Langit Biru

By zyrhra_

7.4K 504 63

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Dijodohkan mendadak saat masih SMA? ALYSHA NAZWA AZZAHRA Gadis berusia 17 tahun yang... More

Part - 1
Part - 2
Part - 3
Part - 4
Part - 5
Part - 6
Part - 7
Part - 8
Part - 9
Part - 10
Part - 11
Part - 12
Part - 13
Part - 14
part - 15
Part - 16
Part - 17
Part - 18
Part - 19
Part - 20
Part - 21
Part - 22
Part - 23
Part - 24
Part - 25
Part - 26
Part - 27
Part - 28
Part - 29
Part - 30
Part - 31
Part - 32
Part - 33
Part - 34
Part - 35
Part - 36
Part - 37
Part - 38
Part - 39
Part - 40
Bukan Update
Part 41
Part - 42

Part - 43

102 6 2
By zyrhra_

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Vote sebelum membaca
Jangan lupa komen ya

.
.
.
.

***

Fathan baru saja selesai mandi, ia baru pulang pukul delapan malam, tepatnya setelah sholat isya'.

Sebenarnya tak ada kelas hari ini, tetapi ia memutuskan untuk mencari buku sebagai referensi kelas anatomi nya besok.

Drrtt drrttt

Fathan berjalan menghampiri ponselnya yang ada di meja belajar sembari mengusap rambutnya dengan handuk.

Ia mengernyit, menatap ponselnya yang terdapat panggilan masuk dari Revan, sahabat sekaligus adik iparnya.

Tanpa menunggu lama, ia segera mengangkat panggilan itu.

"Waalaikum salam." Jawab Fathan menjawab salam di seberang telepon.

Fathan menunggu kelanjutan Revan berbicara, alisnya bertaut menunjukkan bahwa pembicaraan mereka adalah hal yang sedikit serius.

Fathan masih tetap mendengarkan hingga kepalanya mengangguk angguk pertanda ia paham apa yang dibicarakan.

"Oke gue kesana."

Fathan menutup panggilan itu lalu segera menyambar jaket, dan kunci motor.

Ia segera keluar dari kamar, berjalan cepat menuruni tangga. Hingga panggilan dari Mama Rahma berhasil menghentikan pergerakannya.

"Mau kemana bang?"

Ia telah berjanji kepada Revan untuk tidak memberitahu hal ini dulu terhadap orang tua.

Takut menjadi bahan pikiran mereka, terlebih ini menyangkut putri bungsu kesayangan.

Ia akan memberitahu kondisi adiknya ketika ia telah ditemukan dengan kondisi selamat juga menemukan bukti dan pelaku atas kasus ini.

"Mau keluar bentar ke minimarket."

"Kok rapi banget, bawa jaket juga?"

Aisshh ini hal yang sulit. Fathan tidak berbakat dalam hal berbohong.

Tidak, untuk kali ini ia harus bisa menutupi dari orang tua.

"Iya ma, soalnya abis itu mau ke rumah adek, ngerjain sisa tugas sama Revan."

Mama Rahma mengangguk paham, cukup masuk akal pikirnya.

Revan juga tak sepenuhnya berbohong karena ia benar akan menemui Revan, sahabat serta adik iparnya.

"Mama mau nitip gak?"

"Gak bang, Mama baru kemarin belanja."

Fathan mengangguk lalu berjalan menghampiri Mama nya dan menyalimi nya yang duduk santai di kursi pantri sembari menunggu Papa Ali datang.

"Fathan berangkat ma."

"Iya hati hati."

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Fathan langsung melesat menuju rumah adik dan adik iparnya itu.

Di perjalanan lelaki itu terus saja memikirkan bagaimana kondisi adiknya itu.

Adik yang selalu ia jaga, ia lindungi, ia sayangi harus menghadapi masalah secara bertubi tubi.

Masalah satu selesai masalah lain datang seperti itu seterusnya.

25 menit Fathan telah sampai di depan rumah mereka. Ia langsung saja masuk karena gerbang depan yang tak terkunci juga pintu utama yang terbuka.

Setelah masuk ia bisa melihat Revan yang duduk di kursi ruang tamu dengan kondisi yang sangat kacau.

Rambut yang berantakan, pandangan kosong dan baju yang acak acakan.

Fathan bergegas menemuinya lalu menepuk pundak Revan.

Hal itu membuat Revan mengalihkan atensinya. Matanya menyorot nanar ke arah Fathan dengan air mata yang sudah di ujung pelupuk.

Fathan segera memeluknya lalu ia merasakan pundaknya basah. Walaupun tak bersuara, Fathah yakin Revan saat ini tengah menangis.

Ia mengusap punggung Revan naik turun, ini tak seperti sahabatnya.

"Tenang ya, Aku yakin Allah pasti jagain Ara."

Revan hanya mengangguk anggukan kepalanya dalam dekapan Fathan.

Ia sangat tak bertenaga, berbicara saja rasanya tidak kuat.

"Udah makan?"

Tak disangka, Fathan masih menanyakan kondisinya disaat kondisi adiknya sendiri entah bagaimana.

Betapa beruntungnya ia memiliki sahabat sekaligus kakak ipar yang pengertian dan sabar seperti Fathan.

Namun Revan masih diam dengan segala isi pikirannya, setelah itu hanya gelengan yang menjadi jawaban dari pertanyaan Fathan, ia bahkan lupa kapan terakhir kali ia mengisi perutnya.

"Makan dulu ya, nanti aku bantu cari Ara."

"Tapi gak ada makanan." Jawab Revan dengan lesu.

"Yaudah yuk makan diluar." Ajaknya lalu keduanya berdiri dari duduknya dan mengambil kunci mobil Revan.

Yang menyetir kali ini Fathan, Fathan tak tega dengan kondisi iparnya saat ini.

Ia segera mengambil alih kemudi dan keduanya langsung memasuki mobil.

Di dalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti keduanya.

Fathan yang fokus menyetir dan Revan yang menatap ke samping jendela dengan tatapan kosongnya.

"Eh lo tau gak?"

Fathan membuka obrolan dikala keheningan mereka, dan hal itu berhasil menarik perhatian Revan.

Revan menoleh lalu menaikkan kedua alisnya seolah mengatakan "apa?"

"Gue dapet chat dari Ara waktu sore."

Mendengar itu Revan segera menegakkan tubuhnya lalu memfokuskan pandangannya pada Fathan lalu beralih pada ponsel lelaki itu yang berada di dashboard.

Mengerti arah pandang Revan, lantas Fathan berseru, "Gapapa buka aja chat nya, lo tau kan password gue."

Tanpa banyak kata, Revan segera mengambil ponsel Fathan lalu mengetikkan deretan angka untuk membuka layar kunci disana.

Lantas ia membuka aplikasi dan membuka chat dari Zahra yang berada di nomor dua setelah Mama Rahma.

Disana tertulis.

Alysha Nazwa Azzahra 🐣

Bang, Kak Revan kecelakaan. Ini Ara ikut ke rumah sakit sama orang yang ngasih info ke Ara.

Revan mencengkeram kuat ponsel Fathan setelah membaca deretan kata disana.

Ini tidak beres. Pasti ada dalang dari semua ini.

Terlebih selama tiga hari terakhir ini selalu ada paket misterius seperti bangkai tikus kemarin. Juga jangan lupakan malam dimana kaca yang tiba tiba pecah.

"Lo tenang, kita makan dulu baru setelah itu kita cari Ara ya?"

Revan hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

Setelah sampai di tempat tujuan. Keduanya turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam caffe.

Saat ini mereka berada di caffe milik Revan, entah mengapa Fathan mengajaknya kesini.

Mereka mengambil duduk di pojok samping jendela. Terasa sejuk karena terdapat pot tanaman hijau juga bunga bunga asli menghiasi.

Tak lama kemudian, Faiz datang dengan membawa menu juga nota.

Fathan menegakkan tubuhnya lalu memesan beberapa makanan juga minuman.

"Lo mau apa?" Tanya Fathan.

"Samain aja."

Oke Faiz kembali mencatat pesanan mereka lalu segera berlalu dari meja mereka.

"Kita harus rencanain dengan taktik yang teliti, kalo perlu kita bawa polisi." Ucap Fathan.

Revan menoleh lalu tersenyum, ia mendekatkan dirinya pada Fathan lalu membisikkan sesuatu.

🌼🌼🌼

Di sisi lain. Salma dan Mira baru saja pulang dari sekolah untuk mengerjakan tugas kelompok.

Mereka mengerjakan tugas hanya bertiga. Salma, Mira dan Aldino.

Aldino masih berada di sekolah untuk bermain voli malam dengan teman temannya.

Memang sekolah tidak ditutup hingga pukul 9 malam. karena pasti akan ada anak anak yang mengerjakan tugas atau eksul hingga petang.

Oke kembali pada Salma dan Mira.

Mereka memilih pulang dengan berjalan kaki, sembari menikmati ramainya kota di malam hari.

Saat malam, kota terlihat lebih cantik karena lampu jalan yang telah menyala juga lampu taman yang berwarna warni.

Beberapa kali mereka dibuat kagum atas keindahan itu.

"Capek gue, istirahat dulu ya."

Mira tiba tiba mendudukkan tubuhnya di kursi duduk halte bus.

Salma masih berdiri, ia sibuk bertukar pesan dengan Mama nya yang menanyakan kapan pulang.

"Eh Sal." Panggil Mira.

"Apaan?" Jawab Salma acuh dengan masih fokus pada layar ponselnya.

"Sal."

"Hmm."

"Salmaaa!!"

"Apasihh?!" Salma pun akhirnya menoleh kesal pada Mira.

"Liat nih."

Mira berjongkok menunjukkan sebuah gelang emas dengan rantai stroberry.

Salma ikut jongkok dengan memperhatikan benda itu.

Salma mengambil gelang itu. Mereka saling pandang. Paham benda ini milik siapa.

Mira lantas mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang diseberang sana.

"Gak diangkat."

"Yaudah besok aja kita balikin, sekarang kita pulang."

Mira mengangguk setuju lalu keduanya berlalu dari tempat itu.

🌼🌼🌼

Setelah makan, keduanya kembali pulang ke rumah Revan dan Zahra, guna menyelidiki kasus penculikan Zahra.

"Lo udah foto buktinya?" Tanya Fathan.

Sedangkan Revan mengangguk, keduanya sibuk pada urusan masing masing.

Fathan yang sibuk berkutat dengan layar laptopnya. Sedangkan Revan seperti sedang menghubungi seseorang.

"Apa perlu kita campur tanganin dengan orang tua?" Celetuk Revan.

Fathan menoleh lalu diam seperti memikirkan sesuatu.

Ia kembali fokus menatap ke layar laptop yang menampakkan rekaman cctv dengan tatapan kosong.

Sejujurnya ia tak ingin membuat beban pikiran orang tua, tetapi ini menyangkut gadis kesayangan mereka.

"Hm gapapa, nanti para orang tua biar ngurusin masalah polisi."

"Oke jadi lo tau kan Faiz anaknya Pak Shaleh yang notabenya pengacara?"

Fathan mengangguk, ia mengetahui hal itu karena beberapa hari terakhir Revan menceritakannya.

"Nah dari situ ngegampangin kita buat nangkep pelakunya."

"Apa rekaman cctv dan bukti bukti ini cukup?"

"Menurut gue sih udah, sekarang tinggal hubungin para orang tua."

Revan mengangguk. Ia sedikit menjauh dari Fathan untuk memberikan kabar kepada Ayah dan Bundanya

Tak jauh beda dengan Revan, Fathan pun menghubungi Papa Ali dan Mama Rahma. Ia terlihat santai saat menyampaikan kabar menegangkan ini.

Bagaimanapun, ia tak ingin mengejutkan orang tuanya.

Setengah jam kemudian, semuanya sudah lengkap berkumpul di rumah Revan dan Zahra.

Walaupun waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi tak membuat mereka mengantuk.

Terlebih menyangkut putri dan menantu kesayangan mereka.

"Revan, kamu sudah menghubungi Faiz?" Tanya Ayah Rayyan lalu mendapat anggukan dari Revan.

Papa Ali dan Fathan sibuk mengotak atik laptop untuk menunjukkan bukti itu.

"Kenapa anak itu melakukan hal sekeji itu pada putriku?" Tanya Mama Rahma dengan menangis. Bunda Arun yang berada di sampingnya dengan sigap menenangkannya dan memeluknya erat.

"Mama tenang ya, Allah pasti jagain Ara."

"Sepuluh menit lagi polisi datang." Ucap Ayah Rayyan yang telah selesai mengangkat panggilan.

"Assalamualaikum."

Kedatangan Faiz membuat semuanya menoleh lalu menjawab salamnya dengan serempak.

Dibelakang Faiz terdapat lelaki setengah baya dengan pakaian rapi dan dasi yang terikat di lehernya.

Terlihat berwibawa dengan mengenakan jas hitam dan map di pegangnya.

"Kalian udah dateng, silahkan duduk." Ujar Revan lalu keduanya duduk di sofa.

"Perkenalkan saya pak shaleh, Ayah dari Faiz yang akan menangani kasus penculikan dari saudara Zahra."

Semuanya mengangguk lalu mulai membicarakan taktik juga mempersiapkan berkas berkas yang diperlakukan nantinya.

"Oke kalo gitu Faiz sama saya akan berangkat lebih dulu di lokasi." ucap Revan.

"Hati hati nak." Ucap Ayah Rayyan yang diangguki oleh keduanya.

__________________________________

***

Haiii aku up lagi

Masih ada yang nungguin cerita ini kan?

Tekan Vote dan komen ya

Ditunggu part selanjutnya

Spam 💜

See you <3

Author

Fatimatus Zahra

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6.2M 342K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.8M 140K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
2.7M 145K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
614K 29.3K 75
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...