selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
malam ini hujan turun sangat deras seakan mendukung akan apa yang terjadi dengan kakak beradik ini
saat ini jean masih berusaha untuk membangunkan kaiser, tidak peduli air hujan mengguyur dirinya, yang terpenting sekarang adalah abangnya *anjayy
"bang.. b-bangun.."
jean sekarang mendadak menjadi bodoh, dia tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana
"BANG!"
jean terus berteriak dan berteriak memanggil kaiser, sesekali jean menggoyangkan badannya untuk membantu agar terbangun, tapi ya..sama saja
kaiser sekarang hanya melihat pemandangan gelap dan sangat gelap hitam, dia masih setia menutup matanya,
masih setia dengan dunianya sendiri
waktu lalu jean sudah menelpon bagas akan apa yang terjadi dengan dirinya dan kaiser, tapi ya.. jean kurang beruntung, saat telfon sudah diangkat oleh bagas tiba tiba saja hp milik jean mati. *kasian..
"HUAAAAA BANG BANGUNN!!.."
ditengah tengah kesedihan jean, tiba tiba ada sorot lampu mobil mengarah ke arah jean dan kaiser
jean yang melihat itu, menyipitkan matanya dan menutupi wajahnya setengah untuk melihat siapa pemilik mobil itu
mobil itu berhenti tepat disamping jean, jean yang melihat itu langsung berdiri dari duduknya untuk beranjak menghampiri mobil itu untuk meminta tolong
pemilik mobil langsung keluar dari mobilnya dan langsung disapa dengan digenggam tangannya oleh jean
"b-bang.. tolongin abang jean.." ucap jean dengan nada memohon dan bergetar, dia sekarang cukup kedinginan karena berada di bawah hujan seperti ini
remi yang mendengar itu langsung cepat menganggukkan kepalanya, ya pemilik mobil itu adalah remi
remi langsung berjalan cepat menuju arah kaiser dan langsung menggendongnya memasuki mobilnya
"jean, sekarang kamu masuk" ucap remi dengan memberi tepukan di kepala jean dan dibalas anggukan olehnya
remi melajukan mobilnya dengan sedikit cepat, kaiser dibaringkan di kursi belakang dan jean menjadi sandaran kepala kaiser
"tahan bang.." ucap jean dengan mengusap wajah kaiser yang penuh dengan air hujan itu
.
.
.
.
.
.
.
bagas tengah duduk di sebuah ruangan sambil menghisap rokoknya dengan santai melihat pemandangan yang sangat sangat indah
GUBRAKK
BRAK
CBRAKK
suara keras yang menghantam dinding
suara itu adalah suara dari sebuah tubuh seorang lelaki yang sedang dihantamkan kepada dinding
dia adalah salah satu kelompok dari hama hama perusahaannya itu, ini masih 'salah satu' berarti masih, dan mungkin ada banyak lagi
"h-hentik.. an.."
suara lelaki itu sudah melemas, dan melemah, dia sudah diperlakukan begini hingga 1 jam yang lalu, dan masih belum berhenti sekarang
"aku akan berhenti jika kau mengatakan siapa yang menyuruhmu."
bagas berbicara dengan santai namun dengan nada menekan, dia masih setia menghisap rokoknya dan melihat lelaki itu
"t-tidak akan!.."
bagas yang mendengar itu langsung mendekati lelaki itu dan mengangkat dagunya dan menatapnya
"yaa~ kau selalu mengatakan hal yang sama"
ucap bagas lalu menekan kedua pipinya hingga kedua mulutnya terbuka, dengan cepat bagas menarik lidahnya dan mengarahkan puntung rokok miliknya keatas lidahnya dan menekan puntung rokok miliknya dengan keras
"akhhh!!!"
lelaki itu hanya bisa teriak dan merasakan sakit yang luar biasa di lidahnya
lidahnya hampir saja bolong dan melepuh akibat rokok tadi
tak lama setelah itu bagas melihat bahwa lelaki itu mulai kehilangan kesadaran dan berakhiran pingsan
bagas lalu menyerahkan tubuh lelaki itu kepada bodyguard disana lalu berkata
"urus dia, jangan biarkan dia mati, kita masih membutuhkannya"
"baik tuan"
bagas yang mendengar itu mengangguk dan berjalan pergi dari tempat itu
di tengah tengah perjalanan, dia merasakan hpnya bergetar di dalam sakunya
bagas mengambil hpnya dan melihat nama kontak didalamnya
bagas langsung mengangkat telfonnya
"halo?"
// d-daddy..abang
tutt.. tutt
bagas yang mendengar itu mengerutkan alisnya, jean sedang bercanda? atau sedang apa? tapi firasatnya buruk tiba tiba, dia langsung berjalan cepat keluar dari kawasan ruangan itu
bagas berjalan tergesa-gesa menuju ruang kantornya
anggota keluarga yang kebetulan sedang berkumpul di ruang tengah tentu saja tertuju kepada bagas, lalu mereka langsung mengikutinya, karena mungkin saja sedang terjadi sesuatu
"verdi, cari letak jean."
"siapp"
bagas duduk tidak nyaman di kursinya sambil memainkan tangannya diatas meja
untuk verdi, verdi adalah tangan kanan bagas, dia sangat dipercayai oleh bagas karena ketelatenannya
nia, liam, dan leon masuk ke dalam ruangan kerja milik bagas, dan langsung disambut tatapan khawatir oleh bagas
"sayang? ada apa? ada masalah? kenapa raut wajahmu begitu?" ucap nia sambil mendekati bagas lalu duduk disampingnya dan merangkul pundak bagas
"kenapa dad?" ucap leon lalu ikut duduk di sofa yang berada di sana diikuti juga dengan liam
"itu, perasaanku buruk tentang jean dan kaiser" ucap bagas dengan nada sedikit bergetar
"bener, aku juga ngerasa, mereka belum pulang dari sekolah sampai sekarang" ucap leon sambil melihat ke arah jam yang sudah mengarah ke pukul 15.45
"kau sudah menelponnya?" ucap nia sambil menenangkan bagas. *yee khawatir lah ya, takut si bagas tiba tiba jantungan, kan repot
"jean menelpon ku, tapi tiba tiba saja dia mematikannya, itu yang membuatku khawatir"
tiba tiba terdengar suara pintu terbuka, dan tampak verdi memasuki ruangan itu
"maaf mengganggu, saya sudah menemukan lokasi jean" ucap verdi
bagas mengangguk lalu mengisyaratkan verdi untuk masuk dan memberitahunya
"dimana?"
"jean berada di jalan ****, berada di jembatan, entah kenapa mereka berhenti disana, mungkin bensinnya habis" ucap verdi kepada bagas
bagas mengangguk lalu beranjak dari duduknya dan mengambil kunci mobil
"aku akan kesana" ucap bagas lalu pergi dulu meninggalkan mereka
nia yang melihat itu langsung berdiri dari duduknya dan menepuk pundak liam
"kita akan ikut juga, perasaan mommy juga tidak enak"
liam, dan leon mengangguk lalu pergi
.
.
.
.
.
.
.
bagas sudah hampir dekat dengan lokasi itu, dia hampir menuju jembatan, saat sudah berada di awal jembatan dirinya semakin khawatir karena melihat banyak sekali oli berceceran dimana-mana dan bercaknya seperti terseret jauh, walaupun sekarang hujan tapi olinya tercetak jelas
bagas kembali khawatir karena meluhat serpihan serpihan berwarna biru seperti body motor milik kaiser
dan benar saja, dirinya melihat motor kaiser yang sudah hancur, tapi motornya hanya tergeletak di tengah tengah aspal, tidak menabrak apapun, hanya saja motornya tetap hancur karena tergelincir dan sempat berputar putar motornya
bagas lalu keluar dari mobilnya, tidak peduli hujan mengguyur dirinya
bagas melihat sekeliling, dia tidak melihat jean maupun kaiser, yang dia lihat adalah bekas serpihan motor, oli, dan motornya saja, dia langsung berteriak sekencang kencangnya di bawah derasnya hujan itu
"JEAN! KAISER!!"
nia, liam, dan leon berada di mobil yang sama
nia pun sama khawatirnya dengan bagas, dia melihat oli dan serpihan berwarna biru, dan sekarang nia mulai menangis
"s-sayang.. semoga ini bukan kamu.."
leon yang melihat nia menangis langsung merangkul pundak nia untuk menenangkannya
"mommy jangan khawatir, mereka pasti baik baik saja"
liam dari tadi hanya diam saja, tapi tidak dengan kondisi hatinya sekarang, dia marah, dia menyesal, dia bersalah, dia merasa tidak berguna menjadi seorang kakak, dia merasa sangat bersalah sekarang
ditambah dirinya juga melihat hal yang sama, serpihan dan oli yang berceceran di atas aspal
liam menangis di dalam hatinya sekarang
mereka bertiga keluar dari mobil dan melihat bagas yang sudah berjongkok putus asa disana
mereka langsung menghampiri bagas
"dad.." ucap leon menenangkan diri bagas
"mereka tidak ada.. hp jean tergeletak disini.."
nia yang mendengar itu hanya bisa menangis, lalu dia juga melihat motor kaiser yang sudah tergeletak jauh tapi masih terlihat karena lampu sorotnya yang masih menyala, dia semakin menangis hingga dirinya terduduk
"j-jean..ka k-kaiser.."
liam yang melihat pemandangan itu dia terfokus kepada motor kaiser
liam terdiam, tidak bisa bergerak, kemudian liam tertunduk dan mulai menangis lirih
"s-sial sial!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-------------------------