G A R A

By darkmyyy

397K 26.3K 612

Rumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan... More

1.
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

12

12.7K 901 19
By darkmyyy


Sial! Sungguh sial! Pikir Reksa.

Baru semalam ia membahas sang kakek bersama sekretarisnya, siang ini dirinya sudah berada di mansion Revandra setelah mendapat panggilan pagi tadi. Ia berusaha untuk tetap tenang walaupun sebenarnya ia sangat gugup sekarang.

Reksa menghela nafas panjang sebelum masuk ke dalam ruang kerja sang kakek. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian masuk setelah mendapat sahutan dari orang yang didalam.

Ia melihat ke arah sofa yang tersedia di dalam ruangan itu, rupanya dirinya datang yang paling akhir. Sudah ada ayahnya juga Jevian, jangan lupakan pak tua Setyo yang kini tengah menghisap rokoknya. Setyo nampak tenang dari luar, namun entah kenapa itu justru membuat Reksa sedikit takut.

"Duduk" ucap Setyo.

Dengan patuh Reksa duduk di samping Jevian, ia duduk dengan tegap.

"Jelaskan" lanjut Setyo.

Gabriel justru terdiam mendengar ucapan dari mertuanya. Bagaimana ia bisa menjelaskan kalau kronologi hilangnya saja ia tak tahu. Apanya yang harus di jelaskan? Ia saja tak mendapatkan jejak sedikit pun.

"Kami mengetahuinya setelah dua hari pa. Itupun karena ibu yang menyuruh seseorang memeriksa kamar Gara" jelas Gabriel.

Krak!

Pulpen seharga miliaran rupiah itu potong, pelakunya adalah Setyo. Ia sebenarnya menahan emosi sedari kemarin setelah mengetahui kabar hilangnya Gara. Mendengar hal itu ia tak bisa menahannya lagi.

Mengapa Setyo bisa telat mengetahui kabar itu?

Itu karena akhir-akhir ini Setyo sibuk di luar negeri. Pekerjaannya tak bisa ditinggalkan dan kabar mengenai cucunya ia sedikit mengabaikan.

Jevian menelan ludah gugup, sudah pasti hari ini tak ada yang keluar dengan baik-baik saja dari mansion Revandra. Apalagi yang terakhir memberikan luka pada Gara adalah dirinya.

Setyo menatap ketiga orang dihadapannya, membuat mereka koma sepertinya bukan hal yang buruk. Pikirnya.

Atau haruskah ia membuat mereka tak bisa jalan?

Tidak! Itu terlalu ringan.

Membuat mereka koma adalah pilihan yang tepat. Ia tidak kejam bukan? Mereka kan cuma koma, bukan meninggal.

"Ruang pelatihan" ucap Setyo.

Gabriel dan dua putranya itu sedikit terkejut, mereka pikir Setyo akan membawa mereka ke ruang penyiksaan. Ketiga orang itu bangkit kemudian menunduk sebentar dan pergi meninggalkan Setyo yang kini kembali menghisap rokoknya.

"Zein, buat mereka koma" ujarnya pada sang asisten yang berdiri di depan ruang kerjanya.

Zein, pria yang sudah menjadi asisten Setyo selama beberapa tahun terakhir ini langsung melaksanakan tugas dari Setyo. Ruang pelatihan itu kebetulan sedang digunakan oleh para pasukan elite milik Revandra. Ini akan mempermudah dalam menyelesaikan tugasnya.

***

Bulan terlihat cukup terang malam ini, Lina wanita tua itu menatap pantulan cahaya bulan di hadapan danau kecil. Ia memilih pergi dari mansion Aksara, menurutnya sudah cukup baginya untuk melihat segala penderitaan didalam mansion itu.

Ia memilih kembali ke negaranya, menenangkan diri dari segala pemikiran yang ramai di kepalanya. Ia telah menyaksikan semua kegilaan Aksara, dari ia menjadi calon menantu sampai kemarin sebelum Gara menghilang.

"Grandma masuklah, di sini dingin. Tak baik untuk kesehatan grandma" ujar seorang gadis.

Lina menoleh menatap Ezyra, cucu dari kakaknya itu. Gadis itu seumuran dengan Gara. Ah! Ia jadi ingat lagi dengan cucu laki-lakinya yang belum di temukan.

"Bantu aku" ujarnya.

Ezyra dengan senang hati membantu Lina berdiri dari duduknya. Kemudian menuntun wanita tua itu ke dalam mansion.

***

"Cerai dengan Gabriel"

"Apa papa gila?! Bagaimana mungkin Felly bercerai saat Felly masih mencintainya"

"Hentikan obsesimu itu dan pergilah sejauh mungkin"

"Tidak! Felly tidak mau pa!"

"Maka kau akan mati"

Felly terdiam, ia tidak bisa melawan Setyo lagi. Sore tadi ia disuruh ke mansion papanya. Awalnya semuanya baik-baik saja, namun entah kenapa papanya itu tiba-tiba menyuruhnya bercerai dengan Gabriel bahkan ia juga di suruh pergi sejauh mungkin.

"A-aku tak mau meninggalkan papa sendiri seperti yang dilakukan oleh adik-adik ku" ujarnya.

"Aku lebih suka hidup sendiri" balas Setyo.

"Pa!" Sentaknya.

"Ku beri dua pilihan, cerai lalu pergi atau mati di tanganku" ujar Setyo.

Felly mengepalkan tangannya mendengar pilihan itu. Jika papanya ingin bercerai, ia akan lakukan. Tapi mengapa menyuruhnya pergi juga? Ia tak mengerti.

"Papa mengusir Felly?" Tanyanya dengan nada sedih.

"Kau masih bertanya? Apa kau menjadi bodoh setelah menikahi kakak ipar mu?" Tanya Setyo dengan nada sarkastik.

"Pilihlah" lanjutnya.

Felly tediam, jika ia pergi bukankah harus membawa Via juga. Sungguh merepotkan, pikirnya. Via itu hanya batu loncatan baginya. Ia tak pernah menginginkan seorang anak di hidupnya. Namun mantan suaminya yang brengsek itu justru menghamilinya.

"Baik, tapi aku tak akan membawa Via" finalnya.

"Tinggalkan saja di panti asuhan" ujar Setyo.

Felly terkejut dengan perkataan Setyo, ia pikir Setyo mau mengurus Via namun ini jauh dari perkiraannya.

"Kau pikir aku memiliki waktu untuk berurusan dengan anak itu? Lebih baik ku gunakan untuk mencari cucuku" lanjut Setyo.

Felly menghela nafas kesal, jika begini ia harus membawa Via bersamanya bukan?

Bagaimanapun juga ia tak ingin imagenya dan keluarganya hancur hanya karena meninggalkan anak di panti asuhan.

"Baiklah-baiklah aku akan membawanya bersamaku" ujar Felly.

Setyo diam saja, pria tua itu memilih untuk meminum wine. Bukan tanpa sebab ia menyuruh Felly melakukan hal itu. Ia sudah tau semua tingkah laku putri keduanya ini yang seperti jalang.

Belum lagi Felly juga terlibat dalam penyiksaan Gara setiap saat. Meskipun tidak bertindak secara langsung. Setyo tahu bahwa Felly kerap kali menyuruh Via untuk menuduh Gara yang tidak-tidak. Itulah mengapa Gara semakin tersiksa setelah ayahnya menikah dengan tantenya.

"Tuan" panggil Zein yang berdiri di belakangnya.

"Apa?" Tanya Setyo.

"Anda lupa? Mereka masih di dalam sana, jika dibiarkan terlalu lama mereka akan meninggal" ujarnya.

Karena faktor usia mungkin, ia lupa bahwa menantunya dan dua putranya masih berada di dalam ruang pelatihan. Setyo melirik jam yang menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

"Keluarkan, urus mereka" ujarnya.

Zein mengangguk kemudian melaksanakan tugas dari Setyo. Ia akan menuju ke ruang pelatihan, dan melihat keadaan Gabriel juga Jevian dan Reksa.

Siang tadi ia menyuruh seluruh pasukan elite sekitar seratus orang menyerang mereka. Ia tak memberi tahu kapan mereka harus berhenti jadi sepertinya sampai sekarang mereka belum berhenti.

Zein membuka pintu ruangan kemudian disuguhi pemandangan Gabriel yang sudah terkapar tak berdaya di atas ring. Ada pula Jevian yang juga sudah pingsan di sebuah kursi dengan darah yang mengalir dari bagian perutnya. Reksa sendiri telah menjadi samsak tinju bagi para pasukan itu. Di punggungnya darah tak berhenti mengalir.

"Tuan pasti sangat puas jika melihat hal ini" gumam Zein.



Gara?

Seperti kata Setyo:

"Semakin banyak vote, semakin cepat kalian tahu kedaan Gara"

Ayo VOTE kak!🐸

Continue Reading

You'll Also Like

145K 5.8K 12
menceritakan tentang aiden yang dibuang oleh keluarganya karna kesalah pahaman Setelah beberapa tahun kemudian anak yang bernama Aiden itu dicari kem...
Dandelion By THVhana

Teen Fiction

12.2K 564 42
Mendekatlah biar ku cerita kan tentang Alvino Kavindra Dandelion seorang anak yang sangat kuat menahan luka yang telah di torehkan oleh sang Ayah dan...
254K 33.1K 38
Just brothership not bl! vote dulu sebelum membaca! Terlahir kembali sebagai bayi Titan dari bangsa Titan yang hampir punah. Eh? Keajaiban benar-ben...
13K 746 41
[The cup of tea] Ini kompilasi tingkah si kembar, yang katanya: saudara kembar itu barang kembar, sifat kembar, baju kembar, hobi kembar, sepatu kemb...