Change You

By gummyonlight

23.7K 1.3K 67

Untuk sementara waktu beberapa part ada yang di private, terima kasih. "Let bygones be bygones" Kata tersebut... More

Prolog
(1) Friendship, Rega.
(2) What badut?
(3) Sial!
(4) He?
(5) I feel free
(6) Liburan
(7) Who's POV?
(9) Berani?
(10) He is cute?
(11) The Game
(12) Yes or No?
(13) Face to Face
(14) Deal
(15) Stalker
(16) Friends
(17) Monster Day
(18) I Hate Monday
(19) Jealous?
Penting!
(20) He's Back?
Baca please!
KABAR BAIK!
(21) Sakit hati hm?
(22) Friendship
(23) Jealous, again?
(24) Idiot Brother
Info, baca please!
(25) Persaingan
(26) Dia
(27) Terulang Kembali
Bukan update-an, Please BACA!

(8) Meet again?

827 55 0
By gummyonlight

Khey's pov

Hari ini hari dimana gue masuk di GS sebagai murid kelas 11. Yeah.

Gue pengen cepat sampai sekolah karena gue gak sabar buat ketemu sahabat-sahabat tercinta gue dan juga teman-teman baru.

Dengan semangat gue mulai membuka mata karena jendela dikamar gue udah dibuka dan cahaya yang masuk membuat gue mengerenyitkan mata berkali-kali. Gue bergerak sedikit demi sedikit dan mulai bangkit dari ranjang menuju kamar mandi.

Setelah beberapa lama gue merapikan seragam. Tak lupa rambut panjang gue kuncir satu.

Tas. Cek

Buku. Hm belum dikasih.

Sepatu. Asekk baru.

Wajah. Tetap cantik.

Oke sudah siap semua, cus sekolah.

Gue ke sekolah mengemudi mobil sendiri yeah. Gue seneng banget. Karena umur gue udah mau 17 gue dibolehin sendiri naik mobil kesekolah. I fell free now!

"Pagi Ma, Pa, Bang." Ucap gue langsung menempatkan pantat gue duduk manis di kursi meja makan.

"Pagi sayang." Ucap Mama sama Papa bebarengan. "Kamu harus tambah giat belajar ya kan tahun depan udah kelas 12." Kata Mama menyodorkan roti yang barusan ia oles dengan selai kesukaan gue.

Gue hanya mengangguk mengiyakan. Sebenarnya gue pengen kuliah di Indonesia aja. Tapi Mama pengennya gue kuliah di Australia. Coba aja kalau gue punya pacar pastinya bakal LDR an dong kan gak asik banget? Ah gue gak mau titik. Tapi pikir-pikir dulu aja deh.

"Pagi kebo." Jawab Bang Levin bikin gue melotot kesal. Dia cuma masang wajah polosnya kayak gak punya dosa aja.

"Kampret lo Bang" Celetuk gue. Menatap horror.

Setelah beberapa saat, gue pamit ke Mama sama Papa dan tak lupa juga Bang Levin. Gue langsung menuju garasi dan menjalankan mobil ke GS. Gue takut banget awal masuk udah telat 'kan gak elit banget.

Oh iya, gue itu Miss telat. Hampir setiap hari gue telat. Oh ini memalukan. Menurut gue sih gue selalu bangun pagi jam 6.15 ehh itu kesiangan ya. GS kan masuk jam 7. Belum gue mandi kembang tujuh rupa terus poles diri gue dan makan. Hm.

"Ahhh sial ini." Dengus gue kesal dengan memukul stir mobil.

TIN TIN TINNNN

Tepat di depan mobil gue ada gerobak yang nyangkut ditengah jalan karena ada jalan yang berlobang. Gue bingung padahal disana yang tolongin banyak banget. Tapi, gerobaknya gak gerak sedikit pun.

Oke gue mulai gak sabar. Akhirnya gue putar balik dan ke GS pakai jalan alternatif yang lumayan jauh.

"Shit, udah jam 7 kurang 15 ajasih!" Gue pun langsung ngebut. Sialnya jalan alternatif ini pun juga ramai. Arghhh.

"Tuhan bantu Khey please." Doa gue dalam hati.

Akhirnya doa gue di dengar sama yang di atas. Tak lama kemudian hanya 15 menit gue udah memarkirkan mobil gue di pekarangan parkiran GS. Dengan cepat gue langsung melesat ke papan pengumuman agar tau gue kelas dimana.

"11 IPA 1. Asek pinter juga gue." Ucap gue sambil senyum-senyum gak jelas. Gue pun menepuk jidat karena lupa bahwa gue udah telat dari 10 menit yang lalu. Gae ngacir dan lari cepat ke kelas.

"Semoga aja belum ada gurunya." Mulut gue dari tadi komat-kamit gak jelas.

Disini gue berdiri di depan pintu kelas dengan hati2 gue ketok pintunya kemudian gue buka. Jreng!! Gurunya belum datang.

Waktu gue masuk kelas, kelas yang ramai mendadak jadi hening sambil lihatin gue. Kampret banget kayak ngelihat setan aja. Gue nyengir doang.

"Kalian kenapa? Lanjut aja." Ucap gue sambil nyari tempat duduk.

Gue bisa lihat ada Rega dan Sherin. Gue gak nyangka kita bakalan sekelas lagi. Mungkin kelas akan menjadi kapal pecah jika ada kita. Woho.

"Weist kita sekelas lagi." Gue berhigh five sama mereka berdua. Mereka tersenyum senang.

"Kita memang ditakdirkan untuk bersama sayang." Gila. Jijik gue. Siapa lagi kalau bukan Rega. Dasar ganteng-ganteng tapi lebay. Mungkin bagi fansnya masih ganteng tapi bagi gue? Gak lah yaw.

"Gue seneng banget Khey kita bisa barengan lagi." Toa. Banget. Siapa lagi kalau bukan Sherin. Mungkin mulutnya salah cetakan bisa lebar gitu. Mungkin.

Gue tersenyum semanis mungkin. Biar dua sahabat gila gue bisa klepek-klepek. Eh malah gue kena....

TUK

TUK

"Shit, dasar lo pada! Kompak banget nyiksa gue." Gue mengelus kepala gue yang kenapa templengan buku dari mereka berdua.

Mereka tersenyum bangga.

Sahabat bukan sih.

Rega mengalihkan perhatian. "Eh eh katanya ada anak baru?"

Mata Sherin mulai melotot senang. "Serius lo? Cowok apa cewek? Moga sih cowok, moga ganteng juga ishhhh."

"Alay najis." Gue mendengus kesal. Rega mengerlingkan matanya dan menggelengkan kepala.

Dasar! Salah apa coba gue sama Rega punya Sahabat yang lumayan centil kayak Sherin. Tapi perlu kalian ketahui meskipun Sherin ya kalian tau lah dia kayak gimana, disisi lain dia itu peduli, baik dan perhatian. Inget itu.

Dulu pernah Nyokap dan Bokap gue lagi dinas di luar kota. Bang Levin lagi SKAL sama sekolahnya. Dan jadilah gue dirumah sendiri selama satu minggu. Gue sendirian dirumah nangis lah gak banget pokoknya karena waktu itu gue masih manja persis anak kecil kehilangan balonnya.

Tiba-tiba Sherin datang ke rumah gue dengan membawakan gue buah apel banyak banget. Ya gue suka Apel. Gak tau aja buah itu selain enak juga bikin tengorokan gue fresh gitu kayak ngelihat air dingin segar ya kan. Selama satu minggu Sherin nemenin gue. Dan dia selalu ada buat gue. Sampai pada waktu malem hari gue nangis terus mukul-mukul dia, dia tetep sabar. Gak banget gue kayak anak tempramental aja.

"Ish kalian, kan gue excited gitu." Sherin cemberut. Ah gue suka liat dia gitu unyu haha.

Rega menghela nafas dan memandang Sherin kesal. "Cowok. Sekelas sama kita."

"Serius yang mana?" Tanya Sherin yang keponya udah mencapai maksimal. Dengan pandangan menyapu swlurih kelas.

Rega melirik cowok baru itu. Sherin mengikuti arah pandangan Rega. Gue lihat cowok itu tapi sayangnya gue gak begitu jelas lihat mukanya. Tapi kalau Sherin liat yang bening-bening sih....

"GILA GANTENG BANGET." Ucapan Sherin tersebut tepat sekali. Anak-anak yang tadinya hidup tentam antrem jaya merdeka 45. Oke gue lebay. Langsung menengok ke arah Sherin dengan tampang Sherin yang tak berdosa sama sekali.

Pengen gue telen dia.

Gue menggelengkan kepala dengan tingkah konyol Sherin. Kemudian dengan malas gue sibuk dengan ponsel gue yang tiba-tiba berisik.

"Malu-maluin." Celetuk Rega.

"Biarin, emang gue pikiran." Sherin membela dirinya.

"Nyebelin."

"Lo tuh."

"Lo kali!"

"Alay!"

"Lo tuh Ratu alay"

"DIEM WOY KALIAN RIBUT AJA SIH." Teriak gue. Gak peduli semua anak ngelihatin gue dengan garang.

Habis gue udah gak tahan lagi sama tingkah nyebelin mereka. Gue lihat sekilas anak the most wanted ngelihatin gue dengan sorot mata yang gak bisa gue jelasin. Ih nyebelin kenapa bisa sekelas sama cowok tukang pamer kecakepannya sih. Apa salah gue?

Akhirnya gue mulai bangkit dari duduk gue dan berjalan keluar kelas. Mungkin hari ini masih belum dimulai KBM nya karena masih MOS juga buat anak kelas 10.

***

- GRE POV

Weist hari ini hari dimana gue mempersiapkan mental untuk mulai membangun kebahagian di sekolah baru. Najis bahasa gue.

Dari kemarin malam gue sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk hari ini. Gue gak mau nyianyiain hidup gue. Gue harus semangat belajar agar bisa meneruskan perusahaan bokap yang sekarang di pegang oleh Om gue.

Akhirnya Bunda memberi tahu gue, gue bersekolah di Glorious School Jakarta singkatannya sih GS. Kata Bunda sekolah itu bukan sembarang sekolah. Jadi GS itu sekolah favorite di Jakarta, kebayangkan gimana anak-anak yang bisa masuk GS harus diseleksi sangat ketat. Dari otak encer, IQ tinggi, hingga berbagai kemampuan atau bakat seperti bermain alat musik. Untungnya gue keterima gara-gara otak gue encer. Gue pinter kan?

Oke gue gak akan aneh-aneh di GS. Gue harus jadi anak baik-baik disana agar track record gue dari dulu hingga sekarang gak tercemar. Eh tunggu, dulu? Oh salah besar. Gue dulu itu brengsek. Emang sekarang gue gak brengsek tapi masih dikit belum sepenuhnya clear. Oke gue gak mau bahas masa lalu gue.

Dengan semangat gue menuruni tangga. Kemudian berjalan menuju ruang makan disana sudah ada Bunda dan Adik gue Kaisya. Bunda memberi sepotong roti yang ada selainya. Gue tau Bunda sebenarnya sibuk banget dengan pekerjaannya. Karena gak sengaja, waktu malam-malam gue kebangun lalu lewat ruang kerja Bunda yang masih menyala lampunya gue bisa lihat bunda sibuk desain baju. Gue kasihan sama Bunda gue tau Bunda lakuin ini semua karena Bunda gak mau mengulangi kesalahannya yang dulu untuk kedua kalinya.

"Makasih Bun." Gue mulai menguyah roti. Sepertinya adik gue ngelihatin gue deh.

"Lo laper apa doyan deh Bang?" Bener. Adik gue dari tadi ngelihatin gue makan.

Gue mendongakkan wajah gue kedepan. Disana adik gue memasang wajah oon nya karena lihat gue makan kayak orang kesurupan. Ya gimana lagi gue emang laper dari kemarin malam gue belum makan.

"Doyan. Lo gak makan?" Tanya gue.

"Lihat lo aja gue udah kenyang." Kata adik gue dengan nyengir andalannya. Oke dia berusaha ngejek gue.

Bunda mulai mengambil alih. Karena kalau gak di lerai gue sama adik gue mungkin kita udah perang sekarang. Gue suka suasana gini begitu hangat. Lebih hangat jika ada Ayah disamping gue.

Nino kangen ayah.

"Nino kok mata kamu berair? Kamu nangis ya?" Tanya Bunda. Oh gila lamunan gue membuat gue sedih. Gue gak mau buat Bunda nangis lagi apalagi Adik gue Kaisya.

Gue menggeleng cepat dan tersenyum. "Gaklah Bun, aku kan cowok." Ucap gue sok tegar padahal hati gue nyes man.

Gak ada orang yang tau gue pernah nangis. Bahkan orang tua gue pun belum pernah lihat gue nangis di umur gue yang sydah mengerti mana hal yang baik dan buruk. Gue hanya ingin gak dilihat sebelah mata karena menurut gue nangis itu mencerminkan diri kita bahwa kita rapuh saat itu.

Bunda mengangguk mengerti. Gue lihat sekilas adik gue, gue tau banget pasti dia gak yakin sama alasan gue. Dia pasti tau kalau Abangnya ini lagi sedih.

Bahasa gue cewek wek wek banget ilah.

"Bun, Nino berangkat ya. Kai belajar yang rajin." Gue mencium tangan Bunda sekilas mencium dahinya juga. Kemudian gue mencium adik tersayang gue.

***

Disini lah gue sekarang. Diparkiran GS gue bingung mau kemana. Apalagi ini masih pagi banget. Di parkiran aja masih dikit mobil yang terparkir. Apalagi juga ini hari pertama masuk setelah libur panjang terus hari ini sampai seminggu kedepan bakalan dibuat MOS sama anak kelas 10 yang baru.

Dengan bingung gue melangkahkan kaki gue ke belakang sekolah. Disana sepi hanya ada pakbon yang lagi membersihkan lapangan basket. Perlahan gue berjalan ke arah orang yang pastinya lebih tua dari gue. Dia terlihat rapuh tapi dia masih giatnya berkerja. Gue tersanjung.

Sepertinya dia tau kalau gue sedang berjalan kearahnya. Hingga tiba-tiba dia menengok ke arah gue. Lumayan kaget juga gue lihat ekspresi wajahnya. Seperti dia orang yang baik.

"Hayo kamu mau apa?" Tanya orang yang ada dihadapan gue dengan kumis tebalnya yang sebagian putih.

"Sepertinya saya belum pernah lihat kamu? Anak baru? Saya kenal semua anak disini." Katanya lagi.

Tepat sekali. Sepertinya orang ini ramah. Gue tersenyum kikuk dan mengangguk. Gue mengulurkan tangan berharap ia menjabatnya.

"Kamu sepertinya beda seperti anak-anak lain. Yang lain gak ada yang mau berjabat tangan dengan saya kecuali kamu, anak-anak yang sama tampannya sepertimu dan non Liv." Sebelumnya dia mengulurkan tangannya dengan senyum menghiasi wajah tuanya itu.

Gila. Jaman sekarang emang aneh. Orang banyak yang jaim pakbon dan teman-temannya juga manusia biasa yang harus disegani kenapa disini pada gak memberi sopan dengan mereka? Gue gak ngerti lagi.

Gue tersenyum. "Iya pak saya anak baru. Nama saya Grevano panggil Gre aja ya pak." Gue melepaskan jabatan tangan dan duduk dikursi yang tak jauh dari tempat gue tadi berdiri.

Bapak itu pun mengikuti gue duduk. Dia duduk disamping gue dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Saya pak Anang tukang bersih-bersih disini. Saya senang sekali ada anak yang masih sopan seperti kamu. Jaman sekarang susah sekali mencari anak seperti itu."

Gue tertarik dengan ucapannya. Gue menegok kearah dia. Dengan tampang kepo hingga akhirnya Pak Anang tau maksud gue dia menghela nafas.

"Kamu mirip sekali dengan Non Liv kalau lagi kepo." Wow. Bapak ini sudah berumur tapi gahol man.

"Haha saya memang gaul." Hah? Nih bapak kok bisa tau. Jangan-jangan dia dukun. Ngeri.

"Saya bukan dukun. Jadi jangan takut." Lagi lagi bapak ini tahu apa yang gue pikirin dia tertawa ringan karena muka gue udah panik takut dibuatnya.

GS memang biasa seleksi muridnya ketat, bahkan para pembantu bersih-bersih sekolah pun juga begitu ada yang bisa membaca pikiran orang. Itu bener-bener keren.

"Pak, ruang kepala sekolah dimana ya?" Tanya gue hati-hati karena sudah jam setengah tujuh berarti setengah jam lagi sudah masuk.

Bapak itu memberi tau gue ruang kepala sekolahnya. Pengennya sih gue pengen dianterin Pak Anang berhubung pekerjaan Pak Anang belum selesai jadi gue harus ke ruang kepala sekolah sendiri.

Gue berjalan dikoridor yang agak ramai. Karena makin lama makin siang juga. Bangak tatapan anak yang bertanya. Dan gue sempet dengerin ocehan mereka seperti....

Siapa tuh anak?

Eh eh ganteng.

Gue gak pernah lihat dia, jangan-jangan anak baru.

Gue gebet ah.

Ya Tuhan bule gitu wajahnya.

Hidung mancung.

Oh bibir sexy aww

Yang terakhir bikin gue ngeri. Masih umur segitu udah bilang bibir aja. Gak banget. Tapi emang bener sih bibir gue sexy haha.

Gue cuma mengacuhkan pandangan mereka. Hanya tersenyum simpul yang gue perlihatkan.

Hingga pada akhirnya ada seseorang yang nabrak gue. Lumayan keras sampai menimbulkan suara nyaring antara bahu dia dan bahu gue.

"Eh sorry sorry gue gak sengaja beneran." Katanya.

Gue menggangguk dan melihat orang yang menabrak gue. "Iya gakpapa." Bohong lo Gre orang sakit malah gak papa.

"Eh kayaknya gue gak pernah lihat lo deh? Anak baru?" Tanyanya dengan wajah kepo.

Gue mengagguk lagi. "Gue Grevano, panggil aja Gre." Gue menyodorkan tangan.

Dia langsung membalasnya seraya berkata. "Gue Aland, lo kelas 11 kan? 11 apa?"

"Iya, gak tau. Gue mau ke ruang kepala sekolah dulu."

"Ngambil IPA kan?" Gue mengangguk. "Sama dong, semoga sekelas. Oh iya sekalian bareng gue mau ke ruang guru."

Gue mengangguk lagi dan lagi. Semoga kita bisa berteman. Sepertinya Aland anak yang baik karena dari kelakuannya dia suka bergaul dan gak ada rasa canggungnya. Tiba-tiba aja gue sama Aland kayak lem bisa nyambung cerita gue dan dia. Jadi gak ada kata garing antara gue dan Aland.

Bahasa gue alay.

Kita sudah sampai di depan ruang kepala sekolah yang di dekatnya ruang guru. Aland ke ruang guru dan gue ke ruang kepala sekolah. Setelah gue persiapkan mental gue ketemu kepala sekolah baru akhirnya gue masuk dengan sangat sopan.

Kepala sekolahnya baik sekali. Dan kalian pasti gak nyangka! Dia gaul man. Tau aja apapun tentang gue dan katanya lagi beliau sangat terbuka kalau gue cerita tentang cewek dan mau mengajari gue cara nembak cewek haha kepala sekolah gokil.

"Iya saya serius kalau ada apa-apa jangan sungkan." Katanya setelah cerita yang tadi. Senyumnya masih menghiasi wajahnya.

Padahal yang gue tau kepala sekolah itu selalu menunjukkan ketegasan dan kegagahannya. Tapi yang ini beda jauh gue tau beliau juga memiliki perilaku yang tadi tapi kalau lagi asik dengan muridnya semua itu hilang bagaikan ditelan bumi. Tak lagi ada rasa canggung antara murid dan kepala sekolah. Luar biasa saya salut dengan beliau.

Gue hanya mengangguk dan tersenyum. "Iya pak. Oh iya saya di kelas 11 apa pak?"

Gue baru ingat. Tujuan gue ke ruang kepala sekolah kan mau tanya di kelas apa, eh malah lupa. Masih muda udah pikun gue please dicontoh eh.

Iya kan ini gara-gara bapak kepala sekolah yang cerita tentang GS, dan segala macamnya gue jadi lupa pertanyaan yang sangat teramat penting bagi gue. Karena gue ingin masuk IPA dan semoga saja gue bisa di IPA 1 katanya kelas itu unggulan diantara kelas 1PA pasti didalemnya banyak anak pinter dong. Kan keren.

Dia menghembuskan nafas pelan seraya mengendorkan kaca mata yang nemplok di hidungnya tambah kebawah.

"Kamu di 11 IPA 1, karena dari tes-tes kemarin hasilnya sungguh memuaskan." Ucapnya bangga.

Gue tersenyum senang sangat senang. Gue bersyukur Tuhan memberikan otak encer ke gue. "Wah makasih pak, kalau begitu saya permisi mau ke kelas karena sudah mau masuk."

Gue mulai berdiri dan bersalaman dengan kepala sekolah gue yang baru bernama Pak Burhan. Nama yang simpel se simpel kumis tebalnya yang rapi berwarna hitam keputihan. Haha.

Sebelum gue keluar tiba-tiba Pak Burhan berucap lirih. "Semoga kamu betah sekolah disini. Saya harap begitu, kamu sangat berbakat." Katanya berkharisma.

Lagi-lagi gue tersenyum kemudian mengangguk. "Saya akan berusaha membanggakan sekolah ini Pak."

***

"Asikk kita sekelas." Aland berjingkrak-jingjrak kayak orang kesurupan di samping gue.

Kita sekarang menuju ke kelas. Ya 11 IPA 1 kelas impian gue. Woho. Gue hanya membalas dengan cengiran. Karena gue udah gak tau lagi harus bilang apa. Bener-bener seseorang yang mengasikkan si Aland ini. Anaknya aktif banget anak kecil aja kalah

"Landddd!!" Teriak dari belakang gue dan Aland. Kita sama-sama menengok ke belakang.

Disana ada empat cowok yang kayaknya seumuran dengan gue kelas 11 juga. Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di depan gue dan Aland. Wajah mereka berseri-seri senang. Mungkin kangen dengan gue? Eh kok gue sih Aland kali.

Mereka melihat gue dengan tampang keponya. Mungkin mereka ingin kenal gue. Eh pede. Sepertinya Aland tau maksud teman-temannya akhirnya Aland memberitahu siapa gue.

"Gre ini temen-temen gue Edgar, Nichollas, Gabriel, dan Natzo." Aland menunjuk temannya satu persatu dari samping kanan tepat didepannya.

Gue tersenyum ramah. "Gue Grevano panggil Gre aja ya." Kata gue. Mereka mengangguk serempak.

"Salam kenal bro." Ucap orang yang pas di depan Aland yang gue tau namanya itu Edgar.

"Semoga lo betah dengan kita-kita." Ucap seseorang lagi dari samping kanan kedua yang gue tau namanya itu Nichollas.

Gue memasukkan tangan ke saku celana. "Thanks kalian bisa nerima gue jadi teman kalian."

"Santai aja." Celetuk Natzo yang ada di depan gue.

Aland mengerutkan dahinya bingung melihat temennya yang tepat disamping Natzo. "Lo kenapa deh Gab?" Serempak kita menengok ke arah Gabriel.

Sepertinya Gabriel ada masalah yang kayaknya berat banget. Gue bisa lihat dari gerak geriknya apalagi bibir bawah yang dia gigit. Pasti ada yang gak beres. Oke gue kepo.

Gabriel berdehem gak jelas dengan menggerakkan salah satu kakinya di lantai. Gue bingung sama dia aneh banget deh.

Mereka semua geleng-geleng melihat tingkah Gabriel sementara gue cuma menggerutkan dahi dengan arti gak tau maksud mereka.

"Gue tuh...." kata Gabriel yang diberi jeda lama. "Pengen ngelucu tapi nanti lo pada sorakin karena candaan gue kan ga-" ucap Gabriel di potong oleh mereka bertiga.

"GARING." Mereka serempak menonyor kepala Gabriel.

Gue ketawa lihat lima temen baru gue yang kocak. Mereka persis banget kayak anak kecil yang lagi ngerjain temennya agar temannya menangis lalu pulang kemudian melaporkannya kepada ibu dia. Sungguh lucu.

"Hahahaha kalian hahaha lucu hahahaha." Tawa gue berderai hingga mereka semua mengerutkan dahinya melihat gue kayak orang kesurupan.

Ada beberapa anak yang lagi jalan sambil melihat ke arah gue dan yang lain dengan pandangan aneh dan pandangan memuja. Kalau yang memuja sih gue tau karena tawa gue itu cetar membahana. Tapi kalau tatapan aneh sih? Gue gak tau maksud mereka.

"Biasa."

"Biasa."

"Biasa."

"Biasa."

Mereka semua serempak mengucapkan itu kecuali Natzo yang hanya geleng-geleng melihat ke empat temannya itu.

"Eh lo pada masuk kelas mana?" Tanya Natzo yang mengalihkan perhatian.

"Gue sama Gre di kelas IPA 1 gak tau yang lain." Jawab Aland.

"Gue, Natzo, dan Nichollas di IPS 1." Ucap Edgar.

"Kalau gue sih di ... dimana hayo? Di mana?" Gabriel mulai alay.

"DI HATI MU." Ucap mereka serempak kecuali Natzo mungkin gue akan tau kalau Natzo ini orangnya cuek.

"Hahaha bener kalian. Enggak deng gue bercanda gue di IPA 1. Keren kan gue!" Kata Gabriel dengan menepuk dadanya bangga.

"Alay."

"Alay."

"Alay."

"Alay."

"Liburan lama lo les bahasa alay ya Gab?" Ucap Natzo geram.

Si Gabriell menggaruk tengkuknya yang gue ketahui itu gak gatal sama sekali. Dia juga menjulurkan lidahnya jari-jari tangannya ia bentuk peace.

Gue hanya nyengir liat mereka semua. Semoga gue bisa sahabatan dengan mereka lebih lama lagi.

~~Change You~~

A.n

Yang kemarin itu POVnya bukan Khey ya. Terus yang tulisannya di italic atau miring itu flashback oke. Buat kalian yang masih bingung.

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 107K 37
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
677K 35.2K 44
Kisah seorang Andrea si bodyguard tampan tapi Manis yang selalu menarik perhatian tuannya . "Tidak ada yang aneh, hanya saja kamu terlihat menarik di...
2.4M 14.1K 33
21+ Demi membayar biaya perawatan kekasihnya yang sedang Koma akibat kecelakaan, Bianca terjebak menjadi Maid di Rumah mewah milik keluarga Richard A...
2.5M 28.7K 94
"Berani main-main sama gue iya? Gimana kalau gue ajak lo main bareng diranjang, hm? " ucap kilian sambil menujukan smirk nya. Sontak hal tersebut me...