanya merah?" Yang mendapat pukulan dari Ha Jeyin yang ketawa.

Dae Ho yang sudah malu besar, bangun dari duduknya lalu menghampiri motornya.

"Hey hey mahu kemana?" Atau dalam bahasa kuno "Mahu lari kemana?". Dae Ho mengendahkan pertanyaan Seo Jun. Hanya dengan soalan itu saja, Dae Ho sudah tahu mereka tengah menggodanya.

Tidak mahu melayani kerenah teman-temannya, ia pun pergi.

Sebelum Dae Ho benar-benar keluar dari sana, dapat ia dengar suara Ha Jeyin yang meleking dari kejauhan.

"JANGAN LUPA BAWA DIA KE SINI YA!"

"Tch." Dae Ho mempercepat motornya dan keluar dari sana. Menelusuri kota malam hari yang masih sesak dengan orang ramai, tentu saja kerana ini baru jam 8.

Ia tidak tahu tujuannya kemana, mahu pulang ke rumah itu akan sangat membosankan. Bersiar-siar seorang diri juga bukan idea yang bagus, Dae Ho tidak biasa sendirian. Jadi tanpa fikir panjang, ia pun mengambil jalan menuju ke kota yang tidak pernah ia pergi sama sekali.

Yah itu dimasa kini, tapi tidak dimasa lalu.

Menempuh perjalanan kira-kira 1 jam, akhirnya tiba Juga Dae Ho disana.

Ia memperlahankan motornya, melihat-lihat kota yang pernah menjadi kenangan dalam kisah hidupnya. Ia melalui pondok yang pernah tidak sengaja mempertemukannya dengan Hyun Jae, yang pada akhirnya membawanya ke tempat berkumpul geng motornya.

"Kau suka motor,kan?"

"Bukan urusan mu."

"Ini sudah malam, biarkan aku mengantarmu."

"Kau fikir aku perempuan ke apa hah!"

"Nanti diculik hantu loh."

Dae Ho tersenyum apabila teringat kembali kenangan bersama Hyun Jae. Dia paling suka menjahili Hyun Jae, ya...itu sebelum ia mengetahui perasaan sebenarnya. Meski begitu hanya Dae Ho yang paling mengerti dirinya.

"Dari awal aku sudah terjebak denganmu." Gumamnya pelan."....sampai sekarang."

Mengingat baru beberapa minit yang lalu ia berkata ingin melupakan semuanya. Tapi Dae Ho tidak dapat menahan keinginan dirinya untuk datang kesini. Membayangkan kembali detik-detik bersama Hyun Jae di masa lalu hingga membuat jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya.

Perasaannya...masih sama.

Meski begitu, ia tidak dapat berbuat apa-apa mengenai itu. Mengalah adalah satu-satunya cara agar ia dapat merelakan Hyun Jae. Sekalipun jika hatinya menjerit tidak terima, Dae Ho tidak akan mahu mendengarkannya.

Pada akhirnya Dae Ho beredar dari sana, tapi lagi-lagi perasaan dalam dirinya membuatnya tidak tenang. Apa yang ia inginkan? Bohong jika Dae Ho tidak merindukan sosok Hyun Jae, sudah lama ia tidak bertemu dengan lelaki itu.

"Baiklah kali ini saja."

Sesungguhnya lawan tersulit Dae Ho adalah dirinya sendiri. Mahu sekeras apapun usahanya, pada akhirnya ia akan tetap kalah. Dae Ho berbalik masuk ke dalam kota tersebut dan menyewa 1 aparment buat dia menginap disana.

Esoknya, pagi-pagi sekali dia sudah mendapat mesej daripada Min Hoon.

Min Hoon:
Kau dimana?

Dae Ho mengabaikan pesan tersebut lalu berjalan ke kamar mandi. Ponteng sekolah sekali-sekala rasanya tak apa-apa,kan? Usai mandi, ia berganti pakaian sebelum buru-buru keluar dari apartemen. Tujuan Dae Ho kali ini adalah sekolah Hyun Jae.

Sampai disana dengan motornya, Dae Ho lagi-lagi dibuat rindu dengan kenangan masa lalu. Biarpun ia sempat berpindah kesana tidak sampai seminggu, tetapi dia menikmati moment mereka bersama.

Menunggu jam sekolah tamat, Dae Ho mengambil satu tempat duduk di sebuah bangku. Jika diingat-ingat ini adalah bangku dimana ia berusaha menenangkan Hyun Jae yang patah hati. Ia duduk disana dengan sabar, melirik jam, masih ada 6 jam sebelum sekolah berakhir.

Skip.

Loceng sekolah berbunyi nyaring, menandakan sudah waktunya pulang. Tidak mahu terlepas peluang, Dae Ho lantas berdiri untuk mencari keberadaan Hyun Jae. Ia hanya ingin melihatnya saja, untuk melepas rasa rindu dihati.

Cari punya cari seperti seorang ayah yang mencari anaknya, Dae Ho akhirnya menemukan Hyun Jae. Macam biasa lelaki itu berjalan keluar dari sekolah bersama kedua temannya di samping. Bergelak tawa tanpa mengetahui dirinya sedang diperhatikan, Dae Ho pun mengekori.

Di tengah perjalanan, ia berpisah dengan Jung Hee sebelum meneruskan kembali perjalanannya bersama Dong Sun.Hingga kemudian, mereka berdua pula berpisah mengikut jalan pulang yang berbeda.

Dari sinilah Dae Ho memulakan aksinya. Mengintip Hyun Jae dengan bersembunyi dari satu tiang ke tiang lainya. Semua yang ia lakukan demi melihat Hyun Jae. Bertapa ia merindukan lelaki itu.

Kerana setelah kejadian ini mereka tidak akan lagi bertemu. Entah itu dimasa kini ataupun dimasa lalu.

"Aku tahu kau mengikutiku."

!!!

Dae Ho tercengang apabila Hyun Jae tiba-tiba berbalik ke arahnya sambil berpeluk tubuh. Wajah yang tidak sempat dilihatnya tadi, kini terlihat jelas. Dengan penampilannya yang masih sama, hanya saja ia tampak lebih muda.

Tentu saja, di masa kini Hyun Jae berusia 15 tahun.

"Siapa kau? Apa aku mengenalmu?" Tanya Hyun Jae, meski menyadari dirinya tengah diikuti, ia tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.Sebaliknya memandang tajam lelaki aneh di hadapannya.

"....."

"Kalau kau tak mahu jawab, aku akan melaporkan ini pada pihak polis. Jangan main-main denganku, orang aneh. Kalau kau mahu menculikku, sebaiknya kau hentikan saja idea konyolmu itu. Orang tuaku terlalu sibuk untuk ambil tahu semua tentangku. Kau hanya akan membuang waktu. Oh ya, Dong Sun juga kaya. Culik saja dia." Tambahnya lagi.

Air mata yang tidak tumpah menyengat mata Dae Ho.

Hyun Jae ingin beredar ketika dia dibuat perasan akan raut wajah lelaki itu yang tampak sedih. Ia tidak mengatakan apa-apa yang melukai perasaannya,kan? Kegelisahan Hyun Jae bertambah apabila lelaki itu tiba-tiba mengeluarkan air mata.

"Yahh!! Kau kenapa?!" Paniknya, takut dikira dia pula yang jahat disini.

Manakala Dae Ho, dia terlalu larut dalam emosi hingga tanpa sedar menangis. Dia hanya diam berdiri di hadapan Hyun Jae, mengatakan kata-kata rindu yang hanya didengari hatinya. Ia ingin memeluk Hyun Jae tapi ia tahu itu mustahil.

Brengsek, dia sangat mencintainya.

Biarkan rasa ini membunuhnya.

Hyun Jae semakin merasa bersalah, "Hey!" Panggilnya, mengibas tangannya di wajah lelaki itu yang tidak mengatakan apapun. Jarak mereka begitu dekat kerana Hyun Jae menghampiri Dae Ho.

Dan hal itu berjaya menghentikan lamunan Dae Ho, dia tersentak kecil lalu memandang Hyun Jae yang sudah berdiri cukup dekat dengannya. Sontak, jantung Min Hoon berdegup kencang dengan wajahnya yang memerah. Dan lagi sekali menimbulkan rasa bingung dari Hyun Jae.

"Kau tak apa-apa?"

Dae Ho berdeham pelan, "Aku okey." Sialan bagaimana semuanya boleh berubah dalam sekelip mata?

Dia hanya cuma ingin melihat Hyun Jae, tapi tidak untuk berhadapan dengannya. Dia belum bersedia untuk itu.

"Tapi kau menangis? Apa kau membutuhkan duit? Aku ada walaupun tak banyak." Hyun Jae ingin menyerahkan duit miliknya ketika satu tangan menghentikannya. Dan orang itu adalah Dae Ho. Langsung Hyun Jae mendongak.

"Aku tak memerlukannya." Suara serak Dae Ho membuat Hyun Jae membeku.

"Tapi--"

"Wajahmu hanya mengingatkanku pada seseorang." Potong Dae Ho.

Hyun Jae yang mendengar, terus dibuat terdiam. Akhirnya ia mulai memahami semuanya. "Oh, maafkan aku."

"Kau tak perlu meminta maaf."

Keheningan mencekam diantara mereka berdua, dan Hyun Jae yang memecahkannya.

"Apa dia orang yang begitu berharga dalam hidupmu?" Hyun Jae merasa tidak enak kerana telah menuduh yang tidak-tidak pada lelaki aneh itu tadi. Untuk membaiki hubungan mereka berdua, ia bertanya dengan niat ingin lebih terbuka.

"Boleh dikatakan begitu."

Tersenyum, "Kalau begitu kau boleh memelukku."

Dae Ho tidak mendugakan jawapan Hyun Jae akan mengejutkannya. Matanya terbuka lebar, memandang Hyun Jae tidak percaya. Sedangkan Hyun Jae yang melihat lelaki itu tidak mengatakan apapun mengaru pipinya malu-malu.

"Uhmm aku juga pernah kehilangan seseorang. Tidak begitu berharga juga, hanya saja aku sangat menyayanginya. Jadi aku memahami perasaanmu, pasti diriku mengingatku pada adikmu,kan? Tak apa, kau boleh memelukku sepuasmu." Persilakan Hyun Jae.

Perkataan Hyun Jae membuat Dae Ho kebingungan. Tidak pernah sebelum ini ia mendengar Hyun Jae kehilangan seseorang di masa lalu, atau apa hanya dia saja yang tidak tahu?

"Apa aku boleh?" Suaranya begitu kecil, begitu ragu-ragu, seolah dia berharap Hyun Jae mengambil kembali ucapannya.

Hyun Jae ketawa kecil. "Tentu saja, kita sesama lelaki, tiada apa yang salah."

BRAKKK!!

Hyun Jae hampir tersandung ke belakang apabila lelaki itu tiba-tiba menyusul masuk ke dalam pelukannya dan memeluknya erat. Dia terkedu untuk sesaat namun tak lama ia turut membalas pelukan itu. Memberi kenyamanan padanya untuk membuat ia merasa seolah-olah kini tengah memeluk orang yang dia sayang.

"Aku merindukanmu...aku sangat merindukanmu setengah mati." Hyun Jae hanya diam ketika lelaki itu berkata dengan putus asa. Dia yakin lelaki itu sekali lagi menangis, kali ini benar-benar di atas bahunya.

"Maafkan aku jika bukan aku yang menjadi pilihanmu, tapi aku senang dapat menghabiskan masa denganmu.Aku sangat bahagia, tiada yang lebih bahagia selain memelukmu seperti ini." Hyun Jae tidak mengerti apa yang dimaksudkan lelaki itu tapi ia memilih untuk tetap diam.

"Aku mencintaimu..."

Dari belakang, Dae Ho perasan tangannya mulai samar-samar mengeluarkan sinar terang. Bintik-bintik kuning bermunculan membuat tangannya perlahan semakin menghilang.

Ah sudah masanya ya.

Segera ia melepaskan pelukan dan menjauh. Menyembunyikan tangannya ke belakang, Dae Ho tidak mengatakan apapun dan cuma diam menatap Hyun Jae. Sedangkan Hyun Jae yang jelas kebingungan ingin mendekat tetapi terhalang dengan bunyi suara dari seberang.

Dia menoleh dan mendapati suara gaduh dari pemilik kenderaan kepada perjalan kaki yang asal melintas tanpa melihat.

Tidak mahu ambil peduli, ia pun berpaling semula ke depan. "Kau—"

Tapi perkataan Hyun Jae terhenti apabila mendapati tiada sesiapa di hadapannya. Ia berkerut hairan, kemana perginya lelaki aneh itu? Ia melihat sekitar namun tanpa sepengetahuan Hyun Jae, sebenarnya Dae Ho masih berada disana.

Hanya saja dia sepenuhnya sudah menghilang dan kini menjadi halimunan.

"Orang aneh!"

Dae Ho yang tertanya-tanya mengapa Hyun Jae terus mencari dirinya pun ingin menyentuh tangan Hyun Jae apabila dia dibuat tercengang ketika jarinya menembusi Hyun Jae. Dia terkejut, ia tidak lagi dapat merasakan Hyun Jae.

"Hyun Jae!"

Hyun Jae tidak mendengarkannya.

Apa yang terjadi?

"Hyun Jae!" Hasilnya tetap sama.

Yang mendengarkan suaranya hanya dirinya sendiri. Sebaliknya Hyun Jae yang berada di dunia masa kini mulai memudar, menandakan sebentar lagi dirinya akan kembali ke dunia sebelumnya--dunia masa lalu yang sangat dia benci.

Dae Ho tidak mahu berpisah dengan Hyun Jae, lebih baik dia terjebak di dunia ini daripada menerima kenyataan yang Hyun Jae sudah menjadi milik Ji Ah di masa lalu. Biarpun dimasa ini mereka tidak akan bersama tapi setidaknya dunia ini tidak terlalu menyakitkan baginya.

"Tak, tak! Hyun Jae tidak!"

Dalam usaha Dae Ho menghentikan putaran waktu yang terus berputar, dunia yang dihuni Hyun Jae berubah sangat cepat, diganti dengan beberapa serpihan-serpihan memori sebelumnya lalu setelahnya berganti lagi dengan putaran jam dan detik yang terus terpapar.

"HYUN JAE!!

Dae Ho terbangun dari tidurnya dengan wajah penuh keringat dan nafas yang memburu. Dadanya turun naik kerana mengalami sesuatu yang buruk selama dalam tidurnya. Ia turun dari katil dan berjalan ke mejanya untuk mengambil telefon yang tergeletak disana.

Benda pertama yang ia lihat sewaktu menghidupkan telefonnya adalah tarikh.

17 April 2023

Dae Ho telah kembali ke masa sekarang.

Ternyata itu bukan cuma mimpi. Dae Ho menghembus nafas dalam-dalam dan berhenti, meletakkan seluruh berat badannya di dinding terdekat dan membiarkan dirinya meluncur ke arah lantai sehingga duduk di atasnya.

Apa itu bermakna usahanya dalam menghentikan insiden yang terjadi di masa lalu juga turut berpengaruh di dunia yang ia tempati sekarang? Atau jangan-jangan semuanya masih tetap berjalan seperti biasa dan dia masih berakhir sendirian?

Tok! Tok!

"Dae Ho! Sudah waktunya sarapan sayang. Kamu sudah bangun,kan?" Suara ibu Dae Ho terdengar dari arah luar pintu. Dan Dae Ho baru perasan dia sekarang sedang berada di bilik di rumahnya.

Bukan di apartmennya.

—ada sesuatu yang berubah.

"I-ya mom, aku akan turun sebentar lagi!

"Jangan lama-lama, ada Min Hoon dibawah." Perkataan ibunya sontak membuat Dae Ho terbelalak.

Ia tidak salah dengar bukan? Tidak mempedulikan penampilannya yang acak-acakan, ia pun berlari keluar dan menuruni tangga ke lantai satu.

Dimana di ruang tamu ia menemukan Min Hoon yang sedang duduk santai di sana. Sepupunya itu sudah lengkap berpakaian sekolah dengan keretanya yang terparkir sempurna di hadapan rumahnya.

"Aish Dae Ho! Kau belum juga mandi?!" Omel ibunya yang baru keluar dari dapur, menarik perhatian Min Hoon yang fokus bermain telefon. Dia berpaling dan melihat sepupunya tengah menatapnya tanpa berkelip, mulutnya ternganga.

Min Hoon berdiri, "Kau okey?"

Dae Ho tersenyum tapi wajahnya yang sekeras mungkin berusaha agar tidak mengeluarkan air mata membuat wajahnya terlihat lucu, "Aku okey."

Kembali ke atas, Dae Ho bersiap dan turun dengan pakaian sekolah. Untuk pertama kalinya setelah 2 tahun dia duduk berpisah dengan orang tuanya, dia bersarapan bersama mereka. Dae Ho makan sembari menahan air mata. Sedar dirinya tidak berpindah keluar dari sini, sudah jelas dia berada di garis masa yang berbeza.

Selesai, ia pun berangkat ke sekolah bersama Min Hoon.

Di sekolah, Dae Ho bertemu teman-temannya dan Ha Jeyin yang masih hidup. Dia begitu bahagia semuanya baik-baik saja, usahanya tidak sia-sia. Mereka menghabiskan masa seharian bersama dan berkumpul seperti dahulu.

Tidak sehingga Ha Jeyin memperkenal mereka dengan seseorang yang tak lain tak bukan adalah Jung Hee bersama teman-temannya.

Bukan main shock Dae Ho, dia merutuki dirinya yang hampir melupakan fakta penting bahawa di garis masa sebelumnya Ha Jeyin berteman dengan Jung Hee.

Tiada halangan apapun yang dapat menghentikan pertemuan mereka, melainkan saja Dae Ho ikut campur.

Selama Ha Jeyin memperkenalkan Jung Hee kepada Min Hoon, Dae Ho hanya diam berdiri disana sambil memandang Hyun Jae. Sepertinya Hyun Jae tidak terlalu memperhatikannya, lelaki itu tampak ralit berbual dengan Dong Sun. Biar ia tebak, pasti Jung Hee yang memaksanya ikut.

Oh ya, apa itu bermakna dengan perubahan garis masa, masa depan Hyun Jae juga ikut berubah? Tapi rasanya tidak mungkin, mahu Ha Jeyin hidup atau tidak, dia tetap pasti akan bertemu dengan Ji Ah, takdirnya sudah tertulis begitu.

"Mahu kemana?" Acara kabur Dae Ho diketahui oleh Seo Jun.

"Uhm...aku baru ingat aku belum bagi makan Sumo." Sumo--anjing comel peliharaannya.

Sebelah kening Seo Jun terangkat, "Kau kan boleh telefon ibu kau, minta tolong dia saja uruskan anjingmu."

'Sialan kau Seo Jun! Mahu dimasa lalu ataupun dimasa sekarang kau selalu saja buat aku naik darah.'

Dae Ho membalas, "Ibuku sibuk, dia akan pergi ke paris selama 3 hari bersama ayahku. Jadi tiada siapa yang akan mengurus Sumo, aku harus bergegas balik. Nanti Sumo kabur lagi." Bohong Dae Ho walhaf ingin cepat-cepat kabur sebelum Hyun Jae menyadarinya.

"Hey—" Tidak mempedulikan temannya, Dae Ho ingin berbalik pergi apabila dia dibuat terkejut dengan kemunculan Hyun Jae di belakangnya--menyelidikinya.

Glup! Matilah dia.

"Aku seperti pernah bertemu denganmu. Kau orang aneh itu, kan?!" Perkataan Hyun Jae mendadak memberinya serangan kejutan. Jika dia ada penyakit jantung, sudah dipastikan dia akan langsung tewas di tempat.

"Kau silap orang kali." Kata Dae Ho, menelan ludah gugup. Keringat sebesar biji jagung tampak mulai bermunculan, menambah kesan keanehannya.

"Tidak, aku tidak pernah salah. Kau dengan orang aneh itu sama-sama memiliki wajah yang sama, tapi jika dilihat-lihat wajahmu tidak berubah sama sekali ya. Berapa umurmu sekarang?" Belum juga diakui Dae Ho, Hyun Jae bertanya seolah dirinya sudah benar.

Min Hoon yang tidak sengaja mendengar, terus bertanya, "Kalian saling kenal?"

"Iya, itu sekitar 2 tahun yang lalu. Dia mengikutiku dan hmphh--!" Sebelum semuanya tambah parah, Dae Ho buru-buru membungkam mulut Hyun Jae dan menariknya menjauh.

"Excuse me, urusan pribadi." Permisi Dae Ho kepada teman-temannya yang hanya mampu ternganga melihat teman Jung Hee yang diculik Dae Ho entah kemana.

Bila dirasa sudah aman, Dae Ho pun melepaskan Hyun Jae. "Kau tak boleh mengatakan apapun mengenai pertemuan kita 2 tahun lalu, tak semua benda kau boleh menceritakan pada semua orang. Kau harus menghormati privasiku juga."

"Oh, maafkan aku.Aku cuma...kau terlihat seperti tidak mengingatku sama sekali tadi. Jadi aku cuba mengingatkanmu semula. Dan kau memang orang aneh itu kan?Kemana kau pergi? Kau tiba-tiba saja hilang waktu itu." Tanya Hyun Jae ingin tahu.

Dae Ho tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak terfikirkan jawapan untuk hal ini. Dia fikir dia tidak akan bertemu Hyun Jae lagi di garis masa yang sekarang.

"Itu...aku tak mahu kau merasa tidak enak denganku, yah terlebih aku juga orang aneh yang mengikutimu dan memelukmu, jadi aku pergi sewaktu perhatianmu teralihkan."

"Aku tak mempermasalahkan hal itu, sebaliknya aku senang dapat membantumu. Jadi bagaimana keadaanmu sekarang, sudah lebih baik?" Hyun Jae bertanya berharap apa yang ia lakukan 2 tahun lalu memberi perubahan besar pada lelaki di hadapannya ini.

Dae Ho melihat ke arah lain, guna melepaskan rasa gugup.

"Iya, lebih baik."

Ada jeda yang canggung.

Tersenyum, "Aku senang mendengarnya. Aku harap kau tidak terus terjebak di masa lalu, tataplah masa depan." Dae Ho tersentak, itu adalah kata-kata yang pernah ia lontarkan pada Hyun Jae dulu.

"Uhm... bagaimana denganmu?" Dia tidak tahu mengapa dia tiba-tiba bertanya begitu. Yang Dae Ho tahu, dirinya hanya ingin memastikan sesuatu.

Hyun Jae mengangkat bahu, seolah acuh tak acuh. "Nah, aku juga sudah merasa lebih baik. Rasa kehilangan yang sempat aku rasakan dulu, sudah sepenuhnya menghilang dan aku dapat meneruskan hidup seperti biasa."

"Kalau boleh aku tahu, siapa orang yang kau maksudkan 2 tahun lalu?"

"Oh itu...uhm ya kau tahu? Macam biasa tak semua cinta bertepuk kedua-dua belah tangan HaHa. Tiada yang perlu difikirkan, hanya cinta monyet dan aku sudah melupakannya. Nampaknya pertemuan ku denganmu cukup menguntungkan, aku belajar banyak darimu." Katanya.

Dahi Dae Ho berkerut.

"Siapa namanya?"

"Hah?"

"Orang yang kau suka...siapa namanya?" Ada sesuatu yang salah, ada apa ini? Siapa yang dimaksudkan oleh Hyun Jae? Tidak mungkin itu Ji Ah,kan? Dia kan mencintai gadis itu sejak dari dulu.

Meskipun bingung dengan pertanyaan tiba-tiba dari Dae Ho, Hyun Jae tetap menjawab. "Namanya Ji Ah."

Dug!

Serasa dunia seakan terhenti, Dae Ho tertegun di tempat. Telinganya belum tuli untuk menyuruh Hyun Jae mengulang kembali perkataanya barusan. Dia tidak menjangkakan ini sama sekali, ini tidak seperti kiraanya. Harusnya di garis masa ini Hyun Jae masih tetap bersama Ji Ah.

Bagaimana ini boleh terjadi?

Apa yang tidak dia ketahui telah dia lakukan dimasa lalu yang menyebabkan masa depan Hyun Jae berubah?

"B-berapa lama kau mengenalnya?"

Hyun Jae terlihat sedang berfikir, "Itu...tidak lama juga. Aku mengenalnya setelah naik sekolah menengah. Kelas kami berbeza jadi aku tidak langsung mengenalnya pada waktu itu, selepas 1 tahun baru kami saling kenal.Aku jatuh cinta pandang pertama padanya, aku tidak tahu yang dia sudah ada yang punya."

"Sudah berpunya?"

Dae Ho tidak mengingat informasi apapun mengenai ini. Seingatnya Ji Ah itu tidak memiliki kekasih sebelumnya, bahkan yang bersama dengannya pada waktu itu adalah untuk ia gunakan agar menipu Hyun Jae agar menjauh darinya.

Hyun Jae menghela nafas, "Iya, teman lelakinya bersekolah di sekolah yang berbeza. Tidak silap aku namanya Ha Jaehwa, 1 tahun lebih tua dari kami."

Tunggu sebentar.

Marga 'Ha'? Jangan-jangan--

Kenapa Dae Ho tidak terfikirkan ini sama sekali?! Akhirnya ia sudah faham.

Kematian Ha Jeyin juga berdampak pada masa depan Hyun Jae, dimana jika Ha Jeyin mati, keluarganya akan berpindah ke luar negara dan hal itu akan membuat hubungan Ha Jeyin dengan Ha Jaehwa yang ternyata adiknya Ha Jeyin renggang.

Berakhirnya hubungan mereka berdua menjadikan kesempatan buat Hyun Jae untuk memiliki Ji Ah.

Bingo!

Dan jika sebaliknya dia berjaya menyelamatkan nyawa Ha Jeyin, hubungan antara Ji Ah dengan adiknya tidak akan pernah berakhir. Bermakna masa depan Hyun Jae juga ikut berubah.

Dae Ho tidak tahu harus senang atau sedih dengan kisah cinta Hyun Jae.

"Tapi kau sudah melupakannya, kan?"

"Bodoh jika aku masih mengejarnya yang jelas-jelas tidak akan memandangku sama sekali. Kalau dia single sih, itu masih dapat diusahakan." Hyun Jae ketawa.

Dae Ho senang mendengarnya, dia tersenyum. Apa dengan begini dia memiliki kesempatan untuk membuat Hyun Jae berpaling padanya? Mengingat itu cukup mustahil bagi dunia masa lalu. Tapi jelas-jelas garis masa ini Hyun Jae tidak mengejar sesiapapun lagi.

Dia harus...dia harus mendapatkan Hyun Jae. Tidak kira selama mana untuk menghancurkan dinding halangan di antara mereka, selagi Hyun Jae bukan miliknya, dia akan terus berusaha.

"Oh ya, kita belum berkenalan lagi." Hyun Jae menghulurkan tangannya.

"Namaku Hyun Jae, senang bertemu denganmu kembali." Melihat itu, Dae Ho tidak langsung menjawab, dia memandang Hyun Jae bergantian sebelum mencapainya lalu berkata lembut.

"Aku Dae Ho."

Kita akan bersama,kan?

Ketika cinta memang ditakdirkan, tidak ada yang tidak bisa mereka lakukan.
.

.

.

.

.
🌹 TAMAT 🌹

Akhirnya boleh tidur dengan tenang:")

Terima Kasih buat kalian yang setia baca sampai tamat.
Ara hargai sangat-sangat.
Sayang kalian♡

Tunggu book terbaru!

Sebelum kita berpisah, Ara ada 1 pertanyaan special. Kalian rasa kira-kira tangan siapa yang ada dalam cover? Kalau kalian betul kalian memang hebat. Pilihannya cuma ada 2.

Min Hoon dengan Sang Hee
Atau
Min Hoon dengan Ha Jeyin


Ayo tebak dan kenapa kalian pilih tu?
Ara cuma nak tahu siapa yang boleh baca fikiran Ara.

Dalam canon ending Min Hoon kehilangan mereka berdua jadi kalian rasa tangan siapa dalam cover? Muehehe...

Continue Reading

You'll Also Like

107K 4.1K 42
Yakuza, Mafia, Gangster dan seangkatan dengannya. Tidak pernah dia memikirkan yang dirinya akan terlibat permasalahan dengan orang seperti begitu. Mu...
1.8K 99 7
Special Edition 2 Zue x Zaquan Bila kau dibesarkan di keluarga yang suka manjakan anak2 dan kau obesiti...yea mcm tu Zue skrg apa cite ni bro!?
760K 26K 46
"kakak, kakak nak tahu tak tadi ibu terserempak dengan kawan abah ni.. tinggi, handsome, putih mcm korea. Kakak kan minat korea." "bohonglah mesti t...
59.3K 3.8K 56
Stranger. Schoolmate. An engagement. A wedding. From school uniform to wedding dress. Seorang perempuan yang takut untuk jatuh cinta. Seorang lelaki...