Jam telah menunjukkan pukul 14:30, jam free yang biasanya digunakan untuk makan siang bagi santri-santri.
sedangkan sarah masih tidur
pulas diranjangnya, "kapan, aku lihat anak ini gak tidur"batin reyna
"sar bangun??"reyna
Dengan posisi tidur tertutup slimut, sarah sama sekali tidak berubah dari posisinya.
"sar..."reyna
Untuk kedua kalinya reyna manggil sarah, namun sarah tetap dengan posisinya, sampai reyna sendiri yang membuka slimut yang menutupi wajah sarah.
Reyna begitu terkejut, ketika mendapati sarah yang sudah tidak sadarkan diri, dengan wajahnya yang pucat.
Tanpa berfikir panjang, reyna langsung menuju pusat kesehatan yang berada di blok as-syifa, reyna berlari secepat mungkin tanpa memperdulikan sekitarnya, yang difikirnya hanya ingin cepat sampai,
hingga tanpa disadari ia sudah menerobos orang yang sedang lalu lalang.
Begitu sampai, ia langsung menuju ketempat dokter muda yang bernama dokter lina, untung kedatangan reyna tepat, karna dokter lina pas ada diruangan, jadi tidak perlu menunggu lagi, karna berlari tadi, membuat reyna tidak bisa mengatur nafas dengan baik, hingga bicaranya terpotong-potong.
"atur dulu nafasmu baru bicara"dokter lina
"iya dok..."reyna
"bagaimana??ada yang bisa saya bantu??"dokter lina
"gini dok, saya butuh bantuan dokter, teman saya sedang sakit, dia tidak sadarkan diri di asrama"reyna.
"ya sudah, Kita kesana sekarang"dokter lina
Begitu sampai di kamar, ternyata sarah sudah sadar, namun tetap dengan keadaan yang lemas dan pucat.
setelah selesai memeriksa sarah, dokter lina sedikit terkejut, namun ketika dokter lina ingin mengutarakan sesuatu, sarah mengisyaratkan ingin membisiki dokter lina.
"kenapa harus bisik-bisik??"reyna
"oh gak papa, sarah cuman___"dokter lina
"cuman apa dok"reyna
"dia cuman lagi bicara tentang keluhannya, yang dia tidak mau orang lain tau"dokter lina
"terus dia sakit apa dok??"reyna
"dia cuman butuh istirahat kok"dokter lina
"beneran dok??"reyna
"iya sudah, saya pamit dulu, semoga lekas sembuh ya"dokter lina
Setelah dokter lina pergi, reyna tetap berada disamping sarah, ia menarik kursi yang berada di meja belajar untuk ia duduki.
"sar kalo butuh apa-apa, tinggal bilang ya"reyna
"iya" sarah
Awalnya reyna masih terus ngajak sarah bicara, namun ia merasa begitu lelah, dan kurang tidur karna begadang semalaman, setelah beberapa menit suara reyna sudah tidak terdengar lagi, begitu pun dengan sarah.
***************
Tempat yang begitu asing dan gelap, reyna mencoba untuk mencari cahaya, ia begitu bingung harus pergi kemana, ia benar-benar kehilangan arah, perasaan bingung dan takut seperti menyelimutinya, apa lagi dia hanya sendrian ditempat itu.
dia terus berlari kesana kemari tanpa arah, hingga dia menemukan cahaya putih, yang berasal jauh dari tempat dia berdiri, perlahan dia mulai berjalan mendekati tempat itu, cahaya itu begitu terang hingga membuat matanya silau, namun ketika cahaya itu dekat, reyna melihat ada seorang wanita yang sedang meringkuk dan mengenakan baju putih.
Awalnya reyna sedikit takut untuk mendekatinya, namun rasa penasaran, terus mendorong langkah kakinya, hingga ia berada tepat dihadapan wanita itu.
"hey"reyna.
Mendengar suara reyna, perlahan wanita itu mulai menengadahkan kepalanya, sampai reyna bisa melihat wajahnya dengan jelas, reyna begitu terkejut, saat mengetahui wanita tersebut tak lain adalah sahabatnya sendiri yaitu sarah.
Sarah yang reyna lihat seperti bukan sarah yang biasanya, ia terlihat sangat pucat.
"sarah ini kamu?"reyna
Sebelum menjawab pertanyaan reyna, sarah berdiri dan mereka akhirnya bertemu pandang.
"iya rey"sarah
"kamu ngapain disini sar?"reyna
"aku pengen pergi"sarah
"pergi kemana sar??"reyna
"pergi kesuatu tempat, yang kamu tidak lagi bisa bertemu aku"sarah.
"kenapa bisa begitu?"reyna
Sarah kembali terdiam, pandangannya kosong, namun tetap kearah reyna, bicaranya pun terdengar sangat datar.
"setelah aku benar-benar pergi, aku ingin melihatmu bersama dengan dia"sarah
"dia siapa sar??"reyna
"dia yang aku suka, namun dia menyukaimu"sarah
"aku gak ngerti apa maksud kamu sar"reyna
"nanti juga kamu akan tau"sarah
"kapan?"reyna
"seiring berjalannya waktu, cepat atau lambat, kamu akan tau, sekarang aku harus pergi, tolong jaga dia untukku ya rey"sarah
Sarah mulai beranjak dari hadapan reyna, reyna terus memanggil sarah, namun ia tak sedikit pun menoleh kearah reyna, sampai ada cahaya putih yang menghapus jejak arah, Reyna pun tak lagi dapat melihat sarah, namun ia tetap memanggil-manggil nama sarah.
"SARAH..."reyna
reyna pun terbangun dari tidurnya keringat dingin mulai bercucuran, nafasnya tak beraturan, ia melihat sarah masih tertidur nyenyak dihadapannya.
"untung cuman mimpi"batin reyna
Namun mimpi itu begitu nyata, hingga tak terasa air mata mengalir dipipinya, ia tak bisa bayangkan betapa hancur hatinya, saat mimpi itu menjadi nyata, ia takkan bisa menerima itu, dan yang menjadi pertanyaan, siapa pria yang disukai sarah namun memilih menyukai reyna.
******************
Keesoakan harinya reyna bangun kesiangan, karna tidak ada sarah yang membangunkannya, ia tampak terburu-buru karna takut telat.
Biasanya dia berangkat dengan sarah, kali ini ia harus berangkat sendirian, selama sarah sakit reyna akan merasakan hari-hari penuh dengan kesepian, bagaimana tidak, sarah yang biasa menemani hari-hari reyna dengan kecerewetannya dan keheboannya kini sedang terbaring sakit.
**********************
Ia mencoba mencari kesibukkan, untuk menghilangkan kesepiannya, ia kembali menekan tombol lif menuju lantai 6, apalagi jika bukan perpustakaan yang dikhususkan untuk pelajaran, tempat reyna untuk melarikan diri dari keramaian, karna yang menjadi pusat keramaian adalah perpustakaan lantai 7, ia kembali mengumpulkan buku-buku rumusan, yang kata sarah itu sangat membosankan, dan terlalu monoton, tapi bagi reyna buku rumusan adalah sesuatu yang membuat otaknya berpetualang, menjelajahi dunia matematika yang sangat rumit dan menantang.
Tapi ditengah-tengah kesendiriannya, ia kembali mengingat sarah, biasanya saat reyna sedang sibuk dengan tumpukkan buku rumusannya, sarah selalu datang dari lantai 7 membawa tumpukan novel, yang ingin dibacakan oleh reyna sampai ia tertidur dimeja.
Hal yang membuat reyna merasa bersalah, saat ia terus menolak sarah untuk membacakan novel, sampai sarah terus memohon dengan mata berkaca-kaca, dan kini ia jadi sadar betapa berharganya sarah, sehingga ia berjanji pada dirinya sendiri, akan melakukan apapun untuk sarah selagi dirinya sanggup.
Kali ini waktu untuk menyendiri reyna tidak terlalu lama, karna bel masuk sudah berbunyi, mau tidak mau ia harus segera menuju kelas.