DELGARA : LITTLE PROMISE [END]

By cherrydarl_

356K 39.8K 2.9K

[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku... More

Hai, Prince!
01 - Revicks Comeback
02 - Give Me One Hug
03 - Canvas and Music at Midnight
04 - Siswa Baru
05 - He is 'Ice Prince'
06 - Family Time
07 - Antara Jumat dan Minggu
08 - My Twin Sister!
09 - Pesawat Kertas
10 - Art Gallery
11 - Bincang
12 - Night Stage
13 - Racau
14 - Dissapointed
15 - Bagian dari Masa Lalu
16 - Maaf Papa
17 - Who's he?
18 - Bukan Sekedar Bangunan
19 - Memang Tidak Sempurna
20 - Hangatnya Tetap Utuh
21 - Bagaimana Luka Itu Tercipta
22 - Kelana Delga Acha
24 - Apakah Tak Pantas?
25 - Terkesan Tidak Adil
26 - French Toast
27 - Pengantar Tidur
28 - Evil Road
29 - Merenggut Kebebasan
30 - Wanna Be Mine?
31 - Putri Kecil Gravitasi
32 - Puisi Bunga Gugur
33 - She's Know
34 - Anak Hebat
35 - He is a Leader
36 - Her Obsession
37 - Di Bawah Hujan Katanya
38 - Gagal Lagi, Ya?
39 - Memintal Harapan
40 - Little Promise
41 - I Hurt You Again
42 - Araven Delbara
43 - Revicks Tanpa Ketua?
44 - Merelakan
45 - Mencari Keadilan
46 - Always Be Happy
47 - Selesai?
48 - 31 Desember
49 - He's Gone
50 - Thank You, Prince [End]
DelgAcha : Day after losing him
DelgaAcha : Bukit Bintang

23 - Mr. R, Who?

4.7K 591 18
By cherrydarl_

Happy Reading!

><

"Acha buruan turun, Delga udah nunggu kamu dari tadi, tuh!"

Suara Nara menggema di rumah besar itu, Acha yang tengah bercermin di depan kaca lantas mempercepat gerakannya untuk merias diri. Setelah dirasa cukup, gadis itu meraih ransel yang berada di ranjang dan segera turun ke bawah.

Nampak Nara yang masih sibuk berkutat di dapur, mempersiapkan bekal untuk anak-anaknya. Sedangkan Gravi yang tidak terlihat sebab pekerjaan menuntutnya untuk datang lebih awal ke kantor.

"Nih bekal kamu sama Delga ya," ucap Nara sembari memberikan satu paperbag kecil.

Acha tak lupa menyampaikan terimakasih, lantas setelah meraih jemari sang Mama dan menyalaminya. Di luar sana, ada Delga yang masih setiap menunggu. Membiarkan sang puan menyelesaikan urusannya.

"Hai," sapa Delga dengan senyum yang mengembang, Acha menyambutnya tak kalah senang.

Lantas lelaki itu memakaikan helm yang sudah ia bawakan kepada Acha. Membantu gadis itu naik ke atas motor sport-nya. Sederhana, namun perlakuan itu mampu membuat Acha mengulum bibir sepanjang waktu, menahan euforia aneh yang tercipta di antara keduanya.

"Delga, lo nggak usah jajan nanti, ya. Mama udah bawain bekal buat lo juga," ucap Acha begitu kendaraan itu mulai melaju.

"Iya, Cha. Makasih ya," balas Delga. Lelaki itu cukup beruntung sebab Nara sering membawakannya bekal, seperti serasa memiliki ibu disaat ia sering kehilangan perannya. Nara, seperti malaikat baginya.

Tak lama gerbang SMA Cakrawala mulai terlihat, kedatangan mereka disambut hangat oleh siswa lain yang berpapasan dengannya. Setelah kabar bahwa Acha adalah adik kembar dari Atlanta dan putri kesayangan Gravi, tak ada satupun orang yang berani menganggunya lagi. Apalagi seringkali dia berangkat sekolah bersama Delga, lelaki yang diklaim sebagai pacar mereka semua.

"Jeya, tungguin gue!" Acha memekik kecil kala melihat Jeya yang juga baru saja datang.

Sejauh Ini, Acha hanya berteman dengan Jeya saja yang menurutnya tak pandang bulu. Jeya tak terlalu peduli bahwa Acha adalah seorang putri konglomerat kaya, namun seringkali gadis itu pasti menggoda Acha dengan mengatakan bahwa Papanya masih sangat tampan.

Lalu gadis dengan surai hitam kecoklatan itu berhenti, menunggu Acha yang masih mencopot helmnya dibantu oleh Delga.

"Cielah, yang pagi-pagi dah dianter kesayangan," goda Jeya sembari menyenggol lengan sahabatnya.

Acha mendengus geli, namun tak urung pipinya kembali merah seperti biasanya. Gadis itu berbalik, menatap Delga yang baru saja bertemu dengan inti Revicks yang lain. Lalu ketika tatapan mereka kembali bertemu, Acha langsung memalingkan pandangannya ke arah yang lain.

"Salting gitu, peletnya Delga kuat banget ya Cha?" Sadar Jeya selalu menggodanya, Acha langsung mempercepat langkah.

"Diem deh lo, Je. Perut gue mules dengernya!" cerca Acha dengan kesal.

Lalu keduanya jalan beriringan menyusuri koridor sekolah, cukup ramai dan mampu membuat Acha menjadi sorotan.

"Je, habis sekolah lo free nggak? Gue pengen cari bukunya Mr. R yang baru launching kemarin," tanya Acha.

"Sorry Cha, kalau nanti gue nggak bisa. Papa gue baru pulang dan gue ikut jemput ke Bandara," jawab jeya merasa tak enak hati.

Acha tak mempermasalahkan itu, jika memang Jeya tidak bisa maka dia akan pergi sendirian ke toko buku.

🦖🦖

Benar saja, Acha pergi sendirian ke Toko buku selepas bel sekolah berbunyi. Sebelumnya dia juga sudah berpamitan kepada Atlan, takut-takut lelaki itu mencarinya nanti.

Sembari menelusuri rak-rak buku, di tangannya Acha sudah mengenggam satu buah novel karya Mr. R yang menjadi favorit Acha sampai saat ini. Novel itu baru saja launching satu bulan yang lalu, dan Acha baru sempat membelinya hari ini.

Sampai langkah Acha terhenti karena tak sengaja menabrak seseorang hingga bukunya terjatuh. Sontak, kedua insan itu langsung melakukan kontak mata. Sang Tuan lebih dulu mengambilkan buku milik Acha yang tergeletak di lantai. Dan Acha hanya terpaku melihat siapa sosok yang menabraknya itu.

"Raven?" gumam Acha menerka.

Lelaki yang kerap dipanggil Raven itu mendongak, menatap Iris hazel Acha yang menjadi candunya sejak beberapa hari terakhir setelah pertemuan mereka di halte bus tempo hari.

"Sorry, sorry, gue nggak lihat lo tadi," ucap Raven merasa bersalah.

"Gue juga salah, nggak hati-hati," balas Acha juga merasa tak enak.

Lalu tatapan Raven jatuh pada sampul buku yang berjudul Melody kala Hujan karya Mr. R. Lelaki itu mengulum senyum, kemudian menyerahkan novel itu kepada pemiliknya.

"Lo suka novel karyanya Mr. R ya?" Raven berceletuk, membuat Acha membalasnya dengan anggukan antusias.

"Bangettt," jawabnya bersemangat. "Gue selalu suka karyanya Mr. R. Tulisan dia bikin candu, tapi sayang banget penulisnya pilih akun anonim," sambungnya terdengar sedikit mengeluh.

Raven terkikik kecil, Acha yang melihatnya lantas mengernyit bingung. "Kok lo ketawa sih? Btw, lo juga suka baca buku? Kebetulan banget kita ketemu lagi di sini."

Raven melewati Acha begitu saja, nampak lelaki itu tengah memilah buku di antara rak-rak yang lain. Acha yang merasa tak dipedulikan hanya mendengus malas.

"Lebih dari sekedar suka, buku itu... kaya kehidupan gue Cha," jawab Raven pada akhirnya. Acha cukup terkejut mendengar pernyataan itu, baginya perawakan Raven tak seperti kutu buku pada umumnya. Bahkan terkesan badboy dan remaja yang suka menghabiskan waktu dengan kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti Atlanta Abangnya.

"Lo juga suka karya Mr. R?" dirasa memiliki hobi yang sama, Acha akhirnya bertanya lebih lanjut.

"Hahaha, gue pengen bilang satu fakta, tapi takutnya lo malah terkejut nanti," bukannya menjawab pertanyaan yang diajukan Acha, Raven justru mengatakan hal yang membuat Acha kebingungan.

"Apasih Ven? Jangan bikin gue penasaran deh," kesal Acha pada akhirnya.

Raven mengambil satu buku yang sama dengan Acha, mengusapnya dengan lembut dan menatapnya lekat. "Sebenernya.. gue orang dibalik akun Mr. R itu."

"HAH?!" pekik Acha dengan terkejutnya. Dan langsung menutup mulut begitu sadar beberapa orang disekitar memperhatikannya.

"Lo... Mr. R itu?" tanyanya masih belum percaya.

Raven mengendikkan bahu acuh. "Terserah sih lo mau percaya atau nggak. Tapi kalau lo mau spoiler novel gue yang baru, judulnya Crsytal, lo bisa dateng ke gue," ucapnya lalu menyerahkan sebuah kartu nama pada Acha, lengkap dengan nomor handphone juga alamat apartemennya.

Mengambil langkah untuk menjauh, meninggalkan Acha yang masih terpaku dengan raut terkejut sebab ia tanpa sadar sudah bertemu dengan penulis favoritnya.

🦖🦖

Delga berdiri di depan pintu dengan gugup. Lelaki itu berkali-kali mencengkeram seragamnya hingga kusut saat tiba waktunya ia harus menghadap Gerald Demeka, kepala agensi yang menaungi Starze serta Jonathan.

Kali ini ia lebih takut dari biasanya, sebab setelah ia mendengar rumor yang berkali-kali menyebutkan bahwa Gerald pernah berskandal dengan Hava, Bundanya, membuat Delga selalu menghindari pertemuannya dengan Gerald.

Dan kali ini entah kenapa pria itu mengundangnya secara pribadi untuk datang ke ruangannya. Starze memang tahu bahwa Hava adalah Bunda dari Delga, namun publik tak pernah tahu akan fakta itu. Hava memilih menyembunyikan keberadaan putranya secara diam-diam, bahkan kasus kematian suaminya dianggap sebagai bunuh diri, serta Delga yang tak pernah menyebutkan secara gamblang bahwa Hava adalah Bundanya.

Lalu ketika pintu ruangan itu diketuk, terdengar sahutan yang mempersilahkan Delga untuk masuk. Dengan wajah tanpa ekspresi, lelaki itu meraih knop pintu dan mendapati seorang pria paruh baya yang tengah berkutat dengan laptopnya.

Gerald, pria itu mendongak dan menatap Delga penuh arti. "Selamat Sore, Pak Gerald. Ada keperluan apa anda memanggil saya ke sini?" tanya Delga dengan berusaha sekuat mungkin mengusir rasa takutnya.

"Duduk dulu, Delgara," ucap Gerald mempersiapkan dan mau tak mau Delga harus duduk di depan meja kebesaran sang kepala agensi itu.

Detik kemudian Gerald menutup laptopnya, nampak pria itu ingin berbicara dengan serius kepada Delga. "Saya dengar kamu tengah menulis lagu, bukan? My Crystal, jelas saya tahu lagu itu ditujukan untuk siapa," ucapnya dengan senyum yang mengembang, menyeramkan. Dan perasaan Delga sudah tidak enak kala Gerald menyinggung tentang lagu yang baru ditulisnya.

"Tidak penting anda mengetahui lagu yang saya ciptakan untuk siapa, Pak Gerald," balas Delga dengan geram.

Gerald berdiri dari kursinya, berjalan dengan angkuh membelakangi Delga. "Jelas, kamu tahu bahwa saya dan Pak Gravi memiliki hubungan yang tidak baik. Dan kamu, malah menuliskan lagu khusus untuk putrinya," terkanya.

"Saya terkejut sebab ternyata effort kamu begitu besar," sambungnya. Gerald berbalik, tersenyum melihat Delga yang sudah mengepalkan tangannya menahan marah. "Tapi agensi tak akan pernah mengizinkan kamu untuk meluncurkan lagu itu."

Delga mendongak dengan tatapan nyalang, sekali lagi, pria ini berhasil mengacaukan usahanya.

"Kecuali, jika kamu..." Gerald membisikkan satu kalimat yang membuat Delga langsung menendang meja milik Bossnya. Katakanlah tidak sopan, tapi emosi Delga sudah berada di ujung tanduk sekarang.

"Tidak akan pernah saya mengganti isi lagu itu, Pak Gerald!" gertaknya dengan intonasi nada yang lebih tinggi. Jelas Gerald terkejut, sebab Delga ternyata lebih berani dari dugaannya.

Namun, terlihat betapa kuat pun Delga, Gerald pasti tahu kelemahannya.

"Lakukan itu, atau saya akan melaporkan Bunda kamu atas kasus penipuan, dan teman-teman kamu akan kehilangan karir mereka."

-Batas Fiksi-

Vote dan komennya!

Rate chapter ini, brp? 🤩

Jangan lupa follow juga akun Rp mereka di instagram ya!
@Delgaramarvelo
@Atlantasky_
@Achasacrsytal_

Tertanda

Mrs. Marvelo

Continue Reading

You'll Also Like

406K 35.4K 35
#1 in lifeschool April 2023 "Jangan mencintai orang yang belum selesai dengan masa lalunya" Mungkin kebanyakan orang berpegang teguh dengan kalimat...
327K 27.3K 52
KETOS IN PUBLIC, BADBOY IN PRIVAT Airlangga, Cleo, dan mimpi mereka. Diawali dari pertemuan mereka di rooftop rumah sakit. Airlangga berhasil mencega...
2.2K 356 74
" Tuhan, Biarkan aku pergi tanpa melukainya." LET'S GET IT❗ * ...
658K 80.3K 45
"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale c...