Brücke | JeongCheol

By notyourseokmin

7.8K 1K 63

Sebulan belakangan, Jeonghan selalu diikuti oleh sosok anak muda yang berisik. Jeonghan bukan indigo, tidak j... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17

Chapter 8

421 64 4
By notyourseokmin

Derap langkah kaki membuat bulu kuduknya berdiri, napas tersengal dan keringat bercucuran turun dari pelipis. Rumahnya terlalu besar, tangannya tak kunjung berhenti gemetar. Pipi lebam dan luka dikaki membuatnya sulit berlari menjauh dari ruangan dingin tersebut.

"Hyung" Ujarnya parau.

Suara serak, baju basah, cuaca dingin. Lengkap sudah penderitanya. Kesadarannya kian menipis namun ia harus segera keluar dari ruang penyiksaan ini.

"Hyung"

Yang dipanggil terus berlari menyusuri lorong sempit di bawah gedung. Kalang kabut ia mencari keberadaan pemuda itu.

"Chan! Kau di mana?!" Teriaknya lantang. Suaranya menggema, barangkali dapat memekakkan telinga seseorang yang mungkin berdiri di sebelahnya.

"Chan kumohon, kau dimana?!" Wajahnya semakin panik saat melewati lorong terakhir. Kondisi pemuda itu memprihatinkan. Seolah dia sudah mati namun masih diberi ketidakadilan.

"Chan! Lee Chan!" Teriak pria itu saat Lee Chan kehilangan kesadaran diri.

"Lee Chan, Lee Chan."

"Jeonghan bangun"

"Lee Chan."

"Jeonghan bangunlah."

Jeonghan mengigau.

Ia membuka matanya, Jeonghan terganggu karena Seungcheol terus saja mengguncang bahunya. Jeonghan melirik malas, wajah panik dan pergerakan Seungcheol seolah sedang memperhatikannya dari tadi.

"Kenapa?" Tanya Jeonghan keheranan.

"Kau mimpi buruk?" Jeonghan mengerjapkan matanya.

Jadi yang ia lihat barusan adalah mimpi belaka, tapi entah mengapa semuanya terasa begitu nyata. Belum lagi Dino dan pria misterius itu.

"Iyakah? Kurasa aku terlalu banyak minum" Elak Jeonghan. Seungcheol yang semula berjongkok kini bangkit, duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan wajah Jeonghan yang tampak kelelahan.

"Kau terus menyebut nama Chan"

"Siapa Chan?"

"Adikku"

Ah iya, Jeonghan lupa kalau nama asli Dino itu Lee Chan.

Tunggu, Lee?

"Ayah tirimu bermarga Lee?" Seungcheol mengangguk.

Apa mimpi ini hanya bentuk kecemasannya saja? Seolah mereka berdua seperti terikat sesuatu.

"Kepalaku sakit" Jeonghan memijat pelipisnya pelan, menghela napas kemudian melirik Seungcheol balik.

"Apa? Wajahku ada jerawat sebesar bola mata? Jangan menatapku seperti itu." Ketus Jeonghan lantaran Seungcheol enggan melepaskan pandangannya.

"Bukan, aku cuma heran kenapa kau terus menyebut nama adikku."

Jeonghan memicing, memangnya kenapa, apa yang salah dengan itu.

"Kalian belum pernah bertemu 'kan?"

Ah iya, Jeonghan salah karena seharusnya dia tidak mengetahui Chan, yang jadi masalah adalah bahkan Jeonghan sudah melihat wujud menyeramkan pria muda itu.

"M-mungkin karena kau terus menyebut namanya sebelum aku mabuk." Bohong, mana mungkin ada yang seperti itu.

Jeonghan melirik ke sana kemari, Dino tak terlihat, padahal biasanya hantu itu akan membangunkan Jeonghan dengan suara ciri khasnya.

"Kemana dia?" Gumam Jeonghan.

Saat menundukkan kepala barulah ia menyadari sesuatu. Seungcheol masih memegangi kakinya.

"Bisakah kau singkirkan tanganmu dariku?"

"Dingin sekali, padahal kau sebelumnya tak begini."

"Kau yang bilang tidak usah formal padamu."

"Terserahmu saja." Seungcheol bangkit, ia berjalan menuju dapur untuk membuat kopi.

Jeonghan hanya memandangi. Lihat tingkahnya, bahkan bertegur sapa saja jarang tapi sekarang orang itu sudah berlagak seperti membayar setengah sewa apartemen. Apakah dia selalu bersikap seperti ini pada karyawan lain? Jeonghan benar-benar tak habis pikir.

Jeonghan beranjak dari kasur, pergi ke dapur guna menyiapkan sarapan untuk mereka. Namun langkahnya terhenti ketika melihat apa yang sudah tersaji di atas meja.

Seungcheol sudah menyiapkan sarapan. Jeonghan mendelik, melirik Seungcheol kemudian melihat segelas susu di meja.

"Untuk siapa?" Tanya Jeonghan memastikan.

"Untukmu, makan saja, aku mau pergi dulu" Jeonghan benar-benar tidak paham apa isi otak seorang Choi Seungcheol. Datang padanya, pergi dan begitu seterusnya.

"Nanti kembali lagi?" Seungcheol menganggukkan kepalanya sembari meneguk kopi miliknya.

"Hei, kau kira kita sepasang kekasih? Kenapa enak sekali keluar masuk apartemenku." Keluh Jeonghan kesal. Sedangkan yang diajak bicara hanya fokus pada ponsel pintarnya.

Apa yang dinanti akhirnya muncul, Dino kini sudah berdiri tepat di samping Jeonghan.

"Hyung!" Teriaknya. Jeonghan terperanjat kaget.

Jeonghan menyeringai, melirik Dino jahil lalu mendekat ke arah si hantu. "Akhirnya kau muncul"

"Coba lihat siapa yang dia hubungi." Titah Jeonghan.

"Itu tidak baik." Gusar Dino halus.

"Sudahlah cepat." Dino mendengus kesal, ia melayang mendekati Seungcheol lalu mengintip isi ponselnya.

"Dia mau bertemu ayahku hari ini." Seketika otaknya langsung menuju ke suatu hal. Bisa jadi ini adalah kesempatan Jeonghan untuk mengungkap kematian Dino.

Seungcheol hanya diam, dia mengabaikan Jeonghan yang mulai kesal dengan tingkah semena-menanya.

"Ini bisa jadi kesempatan yang bagus" Gumam Jeonghan pelan.

"Kesempatan apa Hyung?"

"Ya. Kalau kau mau kembali ke apartementku, kau harus pergi mengajakku juga." Keinginannya tidak akan pudar, Jeonghan harus segera menemukan arti mimpinya dan penyebab kematian Dino.

Seungcheol menimang permintaan Jeonghan, bahkan sekarang Jeonghan sudah berani mengancamnya. Bisa saja Seungcheol mengabaikan dan pergi tanpa pamit namun Seungcheol juga tidak ingin melepaskan Jeonghan begitu saja.

Baru saja ingin menjawab, sebuah panggilan masuk ke ponsel Jeonghan membuat keduanya terdiam sejenak.

"Halo." Sapa Jeonghan ramah.

"Ah iya, aku lupa. Maafkan aku, sebentar aku siap-siap dulu ya." Setelah menutup panggilan Jeonghan tersenyum cerah ke arah Seungcheol. Dino mengerjap bingung, baru pertama kali ia lihat wajah Jeonghan begitu sumringah.

"Aku tidak jadi ikut, kau pergi saja, sekalian bawa mobilku." Kunci mobil diserahkan pada Seungcheol, pria bertubuh tegap itu menatap keheranan.

"Dia kenapa?" Ucap Seungcheol bingung.

Kurang lebih setengah jam mereka bersiap akhirnya keduanya meninggalkan apartemen. Tak lupa dengan Dino yang masih saja mengekori Jeonghan tanpa henti.

Jeonghan bersenandung menatap jalan trotoar yang lembab. Kaos putih serta cardigan hitam membuatnya tampak manis. Pria bersurai terang itu tengah menanti jemputannya.

"Wajahmu membuat orang-orang silau Hyung." Jeonghan terkekeh mendengar tururan tersebut.

"Jangan mengatakan hal aneh."

"Aku benar, kau tak berhenti tersenyum dari tadi. Mau bertemu orang penting?" Jeonghan mengangguk cepat, ia menghela napas lega seraya menatap langit.

"Pamanku pulang dari luar negeri setelah sekian lama, teman kecilku mau menjemput katanya." Dino tidak bohong, Jeonghan terlihat sangat senang. Baru pertama kali ia melihat ekspresi antusias Jeonghan. Dari awal mereka bertemu Jeonghan hanya pasrah dan mengiyakan semua.

"Sudah lama menunggu?" Jeonghan menoleh ke asal suara, seorang pria berpakaian rapih kini sudah berdiri di belakangnya.

"Hyungwon! Lama tak bertemu." Keduanya saling berpelukan dan menepuk punggung ramah.

Ini dia sahabat kecil sekaligus orang yang Jeonghan kagumi. Dia adalah tangan kanan Paman Lee, itu sebabnya Jeonghan selalu salut dengan pekerjaan orang ini. Patuh dan sigap sudah jadi tabiatnya. Soal perasaan jujur saja ada sedikit rasa suka, tapi Jeonghan berusaha menepis jauh-jauh perasaan tersebut.

Dino tak bergeming, ia tidak tau harus mengatakan apa, tapi tampaknya apa yang selama ini berusaha ia jauhkan dari Jeonghan malah sudah ada disekitarnya dari lama.

"Dari sekian banyak orang kenapa harus Chae Hyungwon?"

Setelah sampai ke tujuan Dino benar-benar harus menyumpahi seluruh kehidupannya, tapi dia juga tak bisa berbuat banyak karena sudah mati.

"Sialan. Ini rumah ayah." Umpat Dino dengan wajah frustasi.

Jeonghan mendelik, seingatnya tadi ia tak membawa mobil, tapi mengapa ada mobilnya di rumah Paman Lee.

"Hyung ini rumah siapa?" Tanya Dino yang mulai panik.

Jeonghan tersenyum kemudian menatap rumah mewah di pinggiran kota ini. Terlihat wajahnya tak dapat membohongi berapa banyak kenangan yang sudah terukir di sana.

"Ini rumah ayahnya Seokmin, Paman Lee Donghae." Dino termangu. Betapa sialnya ia setelah mengetahui Jeonghan begitu dekat dengan Seokmin, bahkan yang lebih bodohnya lagi ia mengetahui semua ini setelah mati.

"Ayo masuk." Ajak Hyungwon, Jeonghan mengangguk dan mengikuti Hyungwon masuk ke dalam rumah.

"Sudah lama sekali tidak kemari."

"Terakhir kali setelah hari kematian Seokmin 'kan?" Ujar Hyungwon mengingatkan. Ekspresinya berubah jadi senyuman kecut, masa lalu yang masih membekas di benak Jeonghan.

"Jangan sedih lagi, wajah sedih tidak cocok untukmu." Hyungwon mencubit pelan pipi Jeonghan guna menenangkan sang sahabat. Jeonghan paham, mereka bertiga selalu bersama, bahkan hingga Seokmin tiada Hyungwon tetap menjaganya sesuai janji mereka dulu.

"Paman Lee sedang menemui seseorang, kau mau menunggu dulu?" Tanya Hyungwon saat melihat siluet seorang pria sedang berbicara dengan atasannya.

"Tak apa, aku tunggu saja."

Baru saja berkata begitu, si pemilik rumah sudah menyadari kedatangan Jeonghan. Donghae tersenyum menghampiri Jeonghan yang tengah menunggu mereka.

"Selamat siang Paman." Sapa Jeonghan lembut.

"Siang Jeonghan, kau semakin tampan saja, apa Hyungwon membuat pacarmu cemburu karena menjemputmu kemari?" Mereka bertiga tertawa.

"Tidak Paman, aku belum punya pacar." Elak Jeonghan.

"Kemarilah, ada yang ingin kukenalkan denganmu." Donghae mengajak Jeonghan untuk duduk di sofa, sedangkan Dino mengusak surainya frustasi.

"Kuharap kau tidak melibatkan Jeonghan Hyung, Ayah."

Tatkala Jeonghan melihat pria yang dimaksud, matanya langsung terbelalak kaget, begitu juga dengan pria itu.

"Seungcheol."

"Jeonghan." Ujar keduanya bersahutan.

Donghae dan Hyungwon tampak tak kalah terkejut melihat reaksi mereka berdua yang terlihat sudah saling mengenal.

Jeonghan kembali mengingat perkataan Dino saat di apartemen tadi, berarti ayah tiri Seungcheol adalah pamannya?

Kalau begitu Seokmin dan Seungcheol adalah saudara tiri?

Jeonghan benar-benar kehilangan seluruh kalimatnya. Benar kata orang, dunia ini sangatlah sempit. "Tidak mungkin." Ucap Jeonghan tak percaya.

.
.
.

Bersambung ...
08/05/2023

Padahal tadi uda nulis banyak tapi ga ke sv karna error. Dah la.

Apa kalian masih menanti cerita ini? Terlalu banyak misteri nya hehe
Thanks for vote and comment guys!

Continue Reading

You'll Also Like

61K 10.7K 30
kisah seorang jenderal yg di permalukan setelah kekalahan yg di alaminya. seorang jenderal agung pemimpin 300.000 pasukan di khianati hingga menyebab...
846K 61.3K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
226K 24K 45
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
174K 2.8K 16
Disini berisikan oneshoot/twoshoot Jeno sub, atau pihak bawah. and related to sex.