Adventure to Another World

By Amarine05

2K 496 23

Pegawai kantor yang merasa dirinya diculik dan dibawa ke dunia lain. Mengira dirinya akan menjadi pahlawan un... More

First Word
1. Beradaptasi
2. Berkelana
3.Bertemu Makhluk Suci
4. Naga Hitam
5. Wilayah Vermand
6. Produk Selai
7. Putra Marquis Vermandi

Prolog

283 71 2
By Amarine05

Wanita itu mengikat rambut pirangnya, merapikan penampilan. Menghela napas berat, ia menepuk kedua pipi menyiapkan diri untuk kembali bekerja. Hari ini... Rosella akan berjuang, lagi. Ia sudah berkali-kali mendapat amukan tak berdasar, lebih jelasnya sang atasan menjadi uring-uringan sejak kasus perceraian yang dialami oleh Pak Albert. Tak hanya Rosella, melainkan hampir seluruh karyawan yang bekerja di sana turut mendapatkan imbas dari gagalnya rumah tangga Pak Albert.

"Semangat, Rosie!" Katanya pada diri sendiri.

"Rosie, Pak Albert memanggilmu." Kata salah satu rekannya ketika ia tiba di ruang staf.

"Lagi?" Beonya tak mengerti.

Wanita yang duduk di bangkunya mengangguk. Ia adalah Ruby, teman satu kantornya. "Ya," cicitnya. "lebih baik kau cepat pergi."

"Hm." Rosella mengangguk sembari menerka-nerka. Kira-kira apalagi yang bosnya ingin ocehkan padanya?

Menghela napas sejenak, memantapkan hati. Rosella bergerak mengetuk pintu kaca, lalu menggesernya. Memasang senyum kikuk, Rosella berdiri di depan meja sang atasan. Albert, selaku atasan sedang membolak-balikkan map file di atas meja kerjanya.

Sang atasan berdecak, menatapnya galak dan membanting map file tersebut di depan Rosella. "Rosella," panggilnya membuat bulu kuduknya merinding. "kau sudah lama bekerja di perusahaan ini. Tapi kau masih saja terus membuat kesalahan."

Rosella menunduk, ia meremas kedua tangannya gugup.

"Aku heran," pria itu masih menatapnya, tak terlihat senang. "kau bahkan masih punya harga diri setelah membuat kesalahan."

Rosella buru mengangkat wajahnya, ia tak mengerti. "Maaf, pak. Tapi--"

"Diam!" Bentaknya kasar membuat siapa saja yang berada di luar ruangan mampu mendengar. "Aku belum selesai berbicara. Bagaimana bisa kamu lupa memeriksa invoice hari ini?! Customer ada yang lolos dan berdalih karena hal itu. Seharusnya ini adalah hari jatuh tempo. Kau tidak dibayar untuk berleha-leha."

Habis-habisan. Ia dimarahi, ditegur dan dihina habis-habisan. Padahal, pemeriksaan invoice bukanlah tugasnya, melainkan tugas Lisa. Namun, seakan tak peduli, sang atasan terus mencercanya hingga pria itu memecatnya.

Netra Rosella membola, ia tak berkutik. Belum sempat memberi keterangan, sang atasan memintanya keluar ruangan. Seluruh pegawai yang mendengar hal itu hanya bisa menatap Rosella dengan iba. Mereka tahu, bahwa sebenarnya Rosella tak bersalah. Sang atasan hanya mencari mangsa untuk melampiaskan kemarahannya. Kemarin Ruby, hari ini Rosella, besok-besok... mereka tak tahu siapa yang akan menjadi target amarah Albert.

Rosella kembali ke ruangannya dengan mata berkaca-kaca, ia bahkan tak mengeluarkan sepatah kata pun selain membereskan barang-barang yang ia miliki. Ruby bangkit dari bangkunya, ia menatap sang rekan dengan tatapan iba. Rosella merapikan barang-barangnya dan mengumpulkannya dalam kardus.

"Rosie," panggilnya. "Kau tidak harus membereskan barang-barangmu."

Rosella menggeleng. "Kau tidak dengar?" Lirihnya. "Aku dipecat."

Kini Lisa yang duduk di seberang menggeleng cepat. "Tidak, aku bisa menjelaskannya pada Pak Albert--"

Rosella menatap Lisa tak yakin, ia merasa perjuangannya selama tiga tahun bekerja di perusahaan besar semacam Black corp sia-sia. "Tak apa, tidak perlu. Jangan sampai kau dipecat sepertiku. Lagipula, aku lelah. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk beristirahat."

Begitu selesai berkemas, wanita itu perlahan pergi tanpa menoleh lagi ke belakang. Ruby dan Lisa menghela napas berat, keduanya melirik ke arah pegawai lain yang serentak mengalihkan pandangan. Mereka tak ingin mengalami apa yang Rosella alami.

Rosella merasa hampa. Bohong bila ia tak sedih. Bekerja di Black corp adalah impiannya saat itu, tapi dipecat dengan alasan tidak masuk akal dan dihina membuatnya sakit hati. Rosella tak akan lagi kembali ke sana, meskipun pak Albert memohon sekalipun, ia tak akan kembali. Jadi, setelah ini ia akan berjuang mencari pekerjaan baru.

Begitu sampai di mini flatnya, Rosella memilih merebahkan dirinya di depan ruang TV. Sepatu, tas, dan perlengkapan kantornya ia biarkan berserakan di atas lantai. Pikirannya tiba-tiba melayang pada hal yang menyenangkan. Kali ini ia ingin menghabiskan malamnya untuk bersenang-senang, tak peduli pada hari esok.

"Benar juga, mengapa aku tidak bersenang-senang saja? Selama ini aku jarang sekali mendapatkan hari libur!" Sorot sayu itu kini berubah menjadi berbinar. Rosella segera meraih tasnya yang tergeletak sembarangan dan mencari-cari dompetnya. Ia tertawa layaknya wanita gila. "Aku akan menguras isi atmku!"

***

Rosella telah menguras isi atmnya. Kini di dalam dompet ada banyak sekali uang kertas yang nantinya entah ia gunakan untuk apa. Berjalan sendirian, ia pergi menghampiri minimarket. Membeli beberapa bir kaleng dan camilan. Rosella berencana menghabiskan malamnya dengan mabuk dan menonton film di rumah.

Ia tak peduli bagaimana keadaan finansialnya saat ini, yang ia inginkan adalah mengobati kekesalannya dan berniat bersenang-senang. Masalah pekerjaan bisa ia pikirkan nanti setelah rasa kesalnya menghilang.

Diam-diam, tanpa sepengetahuan siapapun, Rosella mengelus pelan uang gepokan miliknya.

"Sayangku, jangan cepat habis, ya?"

Seolah uang tersebut dapat berbicara, wanita itu tersenyum lebar sembari merapalkan kalimat-kalimat agar uangnya tak kunjung habis.

Begitu memasukkan kembali uangnya ke dalam tas, Rosella melewati gang sempit yang jarang dikunjungi oleh orang. Bukannya ia tak takut ada preman atau semacamnya, namun ia ingin segera sampai di rumah. Dan beruntung sekali, gang sempit yang ia lewati begitu sepi, tak ada satupun orang termasuk preman. Sorot lampu jalan pun tak banyak membantu penglihatannya. Cahaya termaram dan bulu kuduk Rosella tiba-tiba merinding.

Sesaat kemudian bunyi gesekan benda terdengar. Rosella reflek menoleh ke sisi kiri dan kanannya bergantian, mencari-cari apa yang mencurigakan.

"Siapa di sana?" Serunya sembari memeluk erat tas kecil miliknya.

Wanita itu mulai berpikir jika penjahat datang sewaktu-waktu. Tapi, angin berhembus kencang, menerbangkan anak rambut Rosella. Cahaya lampu semakin lama semakin redup dan mulai gelap.

"Apakah... Apakah ada hantu?!"

Rosella memutuskan untuk berlari. Namun sayangnya, usaha melarikan diri Rosella gagal ketika sebuah portal berwarna biru ke hitam-hitaman tiba-tiba muncul dan mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata. Rupanya angin besar itu berasal dari lubang aneh yang besar, Rosella tak sempat melakukan apapun ketika angin dari portal tersebut semakin lama semakin membesar dan berusaha menariknya masuk ke dalam portal.

Perlawanan yang sia-sia. Rosella berusaha bertahan dengan memegang apa saja yang berada di dekatnya hingga Rosella tersedot masuk ke dalam portal.

***

Rosella berteriak kencang saat terbawa masuk ke dalam portal. Ketika Rosella membuka matanya, ia sadar bahwa ia telah berada di suatu tempat yang asing. Sayangnya, tak hanya Rosella yang merasa dirinya diculik oleh sebuah lubang besar yang aneh. Wanita itu melihat ada dua orang siswa berseragam mengalami kejadian yang sama sepertinya.

"Pahlawan kita sudah datang!"

Seorang wanita berparas cantik berseru kencang. Wanita itu mengenakan gaun berwarna biru muda dengan rok yang mengembang. Selain itu, di belakang wanita itu ada beberapa pria berpenampilan aneh menggunakan tudung kepala.

"Akhirnya... Para pahlawan menjawab panggilan kita, Yang Mulia Putri Emily." Salah satu pria bertudung hitam berkata dengan nada penuh haru.

Baik Rosella maupun kedua siswa sekolah itu saling menatap bingung.

"Ini saatnya, Gordon." Wanita cantik yang bernama Emily itu menoleh. "Kita harus tahu apa jenis kekuatan mereka."

"Eh?"

Gordon, pria tua bertudung hitam yang berprofesi sebagai penyihir mengambil tongkat sihirnya dan berlari mendekati dua pemuda yang berada jauh di depan Rosella. Pria tua yang dipanggil Gordon mengayunkan tongkatnya kepada dua pemuda tersebut secara bergantian. Sebuah cahaya biru dan merah muncul dari masing-masing tubuh pemuda itu.

"Wah... Anda memiliki bakat yang sangat mengejutkan, Tuan Muda." Gordon berucap dengan sungguh-sungguh. "Anda bisa menggunakan pedang suci dan sihir cahaya."

Selanjutnya Gordon tersenyum kian melebar. "Ini sebuah kombinasi yang tepat, Yang Mulia Putri!" Serunya tampak bahagia. "Kedua Tuan Muda ini mampu menggunakan sihir cahaya. Ini bagus untuk kerajaan kita!"

Sang Putri yang mendengarkan ucapan Gordon tampak senang dan menatap kedua pemuda tersebut penuh harap. "Tolong! Tolong selamatkan kerajaan kami! Raja Iblis telah bangkit, hanya kalian yang bisa mengatasinya."

Oy! Apa-apaan ini?!

Rosella berkedip beberapa kali. Ia mencoba menelaah apa yang sedang terjadi padanya. Wanita itu menatap sekali lagi ke lingkungan sekitarnya. Tempat ia berada terlihat seperti berada di dalam sebuah gua, yang Rosella sendiri tak tahu di mana letaknya. Jadi, apakah ini bisa dinamakan dengan pemanggilan jiwa seseorang? Atau mungkin penculikan?

"Tuan Gordon, masih ada seorang wanita."

Tepat setelah salah satu prajurit berucap, atensi mereka sepenuhnya tertuju pada Rosella yang masih memeluk tas kecilnya beserta satu kantung plastik berisikan camilan dan bir kaleng.

Gordon mendekat ke arah Rosella. Ia menatap keberadaan Rosella dengan raut tak yakin. "Ini sangat aneh," gumamnya yang terdengar jelas di telinga Rosella. "Aku melakukan upacara untuk memanggil dua orang pahlawan."

Pria bertudung itu mengayunkan kembali tongkat sihirnya dan hasilnya mengeluarkan cahaya yang redup. "Eh?"

"Ada apa, Gordon?"

Gordon terkejut mendengar panggilan tuan putri. "Ini sangat aneh, Tuan Putri. Sepertinya ada sedikit kesalahan dan wanita ini... tidak seharusnya berada di sini."

Rosella yang mendengar kalimat tak menyenangkan tersebut mendadak tersinggung. "Kalau begitu kembalikan aku, sialan! Dasar penculik tak punya tata krama."

Baik Gordon maupun tuan putri Emily yang berada dihadapan Rosella tersentak.

"Beraninya kau menghina--"

"Gordon!" Putri Emily menggeleng, wanita itu menghalangi penyihir istana sebelum menatap Rosella dengan sorot menyesal. "Maafkan kami, Lady. Kami akan membantu Anda untuk kembali ke tempat Anda."

Gordon yang mendengar ucapan putri kerajaan Emily melotot tak setuju, masalahnya tak ada lagi sihir pembalik yang bisa mengembalikan pahlawan-pahlawan yang sudah dipanggil kecuali mereka berhasil mengalahkan sang raja iblis. Dan masalah lainnya adalah... Rosella bukanlah seorang pahlawan.

Berdasarkan sihir identifikasi yang Gordon lakukan, Rosella tak memiliki satu pun kemampuan unik kecuali memasak dan berbelanja online. Gordon sendiri tak tahu apa arti dari belanja online, jadi ia menyimpulkan bahwa kemampuan Rosella sangatlah tidak berguna untuk melawan raja iblis.

Gordon dengan mohon ampun membawa Putri Emily menyingkir dan berbisik. Rosella hanya bisa menatap curiga ketika raut wajah sang tuan putri tampak pias. Wanita itu menyentuh pelipisnya dan berdeham. Setelahnya, Tuan Putri yang memperkenalkan dirinya sebagai Emily ini mendekat pada Rosella.

"Lady, bisakah Anda ikut kami ke kerajaan kami? Ada sesuatu yang harus kami jelaskan pada Anda."

***

Rosella menggertakkan gigi, ia menahan marah usai mendengar penjelasan bahwa ia tak akan bisa kembali ke dunianya. Penjelasan panjang lebar beserta ganti rugi yang didapatkannya tak akan bisa membuatnya kembali ke dunianya.

Penjelasan yang mampu ia cerna adalah ketika Gordon melakukan kesalahan saat melakukan upacara pemanggilan para pahlawan, dan Rosella yang seharusnya tidak terlibat, ikut terjemput secara paksa. Dan lagi ia tak memiliki kemampuan untuk membasmi iblis, kemampuan yang ia miliki adalah berbelanja online dan memasak. Memang apa masalahnya dengan kemampuannya? Ia bahkan sering mendapatkan diskon karena mahir berbelanja online.

Mendadak Rosella menjadi senewen, rautnya tertekuk dan sang Raja menghela napas melihat raut tak bersahabat wanita itu. Walau begitu, Rosella tak bisa sembarangan bersikap ketika ia dihadapkan oleh pasangan pria dan wanita yang dipanggil oleh Raja dan Ratu. Belum lagi pihak istana memberinya ganti rugi dengan satu kantung emas, kecil.

Brengsek!

Apa yang bisa ia lakukan dengan satu kantung emas kecil?

Apalagi uang yang ia miliki dan uang yang diberikan padanya terlihat berbeda. Otomatis mata uang di dunia ini masih menggunakan uang koin.

Ingin rasanya ia mengumpat.

Kejadian yang ia alami ini membuatnya tanpa sadar merasa iri pada dua pemuda yang telah berpenampilan keren layaknya seorang ksatria. Dua pelajar yang semula muncul bersamanya kini telah disumpah dan resmi dinyatakan sebagai seorang pahlawan untuk melawan raja iblis. Mereka menggunakan baju zirah, dilengkapi oleh pedang dan juga diberikan seekor kuda untuk masing-masing orang, sementara ia... Rosella menghembuskan napasnya dan melirik sekantung kecil emas.

Niat hati untuk bersenang-senang di dalam rumah batal ketika ia diculik oleh sosok yang tak bertanggung jawab.

Rosella memicing dendam ke arah Gordon. Wanita itu pada akhirnya memilih pergi meninggalkan istana. Lalu, apa yang akan ia lakukan setelah ini?

.
.
.
.
.
.

With love, Bells.

© Ditulis : 18 April 2023

Publish : 22 Desember 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 77K 50
WARNING โš  (21+) ๐Ÿ”ž seorang Ceo perempuan yg masuk kedalam novel kerajaan. Semua unsur yg ada di cerita ini hanya karangan penulis, tidak berhubungan...
380K 17.8K 40
[tahap revisi] "eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuany...
1M 71.9K 37
"kenapa foto kelulusanku menjadi foto terakhirku.."
345K 22.1K 20
Dalam novel dewasa berjudul Aggressive, Peony adalah tokoh figuran dan 'mainan ranjang' sang antagonis gila sekaligus second male lead; Kaisar Khezar...