Seperti kebanyakan dunia kultivasi yang sering dibaca oleh para penggemar setia xianxia pada umumnya. Segala macam yang bersangkutan dengan kultivasi tidak ada yang namanya mustahil, baik itu naga ataupun Phoenix nyata adanya.
Begitu juga dengan dimensi dimana Sekte Kuno berada. Orang yang bisa meratakan Bumi dengan sekali lambaian tangannya ada, mengapa Naga dan Phoenix yang tergolong binatang legendaris tidak ada?
Tepat di puncak bukit tidak jauh dari Sekte Kuno, seekor naga Tiongkok dengan panjang ratusan meter meringkuk malas. Kedua matanya menatap ke arah bukit lain tepat dibawah langit kesengsaraan surgawi.
"Sepertinya dia telah berhasil melepaskan belenggu fana dan sedang dalam proses menjadi seorang Kaisar yang sesungguhnya..."
Dia ingat ada dua orang yang mampu melawannya di Dunia Kuno ini, Master Sekte Kuno dan juga seorang pria yang sering menyebut dirinya sebagai seorang Kaisar Dunia. Meski begitu keagungannya sebagai binatang legendaris tidak bisa disaingi oleh siapapun, ada banyak sekte yang menjadikan dia sebagai Dewa mereka.
Pada dasarnya hanya Sekte Kuno yang tidak menganggap dia serius, itu karena Nu Shenning, mantan Master Sekte Kuno, telah menjadi sosok Abadi, Dewa yang sesungguhnya. Kemajuan kultivasi Nu Shenning terlalu luar biasa, usia wanita itu bahkan tidak seperseratus darinya tapi berhasil naik ke tingkatan Immortal Realm dengan sangat cepat. Bahkan dirinya saja yang menganggap dirinya sendiri 'Yang Agung' tidak mampu mengikuti kecepatan kultivasi Nu Shenning.
Dia mendengus kan napasnya kasar. "Huh, sekuat apapun orang itu, dia masih jauh untuk bisa melawanku. Tapi harus aku akui dia cukup berbakat, meski tidak se-berbakat gadis itu."
Di hatinya, Nu Shenning masih menduduki peringkat jenius teratas selama ribuan milenium terakhir. Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan dia.
Pria yang sering menyebut dirinya sebagai Kaisar Dunia, kini mengangkat tatapannya ke atas langit. Di detik berikutnya, benang petir seukuran pohon kelapa dengan cepat menyambar dari awan gelap. Menyambar langsung ke tubuh pria itu.
Pria itu hanya diam sambil menggerakkan kedua tangannya, sebuah perisai emas melindungi dirinya dari serangan kesengsaraan surgawi.
Ledakan hebat akibat benturan kesengsaraan surgawi dan bukit membuat seluruh dimensi kuno bergetar hebat. Tidak ada satu orang pun yang tidak menengadah kepala mereka ke atas langit, mencari darimana sumber suara itu berasal.
"Hahaha! Benar, sensasi ini yang selalu aku rindukan selama ini. Akhirnya aku bisa merasakannya lagi!" teriak Kaisar Dunia dengan senyum merekah di wajahnya.
Langit seolah mengerti dengan perkataan Kaisar Dunia, gelegar kesengsaraan surgawi semakin memekakkan telinga semua orang di dimensi kuno. Di detik berikutnya, petir kesengsaraan surgawi kembali menghantam Kaisar Dunia yang perkasa.
Kaisar Dunia sebagai orang yang menerima kesengsaraan surgawi yang begitu hebat hanya bisa menahan serangan langit dengan sekuat tenaga. Bahkan jika dia meremehkan kekuatan langit, langit tetaplah langit. Eksistensi misterius yang hanya bisa dia ungkap rahasianya begitu dia menjadi Abadi.
Belasan kali langit memberikan sambaran petir kesengsaraan surgawi kepada Kaisar Dunia, hingga pria yang semula tampak gagah itu kini berlutut dengan satu kakinya di puncak bukit. Seluruh pakaiannya hancur, baik itu rambut maupun janggut putih panjangnya hangus tak bersisa.
"Selesai... Akhirnya aku menjadi seorang Kaisar Dunia yang sebenarnya," gumam Kaisar Dunia lalu menghela napasnya pelan.
Dia merasa seluruh tubuhnya seolah akan hancur bahkan jika dia menerima serangan dari manusia biasa. "Seperti yang diharapkan dari petir kesengsaraan surgawi tingkat Kaisar. Sudah lama aku tidak merasa lemah seperti ini..."
Kaisar Dunia kemudian duduk bersila. Dia menutup kedua matanya, sinar perak keemasan mengelilingi tubuhnya. Pakaian berwarna putih bersih membalut tubuhnya yang sempurna setelah ditempa oleh petir kesengsaraan surgawi. Rambutnya juga tumbuh dengan kecepatan yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Perlahan tapi pasti rambut hitam menjuntai sepunggung.
Angin sepoi-sepoi di atas bukit mengibarkan rambut hitam panjang yang terlihat begitu halus itu.
'Sringg!'
Cahaya emas memancar dari kedalaman kedua matanya begitu pria itu membuka kedua matanya. Seluruh dunia menjadi hening untuk sejenak, seolah menyambut lahirnya seorang Kaisar Dunia di dimensi kuno.
Naga yang tadinya hendak kembali tidur, kembali membuka kedua matanya. Dia bergumam, "tidak heran dia menyebut dirinya sendiri sebagai Kaisar Dunia. Tidak ada yang lebih cocok untuk menyandang gelar itu selain dirinya."
***
Seperti yang diperintahkan oleh Meng Fei tempo hari, Lu Suming memberikan alamat Vivian Hotel kepada Bai Yulan. Vivian Hotel sendiri merupakan hotel bintang tujuh pertama di Huaxia.
Jika seseorang bertanya siapa pemilik hotel itu, tentu saja orang itu adalah Lu Suming. Jishi Enterprise membangun beberapa bisnis lainnya seperti bisnis perhotelan, salah satunya adalah hotel yang sangat sukses dan menarik perhatian dunia, Vivian Hotel.
Begitu Bai Yulan berhasil mengontak semua murid Sekte Kuno di Bumi, seluruh dunia dikejutkan lagi dengan berita bahwa semua sosok penting di berbagai negara berpergian ke Huaxia secara serempak.
Para pengusaha, petarung hebat, para politikus dan berbagai macam orang lainnya berkumpul di Vivian Hotel hanya dalam satu hari. Sudah jelas hal itu membuat semua orang di dunia mengerutkan keningnya.
Meng Fei sendiri tidak tahu akan hal itu, dia menjalani rutinitasnya hariannya sebagai siswi SMP Qingzhi seperti biasa. Terkadang dia bermain dengan ketiga sahabatnya, ataupun melakukan beberapa pekerjaan terkait dengan perkembangan MF Grup.
Di dalam kamar Meng Fei, dering smartphone mengalihkan perhatian Meng Fei dari tugas sekolahnya. Begitu dia melihat nomor telepon yang tertera di layar, dia sedikit mengerutkan keningnya. Pasalnya nomor itu tidak ada di dalam daftar kontaknya.
"Halo..." jawab Meng Fei.
"Selamat sore, master. Ini saya, Bai Yulan. Sesuai dengan perintah master, saya telah mengumpulkan semua murid Sekte Kuno di Vivian Hotel."
Mendengar itu, Meng Fei menganggukkan kepalanya mengerti. Dia memang belum memiliki nomor telepon Bai Yulan. "Kerja bagus. Tunggu 30 menit, aku akan segera ke sana."
Sebenarnya jarak antara kota B dan kota H cukup jauh, melakukan perjalanan selama 30 menit hanya berlaku untuk mereka yang menggunakan transportasi udara. Dan tentu saja Meng Fei pergi ke kota H tidak menggunakan pesawat, melainkan menggunakan kemampuannya sebagai Dewi Alam.
Setelah mengerjakan tugas sekolahnya selama 10 menit, dia langsung mandi dan mengganti pakaiannya mengenakan gaun merah darah dengan aksesoris berbentuk mawar di beberapa bagian gaunnya. Setelah merasa dirinya cukup cantik untuk berhadapan dengan begitu banyak orang sekaligus, tanpa menunda waktu dia langsung berpamitan kepada Meng Qi.
"Ibu, aku akan pergi ke Vivian Hotel malam ini, kemungkinan besar aku harus menginap diluar, tidak bisa pulang tepat waktu," ujarnya memberitahu Meng Qi yang baru saja selesai membuat beberapa cemilan rumahan.
Meng Qi mengalihkan tatapannya ke arah anak semata wayangnya, "benarkah? Apa temanmu ikut? Atau hanya kau sendiri?"
Meng Fei menggelengkan kepalanya, "tidak, aku ditemani asistenku. Lagipula aku pergi karena harus mengurus beberapa hal soal pekerjaan, bukan untuk bermain."
Mendengar itu, Meng Qi menghela napas pelan, dia membersihkan kedua tangannya sejenak sebelum menepuk pelan bahu Meng Fei, "jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Sebenarnya semua ini sudah lebih dari cukup, kau tidak perlu menyusahkan dirimu terlalu jauh."
Meng Fei hanya tersenyum dalam diam, tidak membalas perkataan ibunya. Jika memang semuanya semudah itu, dia tidak akan repot-repot membuat perusahaannya sendiri. Posisinya sebagai master sekte terlalu berat untuknya, dan dia sedang berusaha untuk memikul beban itu seorang diri.
Setelah berpamitan, tanpa diduga Bai Yulan sudah menunggu tepat di depan gerbang utama rumah Meng Fei. Jika Meng Fei menggunakan gaun merah mawar seolah menarik semua orang untuk menggodanya, Bai Yulan mengenakan setelan jas berwarna biru gelap, sosoknya yang dewasa begitu sempurna mengenakan setelan jas itu.
"Salam, bos!" ujar Bai Yulan memberi salam kepada Meng Fei.
"Mengapa kau tidak menekan bel rumah? Sudah berapa lama kau menunggu di sini?" tanya Meng Fei merasa tidak enak hati membiarkan Bai Yulan menunggu di depan gerbang rumahnya.
Bai Yulan memasang senyuman menawan di wajah cantiknya, "saya baru saja sampai, bos."
Meng Fei menyipitkan kedua matanya, tidak percaya dengan perkataan Bai Yulan. Namun gadis itu tidak mempermasalahkannya terlalu jauh. Meng Fei bertanya, "berapa banyak murid sekte yang ada di Bumi?"
Bai Yulan dengan tenang menjawab, "ada total 270 murid, bos. Mereka semua berasal dari berbagai negara. Beberapa orang mengandalkan pengetahuan yang mereka dapatkan di Sekte Kuno sebagai landasan dasar mereka di sini. Alhasil semua orang menuai apa yang mereka tanam."
Kedua mata Meng Fei sedikit terbuka mendengar jawaban Bai Yulan. Ternyata ada cukup banyak murid sekte kuno di Bumi, dan menilai dari perkataan wanita itu, tampaknya semua murid Sekte Kuno cukup sukses di bidang mereka masing-masing. Meng Fei makin tidak sabar melihat mereka semua.
Meng Fei langsung mengulurkan tangannya kepada Bai Yulan, Bai Yulan sendiri terdiam sejenak melihat uluran tangan Meng Fei yang tiba-tiba.
"Kenapa kau hanya diam? Cepat pegang tanganku, kita akan berangkat sekarang!" ujar Meng Fei tampak begitu bersemangat.
Bai Yulan ragu-ragu sejenak, detik berikutnya dia balas menggenggam tangan Meng Fei.
'Pop!'
Bai Lintian yang baru saja sampai di depan rumah Meng Fei, menggosok kedua matanya ketika dia melihat Meng Fei tiba-tiba menghilang bersama dengan wanita lain yang digenggam tangannya.
"Kemana mereka pergi?"