Maaf, aku salah
Maaf, aku khilaf
Maaf, aku tidak sengaja
...
...
...
Apalagi ???
Sudah cukup meminta maaf dengan rasa yang tidak bersalah. Sama saja, jika maaf menjadi batu loncatan untuk bisa menjadi simpanan agar tidak hilang. Lantas aku harus memaafkan ?
Aku tau, wajahku mungkin tak secerah orang yang kau ucapkan kata maaf padaku awalnya.
Aku tau, style yang kau inginkan lebih daripada diriku sekarang hingga kata maaf lagi-lagi terlontarkan bukan ?
Banyak yang ku tahu darimu. Tapi, sama saja ternyata ketika dirimu salah, lagi-lagi maaf menjadi bumbu penyedap seperti paragraf pertama.
Tidak mengapa, aku tidak menyalahkan kata maafnya tapi, aku menyalahkan dirimu yang mengkotori kata maaf menjadi usang dan tidak bermakna.
Beribu maaf yang kau ucapkan sudah tak akan berubah kasihan terhadap dirimu yang sering melukaiku. Meskipun, kau bersimpuh dan memohon untuk kembali namun, maaf aku tak bisa bersamamu kembali.
Sekarang, izinkan diriku yang mengucapkan kata maaf hanya sekali untuk mentiadakan cerita kita yang sulit untuk bersatu. Memang benar, aku tak sesempurna seperti manusia-manusia yang dilihat olehmu. Tapi, kata maafku mungkin sangat sempurna untuk meninggalkanmu.
Biarkan diriku menyematkan kata maaf ini dalam hatiku, karena diriku sudah sangat percaya padamu waktu itu. Semuanya, bukan beberapa saja. Sekarang kau malah membukanya. Jadi, jangan pernah kembali lagi seusai aku pergi dan memalingkan wajahku dan tidak pernah bertemu kembali.
Maaf, kali ini aku sangat berterima kasih padamu. Sebab kau mengajarkan aku bahwa maaf adalah kata indah menurut hatiku untukmu.