Transmigrasi Ello (END)

By keraidesu5

489K 32.2K 1.1K

Not BL/Only Brothership. Ini hanya kisah tentang keluarga saja tidak lebih. Othello Pranaja Zayan pemuda berw... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Spesial Hari Ibu
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Epilog

31

4.7K 318 115
By keraidesu5

Gedung rumah sakit menjadi tujuanku hari ini. Kondisi kesehatanku telah pulih kemarin jadi demi memastikan segalanya aku harus memeriksa tubuhku dulu secara keseluruhan.

Di perjalanan menuju ruangan Alvin aku melihat seseorang. Ternyata dia Aprian entah apa yang dia lakukan disini. Aku mengangkat bahuku acuh dan melanjutkan langkahku.

"Oi kau!" pekiknya.

Aku mengabaikan panggilan dia. Aku malas berurusan dengan orang yang membuat keluargaku terluka.

Aku masuk ke ruangan kerja Alvin. Saat kubuka ada pemandangan yang membuatku tersenyum. Disana kulihat Elvin membuka mulutnya di depan Alvin dan Alvin menyuapi makanan ke mulut Elvin.

"Ekhem," batukku.

"Yo El!" sapa Elvin.

"Hay om," sapaku kembali.

"Abang El gitu. Jangan panggil om berasa tua tahu," keluh Elvin.

"Ello kamu duduk dulu saja. Abang Al akan mengurus bayi besar dulu," ujar Alvin.

"Ih Al gua udah gede tahu!" protes Elvin.

"Hm," gumam Alvin.

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku melihat interaksi mereka berdua. Kedua pihak keluargaku masing-masing memiliki anak kembar. Ayahku punya dua kakak kembar sementara ibuku dia memiliki adik sepupu yang kembar. Ayah om Alvin dan Elvin dia anak bungsu dari keluarga Rianti ibuku.

"Kau makan siang belum Ello?" tanya Alvin.

"Sebelum kesini aku telah makan siang," jawabku.

"Keluarga Pratama berbuat apa dengan keluarga Zayan?" tanya Alvin tiba-tiba.

"Mereka menculik adik laki-lakiku sejak bayi dan baru bertemu beberapa bulan lalu," sahutku.

Elvin tidak ikut mengobrol dia sibuk membuka mulut menerima setiap suapan dari Alvin. Yah Elvin masih bertingkah seperti anak kecil di depan kakak kembarnya. Kadang saat kutanya alasan Alvin belum menikah yah karena dia takut Elvin kurang menjaga kesehatan.

"Abang kenal Aprian Pratama. Dia pewaris keluarga Pratama. Barusan saja dia memeriksa dirinya kepada abang," ujar Alvin.

"Aku telah mengetahui itu Om Al," ujarku.

"Yah terserahlah kau memanggilku apa," kesal Alvin.

Setelah selesai menyuapi Elvin. Alvin menyuruhku tiduran diatas ranjang yang tersedia. Aku menurut saja. Oliver sibuk menggantikan aku di kantor pusat sebab Catra kembali pergi bersama Aditya di negara lain.

Hanya sebentar saja memeriksa keadaanku tak lama aku kembali duduk dan memakai kemeja yang aku gunakan. Alvin menyuruhku membuka baju tadi untuk pemeriksaan secara menyeluruh.

"Kondisi kesehatanmu telah pulih total. Kau jaga pola makan dan tidur saja. Jangan lupa meminum vitamin agar tidak jatuh sakit lagi," nasihat Alvin.

"Mengerti," sahutku.

"Katanya lu punya pacar ya Ello?" tanya Elvin padaku.

"Iyalah emang kayak om kembar jomblo terus," ledekku.

"Ngeselin banget sih anaknya Oliver," gerutu Elvin.

"Aku berbicara fakta om El," ujarku sarkas.

"Rasen kupacarin kelamaan!" pekik Elvin.

"Heh Om Elvin pedo!" pekikku.

"Enak saja cuma beda 10 tahun saja kok," ujar Elvin santai.

"Abang akan membantumu mengenai Aprian. Dia sebenarnya musuh lamaku. Sejak dulu Aprian sangat ingin menjatuhkan reputasi Elvin," ujar Alvin.

"Kok menjatuhkan El sih?" bingung Elvin.

"Sifat dia tidak jauh beda penebar benihnya," ujarku.

"Masalah utama keluarga Zayan dan Pratama dari pewaris utama, ya?" tanya Alvin.

"Bisa dibilang begitu. Satria ayah Aprian membenci papi Catra sejak zaman smp. Dan rasa irinya itu membuat dia tega mengambil Aditya dari tangan papi. Yah walaupun sekarang Aditya telah bersama papi," ujarku.

"Kau jatuhkan Aldo sementara aku Aprian," ujar Alvin.

"Aldo telah berada dalam kendali om Al. Tinggal masalah Adrian saja. Dia sepertinya sangat ingin bertemu Aditya," ujarku.

Adrian beberapa kali datang ke kantor pusat perusahaan Zayan untuk menemuiku. Berakhir pengusiran dariku dia memohon padaku untuk bisa dipertemukan dengan Aditya.

"Aku selama sekolah biasa saja lho bang. Maksudku aku ini anak berandalan dan menjadi dokter juga mengikuti abang," ujar Elvin.

"Kau populer banyak yang memujamu. Mungkin salah satu gadis yang disukai Aprian malah menyukaimu," ujar Alvin.

"Gara-gara wanita lagi," keluhku.

"Yah godaan terbesar seorang pria," ujar Alvin.

"Ello karena lu disini temani abang El keliling mall!" pekik Elvin.

"Sama Om Al saja sih. Aku ada urusan penting," ujarku.

"Urusan apaan sih lu?" tanya Elvin.

"Gua mau pacaran dong. Bosen lihat berkas mulu," ujarku dengan nada meledek.

"Udahlah sana hush," usir Elvin mendorong tubuhku keluar ruangan Alvin.

"Cepetan nikah ya!" pekikku.

Aku berlari menjauh dari ruangan Alvin sebelum mendapatkan amukan om kembarku. Aku berhenti berlari saat di depan rumah sakit disana kulihat pacarku ada.

Aku merangkul pundaknya lalu mencium puncak kepala dia. Wajah dia memerah membuat aku terkekeh geli.

"Maaf menunggu lama sayang," ujarku.

"Tidak masalah sayang," ujar Elaine.

Aku memegang tangan kanan Elaine. Aku memberhentikan taksi karena tadi aku kesini bersama Oliver. Sekolahku telah libur lebaran. Aku juga akan mudik nanti ke negara Swiss karena kakekku berada disana.

Di taksi aku menatap Elaine dalam diam. Aku disuruh tunangan dengan Elaine setelah lulus sekolah. Aku setuju saja lagipula aku memang telah mantap akan menikahi Elaine setelah diangkat menjadi pemimpin di perusahaan.

"Kita menikah yuk!" ajakku.

"Eh?!" kaget Elaine.

Wajah Elaine nampak memerah. Aku mengelus rambut dia dan membenarkan letak kacamata dia. Aku memberikan kacamata untuk Elaine untuk memudahkan dia. Elaine memiliki kesulitan membedakan warna-warna tertentu. Istilah medisnya Tritanopia.

Aku tidak masalah dengan hal itu. Aku menerima Elaine apa adanya kan ada pepatah tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Kami berdua ke mall menghabiskan waktu luang sekalian ngabuburit bersama. Rasen dia palingan bermain bersama teman cowoknya. Rasen sering dikira remaja cowok bahkan ada yang suka Rasen. Rasen menjauh dari para gadis seumuran dia dan memilih berteman dengan para remaja pria.

Di mall aku diam saja membiarkan Elaine melihat sekeliling. Pandangan Elaine jatuh pada sebuah tas lucu. Aku menarik tangan Elaine masuk ke butik tersebut.

"Ambil tas yang kamu mau," ujarku.

"Harganya mahal banget sayang," bisik Elaine di telingaku.

"Tidak masalah. Itu tidak terlalu mahal kok," ujarku.

"2 juta itu lho sayang," bisik Elaine padaku.

"Tenang saja. Aku baru gajian semalam. Kata opa aku masih digaji olehnya karena belum memegang perusahaan secara penuh," ujarku.

Elaine nampak ragu namun aku menarik tangan dia lalu mengambil tas yang dia lihat sebelumnya. Tas lucu pantas Elaine suka jadi aku mengambilnya dan sebuah tas untukku juga.

(tas elaine)

(tas ello)

Aku membayar ke kasir dan memberikan kartu kredit milikku. Oliver memberikan uang bulanan padaku melalui kartu kredit kepadaku dan Rasen.

Selesai membayar kami berdua keluar butik itu. Aku hanya diam saja saat Elaine terus menatapku.

"Keluargamu tidak masalah mengenai ini?" tanya Elaine takut.

"Tidak masalah. Ini uangku jadi terserah aku. Lagipula aku telah memberikan uang juga kepada bunda, ayah dan Rasen," ujarku.

"Yah aku takut saja dikira matre," ujar Elaine.

"Sejak awal pacaran saja kamu mengajakku ke pedagang kaki lima bukan restoran bintang lima. Itu telah membuktikan kamu bukan cewek materialis," ujarku.

"Sayang tahu menghabiskan uang di restoran bintang lima. Padahal di pinggir jalan paling banyak menghabiskan 30 ribu buat dua porsi makanan," ujar Elaine.

"Kamu saja masuk sekolah jalur beasiswa. Ayahmu hebat membesarkanmu menjadi gadis sederhana," ujarku.

"Harta tidak menjamin kebahagiaan. Itu pandangan papaku. Karena dia memiliki gaji yang besar malah dimanfaatkan keluarga besar. Dan saat papa menagih hutang malah berakhir diusir," ujar Elaine sedih.

"Terkadang masalah uang memang sensitif sayang. Jadi prinsipku sekarang adalah meminjam uang dengan sebuah jaminan atau tidak perlu dipinjamkan uang saja," ujarku.

"Yah begitulah. Aku sekarang malas jadinya apabila ada saudara datang ke rumah," ujar Elaine.

"Pindah rumah saja," usulku.

"Aku malas tahu sayang," ujar Elaine.

"Hm kita tinggal bersama saja. Ayahmu nanti tinggal bersama kita," ujarku.

"Kita bukan suami istri sayang," ujar Elaine.

"Mau akad sekarang ayo saja!" ajakku.

"Argh bukan gitu sayang!" pekik Elaine menutup wajahnya yang memerah.

Aku tersenyum dan mengelus rambut Elaine. Aku suka saja melihat wajah dia yang memerah.

Penjelasan : Tritanopia dikenal sebagai buta warna biru-kuning, saat seseorang tidak memiliki sel kerucut biru. Biru terlihat hijau, dan kuning terlihat abu-abu muda atau ungu.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan bagi penulis agar semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Senin 01 Mei 2023

Awal bulan dimulai dengan update cerita di tengah malam

Continue Reading

You'll Also Like

179K 20.1K 27
Pernah gak lo mati konyol terus masuk ke dalam novel dan jadi salah satu pemeran figuran yang cuma muncul beberapa part aja? Axelio fernandes. Pemuda...
229K 14.3K 22
Transmigrasi boy menceritakan tentang seorang anak tunggal yang selalu menyendiri sedikit memiliki sikap perhatian 'sedikit', sedikit lembut dan mala...
99.7K 7K 43
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [BELUM DI REVISI] Muhammad Febriandika Fasha Repelita, yang lebih dikenal dengan sapaan Aca. Cowok Most Wanted kelas kak...
66.3K 7.6K 40
"PAPA!" Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan gadis mungil misterius yang dengan lantangnya memanggil Cerizar dengan sebutan papa. Semuanya kag...