Young, Dumb, Stupid

By oxysmile_

82.9K 9.9K 446

Patah hati karena Crush-nya jadian, Jihan berdoa di pohon keramat belakang fakultas kesenian atas usul dari s... More

Prolog
Young, Dumb, Stupid- 1
Young, Dumb, Stupid- 2
Young, Dumb, Stupid- 3
Young, Dumb, Stupid- 4
Young, Dumb, Stupid- 5
Young, Dumb, Stupid- 6
Young, Dumb, Stupid- 7
Young, Dumb, Stupid- 8
Young, Dumb, Stupid- 9
Young, Dumb, Stupid- 10
Young, Dumb, Stupid- 11
Young, Dumb, Stupid- 12
Young, Dumb, Stupid- 13
Young, Dumb, Stupid- 14
Young, Dumb, Stupid- 15
Young, Dumb, Stupid- 16
Young, Dumb, Stupid- 17
Young, Dumb, Stupid- 18
Young, Dumb, Stupid- 19
Young, Dumb, Stupid- 20
Young, Dumb, Stupid- 21
Young, Dumb, Stupid- 23
Young, Dumb, Stupid- 24
Young, Dumb, Stupid- 25
Young, Dumb, Stupid- 26
Young, Dumb, Stupid- 27
Young, Dumb, Stupid- 28
Young, Dumb, Stupid- 29
Young, Dumb, Stupid- 30
Young, Dumb, Stupid- 31
Young, Dumb, Stupid- 32
Young, Dumb, Stupid- 33
Young, Dumb, Stupid- 34
Young, Dumb, Stupid- 35
Young, Dumb, Stupid- 36
Young, Dumb, Stupid- 37
Young, Dumb, Stupid- 38
Young, Dumb, Stupid- 39
Young, Dumb, Stupid- 40
Young, Dumb, Stupid- 41
Young, Dumb, Stupid- 42
Young, Dumb, Stupid- 43
Young, Dumb, Stupid- 44
Young, Dumb, Stupid- 45
Young, Dumb, Stupid- 46
Young, Dumb, Stupid- 47
Young, Dumb, Stupid- 48
Young, Dumb, Stupid- 49
Young, Dumb, Stupid- END
Epilog
Fakta-fakta YDS
ORGANIZATION
Special Love for readers
LET'S GO PART 2!
Sequel (kawal sampai nikah)
Sequel Debut!

Young, Dumb, Stupid- 22

1.2K 154 0
By oxysmile_

"Maaf, ya. Kondo gue agak berantakan, gak sempat—"

Tangan yang baru saja membuka pintu itu refleks kembali menutupnya dengan tiga orang di depan yang tidak jadi masuk.

"APA YANG LO LAKUIN DI UNIT GUE DUTA, ASTAGA?!"

Jihan. Gadis itu hampir saja menjadi objek kesalah pahaman teman kampusnya termasuk Haruna kalau saja ia tidak cepat-cepat menemukan Duta tengah berbaring nyaman di Sofanya sembari menonton televisi.

Pemuda itu menggeliat. "Nonton TV."

Hal itu tentu saja membuat Jihan menggeram kesal. "Ya tapi kenapa harus di unit gue?!"

Duta berdecak. "Di unit gue listriknya mati." Dan pemuda itu kembali berbaring nyaman di sofa Jihan.

Bel pintunya yang berbunyi membuat Jihan semakin cemas, kalau ketiga temannya menemukan Duta di sini, benar-benar akan menjadi hal yang sangat buruk.

"Duta, temen gue lagi di sini." Gadis itu berusaha berbicara baik-baik.

"Ya suruh aja masuk, gue gak ganggu kok."

Dan sekarang gigi Jihan telah bergemelatuk, bibirnya telah komat kamit, ingin menyembur kembali sebelum teriakan Haruna membuatnya semakin cemas.

Ia menarik Duta untuk berdiri, menariknya untuk ke kamar gadis itu. Entah bagaimana cara Duta datang ke unitnya tadi, tapi tidak mungkin Jihan menyuruh Duta untuk melompati balkon karena pagar yang licin karena hujan. Jihan tidak akan mengambil resiko yang membahayakan calon idol itu, apalagi Jihan pernah berjanji untuk menikahi mayat Duta jika pria itu jatuh dari balkonnya.

"Tetap di sini, jangan pegang apapun, dan jangan bersuara!" Jihan memperingati Duta.

Duta hanya mengangguk, menahan senyumnya, lalu melakukan ekspresi seolah mengunci mulutnya.

"JIHAN!"

Suara Haruna lagi-lagi terdengar, Jihan lagi-lagi memperingati Duta dengan matanya sebelum menutup kamar itu.

"IYA BENTAR!"

Segera setelah memungut buku-bukunya yang berserakan di meja belajar, Jihan membuka pintu unitnya kembali. Gadis itu meringis ketika dihadiahi tatapan menelisik curiga dari ketiganya.

"Ngapain aja sih Lo?" Haruna lebih dahulu berjalan masuk diikuti dua orang lainnya.

Jika Jihan lupa mengenalkan, keempatnya memang mempunyai tugas. Bukan tugas yang berhubungan dengan pelajaran sebenarnya, mereka mendapat perintah dari para senior untuk melakukan acara amal Fakultas Teknik.

Hanya acara untuk mengakrabkan diri satu sama lain, tidak terlalu serius, tapi tentu saja para mahasiswa tidak akan menolak jika diberi dana untuk liburan yang berkedok acara amal itu.

Kelompok sudah dibagi, dan keempatnya menjadi satu tim sekarang. Mereka tengah memikirkan acara apa yang akan mereka lakukan dan siapa saja yang akan mereka ajak untuk membantu.

Tepat setelah Jihan meletakkan stok makanan ringannya yang bernuansa serba coklat itu di depan ketiganya, Haruna segera berbicara.

"Jadi acara apa yang mau kita angkat? Tangan Haruna dengan pelan mengambil sebungkus besar cemilan coklat Jihan.

"Gimana sama bagi-bagi kue? Simpel," ujar salah seorang di antara mereka, sebut saja namanya Rani.

Mendengar itu Haruna dengan keras menggeleng. "Gak, itu terlalu simpel banget gak sih? Acara ini cuma datang setahun sekali, jangan sia-siain dana yang dikasih. Lagian ya, tim lain juga udah make ide itu."

Jihan mengangguki ucapan Haruna, acara yang diusulkan terlalu simpel. Ujung matanya dengan cemas melirik pada kamar, melotot ketika melihat Duta mengintip di balik pintu. Jihan memberikan jari tengahnya secara diam-diam kepada pemuda itu yang menyebabkan pintu kamarnya kembali tertutup.

"Oh ya guys, ngomong-ngomong soal tim, Lo tau gak tadi Katara berantem sama teman satu timnya?" Itu kalimat gadis yang lain, namanya Tia.

"Oh iya, tadi gue juga liat. Gue dengar lawannya Katara ngomongin dia di belakang ya?" Haruna sepertinya tidak ingin ketinggalan masalah menggibah seperti ini.

Rani mengangguk. "Tuh anak udah gue perhatiin dari dulu, keliatan banget syirik sama Katara. Udah didiemin sama Katara, tapi malah ngelunjak. Gila cuy, dibanting sama Katara dia."

"Makanya tadi Katara datengin gue, minta gabung tim kita." Sangat santai sekali Tia berbicara hingga tiga lainnya mengangguk.

Hingga beberapa detik kemudian, ketiganya tersadar dan meneriakkan kata. "HAH?!"

"L-lo bilang apa tadi?" Jihan menatap was-was pada Tia.

"Katara minta join tim kita." Tia kembali bicara.

"Terus Lo iyain?" Kali ini Haruna yang bertanya.

Dengan polos Tia mengangguk. "Dia minta baik-baik, gak enak kalo nolak. Dia juga bilang kalo dia gak bisa dateng hari ini karena ada latihan silat, jadi dia serahin semua keputusan sama kita."

Sungguh? Mendengar penjelasan Tia, ketiganya sontak menjatuhkan rahang mereka.

Haruna memijit pelipisnya. "Selama ini gue pikir Jihan manusia paling goblok di dunia, ternyata Lo lebih parah dari dia." Haruna berbicara seakan-akan dia tidak sebodoh Jihan.

Jihan menyempatkan melempar Haruna dengan bungkus cemilan sebelum mulai bicara. "Jadi sekarang gimana?"

Haruna menggedikkan bahunya. "Ya gak gimana-gimana. Katara gabung tim kita, permainan berakhir namanya itu."

"Hmm, tapi kalau Katara join, itu berarti Dhiwa juga bakal ikut kan?" Jihan dan Haruna menatap kesal pada Rani.

Sempat-sempatnya gadis itu membahas Dhiwa sang Casanova ketika Katara, orang yang sangat mereka hindari karena sifat juteknya bergabung bersama mereka. Sepertinya keinginan untuk bersenang-senang harus mereka kubur dalam-dalam.

Haruna berdecak. "Ah pusing gue, mau buang air kecil aja!"

Haruna berdiri, refleks Jihan berteriak membuat semua orang di sana terkejut. Jihan yang ditatap seperti itu hanya terkekeh canggung, menyembunyikan raut cemasnya agar tidak dicurigai.

"Kenapa sih Jihan?" kesal Haruna.

Ah Duta sialan, semuanya menjadi sial karena pemuda itu. Belum sempat Jihan menjawab, Haruna lebih dahulu berlalu ke kamarnya untuk ke kamar mandi. Jihan dengan cepat berlari menghalangi Haruna.

"Jangan! Emm, air gue mati! Ya, air gue mati!" Jihan mencoba setenang mungkin, tapi tetap saja rautnya bisa dibaca.

Haruna sekarang malah menatapnya curiga. "Lo kenapa sih? Dari tadi aneh banget, kayak lagi nyembunyiin sesuatu." Mata gadis itu memicing. "Lo gak lagi nyembunyiin laki orang di dalam kamar Lo kan?"

"MANA ADA?!"

Tentu, dari nadanya saja Haruna paham bahwa Jihan tengah berbohong. Maka dari itu dengan penuh selidik, Haruna mendorong tubuh Jihan dari hadapannya, gadis itu berteriak ketika Haruna berhasil membuka kamarnya.

Jihan berjalan menghampiri Haruna. "Gak, Haru, Lo salah pa—"

Langkah Jihan berhenti ketika melihat kamarnya kosong. Tidak ada Duta di sana, di mana pemuda itu?

Jihan menatap pada Haruna, ia hanya tersenyum canggung ketika Haruna menatapnya malas. Gadis itu berdecak sebelum meninggalkan Jihan untuk pergi ke kamar mandi.

Sepeninggal Haruna, Jihan menghela napas dan duduk di atas ranjangnya. Bersyukur Duta tidak berada di sana, tapi sekarang ia dipusingkan dengan menghilangnya pemuda itu. Kemana Duta?

Tapi kebingungan itu tak berlangsung lama, karena Jihan baru saja melihat lemari pakaiannya yang tidak tertutup dengan sempurna. Matanya melirik Haruna di kamar mandi yang sepertinya masih lama, lalu kakinya melangkah pada lemari itu.

Membukanya dan benar saja, wajah Duta yang tersenyum bodoh telah tersaji di depannya. Pemuda itu memberi isyarat bahwa ia selalu diam dan tak melakukan apa-apa. Karena kesal, Jihan menutup lemari itu dengan keras.

"Duta sialan," umpatnya.

★★★

Dunia perkuliahan di YDS ini punya vibes di Thai series. Saya belum memasuki jenjang itu, jadi tidak terlalu memahami apa aja yang terjadi di dunia kampus. I know, saya terlalu payah karena tidak meriset terlebih dahulu gimana fakta yang ada di lapangan, tapi saya sempat riset kecil-kecilan kok, ya itu tadi, di series Thailand tapi.

Continue Reading

You'll Also Like

2M 139K 52
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
6.6K 454 16
#3 "Seriusan lo nge-crushin cowok friendly kayak Rangga?!" "Itu sama aja menyakiti diri sendiri, Diana." "Yah ... gimana dong? Gue enggak sengaja suk...
AIR By M A W

Teen Fiction

177 61 7
Damai Tenang Dan menghanyutkan. Tiga kata yang ada di dalam diri seorang Air Nakhla Adinata. Mencintai seorang perempuan bernama Embun, membuat Air...
3.7M 186K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...