Happy Reading
*
*
*
*
♡
>Semesta ku 🐰
Kartunya ketinggalan di rumah
08.54 √√
Kartu apa?
09.00
Yang kamu kasih tadi pagi
09.00 √√
Terus?
09.05
Eee uang aku kan di kamu
09.05 √√
??
09.05
Aku mau ke Kantin
09.05 √√
Gue di kelas
Gue tunggu
09.07
XI IPS 4
" Woy Anjing! Itu nyokap gue! "
" Gila Nyokap lo cakep amat! "
" Boleh lah gue jadi bapak tiri lo! Hahaha!!! "
" Ogah gue! Ogah!! "
" Ya elaah! Mau lo jadi anak yatim terus?! "
" Gapapa gak Rugi! "
Suara-suara itu makin terdengar dari luar Koridor. Gadis itu berjalan seraya menunduk. Jari jemarinya terus bergerak saling meyakinkan lantaran ia sangat gugup. Bahkan ia malu untuk segera tiba di bibir pintu ruangan dimana di dalamnya berisi segerombolan buaya lapar.
Dilihat dari kejauhan sana ia senggan untuk meneruskan niatnya, lantaran tatapan buaya-buaya itu sudah bersiap untuk memangsanya.
" Permisi."
" Wiiih anak IPA ya? Ada apa nih dateng ke sini? " Sambut cowok berambut keribo yang duduk di meja samping Pintu. Namanya Adit, Di sana juga ada Anta beserta kawanannya.
" Widih! Ngapain lo? "
" Hiis sialan ketemu dia lagi! " gumam Senja seraya melirik Anta resah.
" Woy! Helo! lo mau ngapain ke sini? Di tanya diem aja, bisulan lo? " Geram Adit.
Lantas Senja menoleh ke arah Semesta yang tengah duduk santai sembari mendengarkan musik dengan Headset di pojokan. Tak sendiri ia ditemani oleh Langit, Alam, dan Gio yang sedang sibuk bermain game.
Mungkin cowok itu tidak sadar akan kedatangan Senja.
" Lo cari dia? " tanya Anta segera bangkit dari duduknya.
" Iya." jawab Senja dengan malas.
" Woi! Ta! " di panggil namun tak menoleh. Alhasil Anta kesal dan ia pun melempar buku entah milik siapa ke arah cowok itu.
' Bug! '
" Anjing! " Umpat Semesta langsung melepaskan Headsetnya. Wajahnya langsung berubah seperti singa dibangunkan dari tidurnya.
" Apa? Noh dicariin Senja! " beritahu Anta sembari menujuk ke arah pintu.
Tidak mengatakan apapun, cowok itu langsung berjalan menghampiri Senja. " Ikut gue! " titahnya berjalan lebih dulu dengan Senja yang menyusulnya di belakang.
" Barusan siapa? Si Santet ya? "
" Sunset! Santet! Santet! Mak lo gue santet! " Sentak Gio seraya menabok paha Alam.
" Heeee??? "
Langit menatap keduanya sembari terkikik kecil lantaran melihat ekspresi Alam yang langsung berubah saat mendengar kalimat Gio.
" Weh! Lo kenapa? Santai woi santai! Cuma bercanda kalik! " Kekeh Langit.
" Tauk lo! Baperan! " Timpal Gio dilanjut, " Ngapain dia Nta? " tanyanya kepada Antariksa yang kembali bergabung dengan anak-anak lain.
" Mana gue tau, urusan loker kalik." tungkas Anta jelas padat nan renyah sekali didengar.
" Wihhh! Bener tuh! " setuju Gio.
" Tapi emangnya si Sunset belum tau ya kalo Semesta udah anu? " tanya Alam dibalas gelengan kepala dari Langit.
" Emang siapa yang tau selain kita? Kecuali lo yang ngomong ke dia! Lo kan mulut lemes! " Balas Langit diacungi jempol seratus oleh Gio.
" Dih anjir! Gini-gini amanah gue orangnya! "
" Mau beli apa? " Tanya Semesta saat Senja terlihat bingung setelah sampai di kantin.
Senja masih berfikir menu apa yang akan ia pilih untuk menuntaskan rasa laparnya. Gadis itu melihat-lihat beberapa makanan yang tengah Mbok neneng siapkan. Sepertinya dia butuh karbohidrat yang banyak kali ini. Maka ia memutuskan untuk memesan Nasi saja.
" Eee kamu mau makan juga? " tanyanya kepada sang suami yang berdiri dengan jarak dua langkah di sampingnya.
Cowok itu menggelengkan kepalanya.
" Minggir! Minggir! "
" Mbok! Mbok neneng! "
" Mbok saya dulu mbok!! "
Tak lama kemudian datang segerombolan manusia kelaparan menyerbu mereka. Sepertinya mereka baru saja diistirahatkan dan benar-benar tidak sabar untuk memesan makanan. Bahkan tubuh Senja yang mungil itu hampir tenggelam di tengah-tengah siswa siswi yang berdatangan dan mendesak-desaknya.
Untung saja dengan peka Semesta langsung melindungi Senja. Cowok itu berdiri di belakang Senja dengan kedua tangan yang senantiasa memberi batas agar tidak ada yang bisa mengenai bahkan melukai Senja. Jika dilihat dari jauh Semesta seperti tengah memeluk gadis itu dari belakang tapi sebenarnya tidak. Dia hanya menjadi perisai pelindung saja.
" Mbok Nasi sama telor! Saya dulu! "
" Mbok saya dulu mbok! Udah laper nih! "
" Iya bentar ya," kata Mbok neneng sudah kewelahan.
Dengan tiba-tiba tanpa suara, Semesta langsung menarik gadis itu agar keluar dari sana.
" Duduk sini! " Titah Semesta sembari menarik salah satu kursi untuk duduk.
" bekal lo mana? " tanya Semesta terdengar sedikit terbumbui mood yang tidak baik.
" Habis."
Semesta menghembuskan nafasnya lalu bangkit dari kursi dan berjalan ke arah Kerumunan tadi.
Maaf tapi Semesta bukan tipe orang yang suka menyerah begitu saja.
Tak butuh waktu lama ia kembali dengan semangkuk Mie Ayam ke arah Senja. " Makan habis ini gue kasih lo misi." perintahnya membuat Senja terkejut.
" Misi apa? "
" Makan aja dulu." ujarnya dengan datar.
Seusai makan kini Semesta membawa gadis itu berjalan menelusuri koridor yang cukup sepi. Setau Senja itu adalah Koridor menuju belakang Gedung, tapi untuk apa cowok itu mengajaknya ke sana?
Bel Masuk pun sepertinya sudah dibunyikan, makin ke sini Senja makin ragu untuk meneruskan langkahnya. Namun Semesta terus menarik tangannya agar gadis itu tidak berhenti berjalan.
" Lo jalan aja ke sana," Semesta menunjuk ke arah yang tak cukup jauh dari keberadaan mereka.
" Antariksa ada di sana, lo kasih ini ke dia." titahnya sembari menepuk pundak gadis itu sekali.
Sepertinya ia sudah mempercayakan pada Senja bahwa gadis itu akan berhasil dalam menjalankan misinya.
" Gue cabut! " pamitnya kemudian lari meninggalkan Senja sendirian di sana.
" Nta? " Senja berjalan seraya memanggil-manggil nama cowok yang ia cari namun belum juga nampak batang hidungnya.
Langkah kaki yang ragu telah sampai di ujung jalan. Menoleh ke depan namun hanya tanaman-tanaman liar yang ia lihat. Ia berfikir mungkin Antariksa tidak ada di sana, lalu ia pun memutuskan untuk kembali. Namun saat baru saja ia berbalik, ia terkejut melihat seorang cowok berdiri tak jauh di belakangnya.
" Ngapain lo? " tanyanya dingin.
" Eee.. Gu-gue-"
" Lo mau cari itu? " tunjuk Anta dengan dagunya ke arah salah satu batako yang terlumuri noda merah.
Senja yang tidak tahu itu apa kini dilanda kebingungan. Mengapa Anta mempertanyakan itu?
" Itu apa? "
Lantas cowok itu mengerutkan alisnya. Dia tidak menjawab dan hanya diam.
" Eh! Jidat lo kenapa? " Senja menghampiri cowok itu terkejut melihat sebuah luka berdarah di dekat alis Anta.
" Lo habis berantem ya? "
" Habis Perang lawan Israel, kenapa? " ujar Antariksa dibalas cubitan kecil di perutnya oleh Senja.
" Gue nanya serius! "
" Buat apa sih hidup diseriusin? Jangan terlalu serius! Karena hidup 90% penderitaan! " Cetus Anta.
" 100% sih! " timpal Senja diangguki oleh cowok itu.
" Ck! Mau apa sih lo ke sini? Enggak masuk kelas lo? "
" Nih! Buat lo! " Sebungkus Somai ia bawa dan ia serahkan pada Anta.
" Buat gue? "
Senja mengangguk.
" Tumben lo baik sama gue, kesambet apaan lo hari ini? " ledek Anta.
Cowok itu mulai memakan somai yang Senja berikan sambil berjalan mencari tempat teduh untuk duduk.
" Sini! " Ia menepuk-nepuk lantai disebelahnya. " Gue kasih tau lo sesuatu."
" Apa? "
" Duduk sini! " Gadis itu pun duduk di samping Anta. Sebenarnya malas tapi ini adalah sebagian dari misi.
" lo liat merah-merah itu " tunjuk Antariksa.
Senja mengangguk lagi. " Emang itu apaan? "
" Janji jangan nangis lo! "
" Iya! " yakin Senja.
" itu bekas darah manusia yang jatoh dari atas! " beritahu Anta malah membuat Senja histeris.
" Yang bener lo?? Berarti di sini angker dong?! "
" Hidih tolol! " Anta menjitak gadis itu sekali.
" Enggak juga, gue biasa disini enggak ada apa-apa." ujar Anta.
" Ya iya orang lo temennya mereka! "
" Maksud lo??! "
Senja hanya terkekeh saja.
" Lo hari ini kenapa? "
" Kenapa apanya? " tanya balik gadis itu.
" Aneh! " Tungkas Anta kembali mengunyah somai yang sudah berada di dalam mulutnya.
~•~•~
Sendari tadi gadis itu berlalu lalang ke sana-ke mari seperti sedang gelisah menunggu sesuatu. Ia terus bolak balik dapur ke ruang tamu hanya untuk mengecek kedatangan orang yang ia tunggu-tunggu.
Jam dinding pun menunjukan pukul 20.55 Seharusnya orang yang ia tunggu sudah datang sejak tadi. Namun sekedar memberi kabar pun belum sampai sekarang. Langit-langit di luar sana terlihat sangat petang tanpa cahaya bintang menghiasinya. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Dan Senja masih khawatir tidak jelas.
>Semesta ku 🐰
Kamu dimana? Jadi ke sini kan?
20.43
Gue di jalan
20.56
Kini gadis itu bisa menghembuskan nafasnya lega lantaran mendapatkan pesan dari orang yang ia nanti-nanti sejak tadi. Saat ia kembali ke dapur suara hujan datang menguyur dengan deras. Suara bising percikan air membuat Senja makin khawatir tak karuan.
" Senja! " suara itu membuat sang pemilik nama segera menghampirinya.
" IYA!!! "
Gadis itu termangu diam dalam langkah yang terhenti tiba-tiba. menatap kosong ruangan itu dengan hati yang terasa terhenyuk sangat dalam.
" Kak Angkasa? "
' Tek Tek Tek '
Suara bergantian jarum jam membuat gadis itu seketika menoleh ke arah dinding.
Tepat pukul 21.01
Waktu kepergian seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya. Dengan suasana yang sama, bahkan waktu yang sama, dapat Senja ingat malam terakhir itu dengan jelas. Bahkan udara yang ia hirup pun membawa pikirannya melayang seolah menyeretnya ke belakang.
' Kling! '
>0858 6523 XXXX
Hujannya deras,
Apa lo bakal biarin darah itu
Hilang?
Sama kaya yang punya.
21.01
' Degh! '
Sekilas pesan entah dari siapa muncul di layar ponsel miliknya. Membaca itu Senja langsung teringat, tanpa berfikir dua kali ia langsung bergegas keluar. Sesampainya di depan pintu, ternyata Semesta baru saja sampai. Cowok itu datang dengan baju basah kuyup lantaran kehujanan namun Senja tidak menghiraukan itu.
Melihatnya saja seperti tidak melihat apapun, gadis itu berlari dengan wajah panik membara. Menerjang hujan dengan tujuan dan tekad yang sudah bulat.
" Senja? "
" Mau kemana?? "
" SENJA!!! "
~•~•~•~
Ia terus berlari hingga akhirnya langkahnya itu terhenti di depan Gedung yang sudah tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Ini sudah malam dan suasana Dirgantara School benar-benar sangat Sepi. Nafas terhela-hela membuat dada gadis itu terus kembang kempis bersamaan dengan detak jantungnya yang berdetup di atas batas normal.
Senja sedikit mendongakkan kepalanya menatap dari kejauhan atap gedung itu. Lalu ia melihat seorang pria duduk dengan kaki mengayun-ayun di pinggir pembatas atap. Mereka saling tatap beberapa detik dan,
" Kak Angkasa? "
' AAAAAA!!!! '
' BRUKH!!!! '
Senja menjatuhkan tubuhnya seraya menutupi telinganya dengan tangan. Teriakan yang sanggat keras itu menggema diseluruh sudut bahkan mungkin menggetarkan wilayah Dirgantara School dari ujung timur ke barat.
Nafasnya makin terhela-hela seperti orang ketakutan.
" Kak Angkasa? " Menyebutkan nama itu membuat ia kembali bangkit. Dan kini malah berlari menuju tempat ke arah ia melihat Cowok tadi jatuh.
Sesampainya di sana darah itu
hampir hilang terbawa air hujan. Perlahan warna Batako itu pun kembali seperti semula. Perlahan-lahan gadis itu pun mendekatinya dengan tatapan kosong. Mengusap lembut batako itu dengan sangat haru.
" K-Kak Angkasa? " ia menundukan kepalanya dalam. Air matanya berjatuhan bersama dengan air hujan yang terus menetes.
" Senja? "
--oOo--
Pertama-tama aku mau minta maaf nih udah lama B&A hiatus. Tapi sekarang kita udah Comeback!!!
Gimana kabar kalian nih?
Baik baik aja kan?
Aku harap si begitu ♥
Tapi aku masih penasaran nih, kira-kira masih ada yang tetap stay gak yaa atau jangan-jangan udah pada pergi 😐
Aku harap engga layaaa,
Aku selalu berdoa banget semoga kalian betah di B&A ini.
Buat yang mungkin baru baca, welcome to my Story!!
Semoga kalian selalu Stay pokoknya!
Ya udah langsung Next aja ga si?
Yuhuuu jangan lupa Votmen!
(。’▽’。)♡