Ghevani terus menggenggam tangan Rashelyna dengan erat menelusuri gedung tua. Sebenarnya Rashelyna bingung dan sedikit takut. Mengapa Ghevani membawanya kemari?
"Kak Ghev, kenapa kita kemari?" tanya Rashelyna.
"Maafkan aku, Rashel," lirih wanita itu membuat alis Rashelyna terangkat.
"Apa yang kau katakan Kak?" ucap Rashelyna tak mengerti.
Ghevani tak menjawab. Dia membawa Rashelyna pada salah satu ruangan penuh debu. Rashelyna menutup hidung dan mulutnya tak kuat dengan debu-debu itu.
Saat sudah memasuki ruangan gelap itu. Tiba-tiba Ghevani melepas pegangannya. Rashelyna gemetar ketakutan, dia mencoba mencari tangan Ghevani tetapi tidak ada. Seolah Ghevani pergi meninggalkannya.
"Kak Ghev?"
"Kak!"
"Jangan tinggalkan aku. Aku takut!"
"Kak Ghev!" teriak Rashelyna.
Tak
Lampu ruangan menyala bersamaan dengan suara tepuk tangan. Rashelyna terbatuk saat seseorang menepuk debu tepat di depan wajahnya.
"Wah, tak kusangka. Ghevani, kau sangat penurut sekali," ucap seseorang. Tubuh Rashelyna seketika bergetar kala mendengar suara itu. Suara yang sangat ia kenal.
Dia mendongak dan terkejut melihat dua orang wanita menatapnya dengan pandangan sinis. Dan juga entah bagaimana Ghevani sudah duduk di kursi dengan tubuh terikat.
Claris dan seorang wanita berbaju merah.
Mereka berdua mengelilingi kursi tempat Ghevani duduk. Kemudian wanita baju merah itu dengan tak berperasaan menjambak rambut Ghevani hingga wanita itu memekik kesakitan.
"Sialan! Lepaskan!" ringis Ghevani.
"Tutup mulutmu jalang!" bentak Claris menendang perut Ghevani.
"Berani-beraninya kau berkata seperti itu hah! Ingat, dirimu hanya wanita sampah!"
Belum sampai situ, Ghevani kembali berteriak saat Claris menginjak paha wanita itu dengan ujung heels yang tajam. Pun darah mengucur membasahi lantai.
"Arghh!"
Rashelyna yang melihat itu menutup mulut dengan mata membelalak kaget. Tubuhnya gemetar mundur perlahan ke belakang hingga punggungnya membentur tembok.
"Kau tahu? Anak kesayanganmu sekarang tengah sekarat," bisik wanita berbaju merah itu di telinga Ghevani.
Ghevani mendongak dengan wajah merah menahan amarah. "Lepaskan anakku sialan!" teriaknya.
"Lepaskan? Oh tidak mudah," desis Claris.
Air mata meluncur begitu saja membasahi pipi Rashelyna. Dia masih sangat ingat. Siapa wanita di sebelah Claris. Wanita itu adalah Sarah. Pelayannya dulu di luar negeri. Dia menggelengkan kepala tak percaya. Mengapa Sarah bisa ada di sini?
Sarah menoleh menatap Rashelyna dengan senyum menyeringai. "Kaget?"
Dia mendekat ke arah Rashelyna.
"Oh, Nona yang malang. Kasihan sekali, hidupmu akan berakhir sampai di sini," ucapnya lirih mengelus pipi Rashelyna dengan ujung kukunya yang tajam.
"K-kau..." Rashelyna tercekat dengan napas yang tak beraturan.
"Aku pelayanmu Sarah, kau masih ingat?"
Claris mendekat sembari tertawa mengejek. Dia menarik dagu Rashelyna dan dicengkeram kuat. Wanita hamil itu meringis merasa sakit. Claris meludah tepat di wajah Rashelyna.
"Cih! Bagaimana bisa Arkielga terpikat oleh wanita bodoh sepertimu?!"
"Aku sangat sedih, Tuan Zergant tak pernah melihat ke arahku. Aku telah jatuh cinta padanya," ungkap Sarah membuat Rashelyna terkejut mendengar fakta itu.
"Pria yang kucintai bahkan telah direbut oleh jalang sepertimu!" sahut Claris menjambak rambut Rashelyna.
"Harus kita apakan dia Claris?" tanya Sarah dengan wajah sendu yang ia buat-buat. Claris tersenyum menyeringai. Dia semakin menarik rambut Rashelyna.
Rashelyna memekik kesakitan, kepalanya sangat perih. Bibirnya bergetar menahan tangis. Ghevani melihat Rashelyna diperlakukan seperti itu berteriak marah. "Jangan sentuh adikku!"
Ghevani memberontak berusaha melepaskan tali yang mengikat dirinya. Sarah berdecak malas, dia berbalik menghampiri Ghevani dan menginjak paha bekas injakan Claris.
"Berisik sekali kau!"
"Arghh!"
"Tidakk! Kak Ghev!" seru Rashelyna terisak kuat.
"Persetan dengan pria itu!" ucap Claris langsung menampar pipi Rashelyna hingga wajahnya tertoleh ke samping. Wanita itu meringis merasa perih dan panas menjalar di pipinya.
Claris mendorong tubuh Rashelyna hingga duduk di kursi. Dia mengikat tubuh wanita itu kuat.
Rashelyna panik, dia menahan tali yang mengikat perutnya. Dia tak mau terjadi apa-apa pada baby kecilnya.
"Ahh!"
"Rasakan ini jalang!"
"Kalian berdua pantas mati!"
"Hahaha!"
"Setelah ini kita akan hidup senang, Sarah!"
"Yeahh, lakukan apa saja yang membuat kita senang!" jawab Sarah menjambak rambut Ghevani seperti orang kesetanan. Begitu pula dengan Claris, dia menampar dan menjambak Rashelyna beberapa kali.
Rashelyna memejamkan mata menahan semua rasa sakit ini. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada perutnya. Tidak apa-apa dia dipukuli, asal baby kecil harus baik-baik saja.
***
Mendapat laporan bahwa istrinya keluar rumah bersama Ghevani membuat rahang Arkielga mengetat. Dia berjalan sangat cepat diikuti beberapa orang suruhannya di belakang. Saat sudah memasuki rumah. Dia menghempaskan barang-barang hingga berserakan.
"KELUAR KALIAN SEMUA!"
"SIALAN!" teriaknya emosi. Dia membanting seluruh benda yang berada dalam jangkauannya.
Pun semua pelayan yang ditugaskan di rumah ini keluar dengan badan gemetar. Tak hanya itu, satpam dan juga bodyguard turut hadir di sana.
"APA KALIAN TIDAK BECUS HAH?!"
"MENJAGA ISTRIKU SAJA TIDAK BISA!"
Arkielga menatap nyalang ke arah pelayan kembar yang sudah ia tugaskan untuk menjaga Rashelyna. Dia menarik salah satu dari mereka berdua dan mencekik lehernya.
Rena mendongak merasa panas di sekitar lehernya. "T-tuan ma-afkan s-saya..."
"Di mana istriku?!" Arkielga menatap nyalang pelayan itu. Dia semakin menekan tangannya pada leher Rena.
Pelayan itu terbatuk berusaha mencari oksigen. Rina bersujud di depan Arkielga. Dia memegang kaki pria itu sambil memohon.
"Maafkan kami, Tuan. Ini kesalahan kami. Kami tidak bisa mencegah Nona Rashelyna," ucapnya. Dia gemetar ketakutan saat Arkielga menendang tubuhnya hingga terhempas membentur meja.
"TUTUP MULUTMU!"
"KALIAN MEMBUATKU MUAK!"
"SERET MEREKA SEMUA KE DALAM PENJARA BAWAH TANAH!" titahnya.
Orang suruhan Arkielga pun menuruti perintahnya. Mereka membawa beberapa pelayan termasuk Bi Weni menuju ruang bawah tanah tempat di mana mereka akan disiksa.
Rina yang diseret menatap sedih saat Arkielga menghempaskan Rena hingga kembarannya pingsan karena membentur meja kaca dengan keras hingga pecah berserakan.
Zidan beserta beberapa orang di belakangnya datang tergesa-gesa. "Ar, Efzy, Ghevani dan Nona Rashelyna disekap Sevanard!" ucapnya.
Mendengar itu dada Arkielga bergemuruh. "Bajingan!"
Pria itu menghubungi seseorang. Tangannya mengepal kuat sampai ponselnya hancur berkeping-keping. Urat-urat menonjol di sekitar leher dan tangan kekarnya. Tanpa kata dia melangkah keluar rumah diikuti Zidan.
Tetapi sebelum itu, Zidan tak sengaja melihat Rena yang terkapar tak berdaya dengan darah mengucur deras di kepalanya. Dia sedikit berlari untuk melihat keadaan pelayan itu.
"Sial!" ucapnya berjongkok menarik kepala Rena. Dia menepuk pipi gadis itu yang sudah memejamkan mata. Zidan mendekatkan telinganya ke hidung Rena. Terdengar napasnya yang sedikit tersendat.
"Hei, Rena. Wake up!" bisiknya. Tangannya ikut terkena noda darah saat dia mengusap rambut gadis itu pelan.
Zidan tak menunggu lama. Dia merogoh ponsel dengan tak sabaran. "Cepat datang kemari!" ucapnya kemudian memutus sambungan telepon.
"Bertahanlah."
***
Claris dan Sarah memekik kesakitan. Leher mereka mengucur deras mengeluarkan darah akibat sayatan pisau yang cukup dalam. Mereka berdua tak bisa apa-apa lagi karena dijaga dan dicekik kuat oleh orang suruhan pria itu.
"Shit! Sakit sekali! Lepaskan!"
"Diam! Atau kubunuh kalian berdua!" desis salah satu pria berbadan kekar.
Sedangkan Ghevani menangis sedari tadi melihat Rashelyna pingsan dengan wajah babak belur. Dirinya pun sama, tetapi Ghevani masih sadar walaupun tubuhnya terasa nyeri semua.
"Maafkan aku, Rashel..."
"Maafkan aku..." lirihnya.
Brak!
Bunyi dobrakan pintu membuat Ghevani menegang. Matanya membulat melihat seseorang yang datang. Dia Sevanard Ragiston tersenyum menyeringai menatap Ghevani.
"S-sev..."
"Sudah lama tidak bertemu," ucap pria itu. Dia menghampiri Ghevani dan sedikit menunduk ingin melihat wajah wanita itu.
"Merindukanku, hm?" Sevanard mengusap pipi Ghevani tetapi langsung ditepis kuat oleh wanita itu. Ghevani tidak mau disentuh oleh pria licik di hadapannya ini.
Plak!
"BASTARD!" teriaknya meludah.
Sevanard terkekeh, dia mengusap wajahnya pelan. Pria itu menggigit pipi bagian dalam. Dia menarik belakang kepala Ghevani lalu dibenturkan pada tembok berulang kali.
"Ahh!"
Darah segar perlahan mengalir membasahi baju Ghevani.
"Anak itu akan aku lenyapkan!"
Sevanard menendang kursi itu membuat Ghevani terjengkang ke belakang. Punggungnya tertusuk paku yang berada di kursi reyot itu. Ghevani menangis, dia merasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Sev, mengapa kau melakukan ini? Apa salahku? Aku sangat mencintaimu. A-apakah ini balasanmu?" tanya Ghevani sesenggukan dengan posisi tidur menyamping.
***
Bugh
Bugh
"Jangan sentuh istriku sialan!"
Arkielga memukul wajah Sevanard dengan membabi buta. Wajahnya sudah memerah saat dia melihat Rashelyna dengan tubuh terkapar tak berdaya.
"Istrimu heh?"
Sevanard terkekeh dengan tubuh sempoyongan. "Harusnya dia yang jadi istriku, sialan!"
"Dalam mimpi!" Arkielga menendang perut Sevanard hingga pria itu terjatuh. Tak cukup sampai situ, Arkielga menarik Sevanard lalu memukulnya lagi tanpa ampun. Darah mengucur di bagian pelipis pria itu. Arkielga tak peduli, baginya seorang bajingan harus mati detik ini juga.
"K-kiel..."
Mendengar suara lirih seseorang membuat Arkielga berhenti. Napasnya terengah-engah. Dia berdiri dan menghempaskan tubuh Sevanard begitu saja.
Arkielga menoleh melihat istrinya berusaha untuk duduk sembari memegang perutnya. Pria itu melangkah menghampiri Rashelyna.
"Hei, Sayang. Mana yang sakit? Mana? Ini? Yang mana lagi? Sakit, hm?" tanya Arkielga dengan suara bergetar. Dia ketakutan saat menatap wajah cantik istrinya yang kini dipenuhi oleh lebam. Sudut bibirnya sobek mengeluarkan darah.
Rashelyna tersenyum sendu. "A-aku tidak apa-apa, Kiel... Baby kecil, bacil ingin di usap..." ucap Rashelyna menarik tangan besar Arkielga untuk mengelus perutnya.
Dengan gemetar, Arkielga menatap perut buncit yang terkena bercak darah itu. Dia mengelus pelan dengan mata yang tak beralih sedikit pun menatap Rashelyna.
"B-baby kecil s-senang," kata Rashelyna terbata. Dia merasa pusing melanda di kepalanya tetapi berusaha untuk tetap tenang. Dia tak ingin membuat Arkielga khawatir.
Rashelyna merentangkan tangan disambut pelukan hangat Arkielga. Pria itu merobek bajunya untuk menahan darah yang terus mengalir dari kepala Rashelyna.
"A-aku mencintaimu, Kiel..." bisik Rashelyna pelan.
"Aku sangat mencintaimu, bertahanlah bersama baby kecil. Semua akan baik-baik saja," kata Arkielga mengusap lembut bahu istrinya. Dia sedikit menitikkan air mata tak kuasa melihat keadaan Rashelyna seperti ini.
Rashelyna melepas pelukan, walaupun sakit. Dia mendekatkan wajahnya pada Arkielga mengecup pelan bibir pria itu.
"Jangan menangis," bisik Rashelyna mengusap air mata Arkielga menggunakan jari-jarinya yang kotor terkena debu.
Dor!
Arkielga mengerang kesakitan saat punggungnya terasa panas. Dia berbalik menatap Sevanard yang tengah tersenyum puas.
"Kiel!" seru Rashelyna berusaha meraih tubuh Arkielga yang hendak ambruk.
"Sungguh kisah romantis."
"Tetapi sayang, akan berakhir hari ini juga," kata Sevanard menodongkan pistol ke arah Rashelyna. Wanita itu bergetar ketakutan, dia memeluk perutnya dengan erat.
"J-jangan..." lirihnya meringis merasa pandangannya memburam.
"Terlambat, kau yang menginginkan ini Sayang," desis Sevanard mulai menarik pelatuknya.
Arkielga mengepalkan tangan. Dia berusaha merangkak menghampiri Rashelyna. Tidak! Dia tidak akan membiarkan ini terjadi! Dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada istrinya.
Rashelyna menatap Arkielga dengan pandangan sayu.
Wanita itu samar-samar melihat Arkielga berbicara sesuatu padanya. Bersamaan dengan itu kilasan memori memenuhi pikirannya.
"Bertahanlah."
"Aku mencintaimu, Sayang."
"Baby kecil, Daddy sangat menantikan kehadiranmu."
"Mommy rindu pada Daddy?"
"Kau wanita satu-satunya yang berhasil merebut hatiku."
"Aku tidak bisa hidup tanpamu."
Ghevani menangis histeris, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Wanita itu memberontak kuat melihat Sevanard semakin menarik pelatuknya hendak menembak Rashelyna.
Brak!
Terdengar bunyi dobrakkan pintu. Seseorang datang beserta segerombolan orang suruhannya. Dia menodongkan pistol pada Sevanard.
Dor!
Dor!
"RASHELYNA!"
"GHEVANI!"
Deg
Apakah ini akhir dari semuanya? Pertumpahan darah dan aku tidak bisa menghindari itu semua. Tuhan berkata lain bahwa inilah takdirku yang sebenarnya.
***
𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡: 𝟏𝟔 𝐉𝐮𝐧𝐢 𝟐𝟎𝟐𝟑
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢: 𝟏𝟗 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟑
©𝐈𝐜𝐞𝐲𝐧𝐝𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟑