Athara

By Orhazsutadiraf

307 61 2

"... Cepat pergi dari sini atau... Lo akan terjebak ditangan gue selamanya" "Kalau gue milih opsi kedua, gima... More

Prolog: Awal yang salah
01. SMA Neolandra
02. Neolax
03. WAR?
05. Mulai Rahasia?
06. Mulai Rahasia? 2
07. Ara vs Sherlin
08. Solidaritas
09. Perpustakaan

04. Kembali

22 6 0
By Orhazsutadiraf

Konnichiwa!

Gimana? Masih semangat kan oza?
🔥🤗

Absen dulu warna baju kalian pas baca part ini, biar tambah cantik
Wkwkwk👉

Ingat! Oza yang baik, pembaca yang baik 👍👌

Shiawasena Dokusho



_________________________________________

Suasana koridor gedung kelas XI kini tengah ramai. Bukan seperti biasa, murid-murid seolah sedang berminat untuk ke kantin dengan tergesa-gesa, membuat Ara, Mera, dan Riri yang memang tak tahu menahu dibuat bingung oleh tingkah laku teman-teman seangkatannya, sampai-sampai tubuh ketiganya kerap tertabrak siswi lain yang memang kebanyakan dari mereka yang tergesa-gesa adalah murid perempuan.

Mera yang memang sejak lahir mempunyai kesabaran setipis tisu, sudah tak tahan ketika lagi-lagi ada segerombolan siswi yang menabraknya dari belakang.

"Woi para betina banci!, balik sini woi!, lo udah nabrak gue sialan!, ooo emang mau kena sanksi ya tuh orang... "

Cerocos Mera yang merupakan anggota OSIS itu geram, ketika segerombolan ciwi-ciwi itu tetap saja berlari tanpa menghiraukan ucapan Mera. Para anggota OSIS sepakat untuk memilih Mera sebagai salah satu anggota mereka dan meletakkan Mera di bagian Bendahara 2. Lebih tepatnya bagian untuk menarik kas OSIS atau Dansos kepada murid-murid, memanfaatkan sifat Mera yang memang mirip dengan preman pasar.

"Betina nggak bisa banci Mera... " Riri kemudian menarik Mera teman preman berkedok bendahara nya itu untuk kembali berjalan tanpa menghiraukan mereka.

"Emang ini ada apa sih weh...?, tumben banget orang-orang gerudukan mau ke kantin semua?! " Dumel Mera yang sudah ditenangkan Riri di sampingnya.

"Emang lagi laper...? Mungkin? " Jawab Ara santai, sebenarnya ia juga tidak yakin dengan jawabannya tersebut, pasti ada sesuatu.

"Huh!, bakal kehabisan nih kita kayakny-

Gedubrak!

Nasib sial mungkin sedang ingin singgah lebih dahulu pada Mera saat ini, belum sampai 5 menit berlalu, Mera kembali ditabrak seseorang yang parahnya mempunyai badan 3 kali lebih besar dari tubuhnya, sehingga kejadian jatuh tersungkur dramatis di dinginnya lantai koridor pun tak bisa dihindari oleh tubuh kecilnya.

"Anj-" Umpat Mera tertahan, tidak jadi melanjutkan bahasa kasarnya, dengan gerakan perlahan cewek itu duduk bersimpuh "Ya Allah... Jika cobaanmu ini berasal karena hamba sering berkata kasar, maka maafkanlah dosa lisan hamba yang kotor ini Ya Allah.... "

Pletak!

"Bngst!, lo ngapain njitak gue, Riri?! " Teriak Mera yang ternyata sudah hilang tobatnya.

"Mera nggak pantes kalau jadi alim"

Gadis itu seketika tertegun sejenak, sekarang ia tahu disini siapa yang sesat.

"Ck, sekarang cepat bantuin gue...." Mera menjulurkan kedua tangannya ke atas, yang disambut sukarela oleh Riri dan juga Ara. Namun na'as, baru saja tubuh Mera terangkat setengah, terdengar suara notifikasi dari Riri dan...

Ting!

" Oh iya Riri lupa! "

Gedubrak!

Riri melepaskan genggaman tangannya pada Mera dan membiarkan Ara ikut terjatuh begitu saja.

"Astaghfirullah Riri! " Mera memejamkan matanya ketika lagi lagi bokongnya terasa sakit terbentur kerasnya lantai " Kenapa lagi sih ah?!!" Gadis itu menggeram sakit, namun tidak di hiraukan oleh Riri.

"Tau tuh, gue jadi kena kan" Sungut Ara kesal, kemudian cewek itu berdiri dan tak lupa membantu Mera-tentu dengan keadaan selamat.

Slowrespon yang di berikan Riri, membuat Mera geram. Lihatlah, cewek pintar akademik tapi bodoh dalam hal fisik itu malah sibuk dengan ponselnya seolah ia tidak melakukan kesalahan apapun. "Heh bocil sok sibuk!, lo ngapain sih?! "

"Yeay!, Moy nya udah nggak laper... " Riri menghadapkan ponselnya ke arah Mera dan Ara, memperlihatkan game virtual hewan berwarna ungu dengan bando pink yang bertengger persis seperti dirinya.

Mera cengo sejenak "bentar, jangan bilang lo dengan teganya biarin gue sama Ara jatuh cuma gara-gara ni game sialan.. " Mera semakin menelisik tajam ketika Riri dengan santainya mengangguk.

"Habisnya dia laper, nanti kalau moy nya mati gimana? "

Ok, ini sudah keterlaluan, bisa-bisanya teman satunya ini lebih mementingkan hewan-ralat! Seonggok daging berwarna ungu dengan mata besar itu ketimbang temannya sendiri yang sudah sejak kelas 10.

"Nggak lo kasih makan se-abad juga nggak akan mati tuh virtual goblok! "

Cewek itu hanya cengengesan, yang syangnya membuat Mera ingin membanting tubuh kecil Riri saat itu juga.

Ara yang menyadari sebentar lagi akan terjadi keributan Mera-Riri, pandangannya mengarah ke arah siswi yang berjalan tergesa-gesa di hadapannya.

"Di kantin ada apaan sih, kok banyak banget yang mau kesana? "
Tanyanya pada cewek ber name tag 'Sofiya Salsabila' salah satu anak jurnalistik dan juga merupakan pemegang akun instagram 'bacotan turah-turah SMA Neolandra'

Kesal karena langkahnya di hentikan, cewek itu hanya mendengkus "mending lo kesana sendiri deh ra, gue buru-buru, bye"

Melihat sofiya yang meninggalkannya, membuat Ara tertarik untuk segera kesana, pasti ada sesuatu yang menarik gadis itu untuk diunggah di akun bacotan nya tersebut.

Ara langsung menarik tangan kedua temannya "Sekarang lo berdua ikut gue, terserah kalian nanti mau berantem lagi gue nggak masalah"

"Ck, ngapain sih ra, baru aja gue mau menang adu bacot sama Riri" Gerutu Mera, tapi tetap setia mengikuti langkah terburu- buru temannya tersebut.

Selang beberapa waktu, ruangan bertuliskan kantin pun terpampang, terlihat dari ambang pintunya saja sudah sesak di penuhi oleh murid-murid yang entah sedang meributkan apa.

"Wah... Kalau rame kayak gini sih, bisa-bisa langsung habis ni stok kantin"

Mendengar penuturan Mera, bahu Riri langsung merosot lesu saat itu juga, dirinya sangat begitu lapar sekarang. "Terus gimana?, kita nggak jadi makan dong? "

Mera melirik gadis itu sekilas, merasa kasihan satu ide cemerlang muncul di otaknya.

"Tenang aja Ri, gue udah punya solusi" Mera yang sudah ancang-ancang untuk beraksi, langsung terhenti ketika tangan seseorang menahan bahunya.

"Mau ngapain, Amerta? " Ara muncul dengan alis terangkat satu, sepertinya gadis itu sudah tau ia akan melakukan apa.

Mera membalas dengan menyengir kuda "hehe... Nggak aneh-aneh kayak kemarin-kemarinnya kok ra, palingan cuma sedikit".

Tanpa Ara sempat mencegah, gadis itu sudah berteriak " Minggir woi!, dalam hitungan ketiga lo semua nggak minggir, gue tagih utang dansos lo semua detik ini juga, satu!-"

Belum sempat gadis itu menyelesaikan hitungannya, semua orang yang berada di ambang pintu mendengar itu langsung bergerak untuk menepi, membuat Mera tersenyum lebar- ada gunanya juga ia menjabat sebagai rentenir OSIS.

Ara dan Riri yang melihat itu sempat ternganga tidak percaya, sedangkan Mera sudah membusungkan dada bangga dan mengajak kedua temannya itu untuk berjalan.

"Mer, jangan tagih dansos gue dulu ya, uangnya mau gue pake beli batagor dulu di depan gang" Salah satu siswi berujar melas.

"It's okay..., nanti kalau beli, gue jangan lupa sekalian" Mera menjulurkan tangannya yang langsung disalimi oleh siswi tersebut.

Ara semakin menatap tidak percaya. Ok, katakan saja bahwa Mera dan segala kekuasaannya memang gila.

Sekarang mereka bertiga sudah berada ditengah-tengah para murid, semua orang yang menepi hanya sebagian yang mendengar suara Mera sampai lingkup batas suara itu terdengar, sedangkan murid yang berada di depan masih setia berada di posisinya.

Saat Ara ingin mencari Mera dan Riri yang sekarang entah kemana, siluet seseorang yang nampak tak begitu asing berhasil menyita atensi gadis itu.

Adriel?

Ara terus saja menatap laki-laki itu, kalau ada Adriel disana, berarti anak-anak ZACKGER pasti juga ada disana, apakah keributan ini berasal dari mereka...

Brak!

Suara pukulan keras membuat Ara sedikit kaget, mengalihkan pandangan ke arah seorang siswi yang sudah menangis dan satu cowok dengan kaos hitam yang membelakangi nya.

Sekarang ia tahu, bahwa bukan hanya ada genk ZACKGER disini.

"Sekarang jawab, ngapain lo kesini... Adik manis, hm? "

"Penting banget alasan dia nyasar ke sini buat lo? "

Suara yang muncul sesaat setelah cowok itu berbicara, membuat Ara menjadi pusat perhatian, semua murid didepannya menatap ke arah gadis itu, tak terkecuali Athar.

Adriel yang semula menikmati amarah Athar di hadapannya, cowok itu menaikkan satu alis. Arashela?, ngapain dia disini?

Ara hanya menghela nafas santai, orang yang sok berkuasa didepannya ini harus di beri sedikit pemahaman.

"Bisa nggak sih nggak usah ribet, lo tinggal suruh dia pergi, selesai ni masalah"

Mendengar itu, Athar terkekeh "masalah ini bakalan selesai kalau lo nggak ikut campur tangan, paham? "

Cowok itu sudah melangkah mendekati Ara, membiarkan siswi tawanannya tadi kabur begitu saja.

"Atau.... " Athar kembali berbicara "... Lo mau gantikan posisi dia, hm? " Cowok itu tersenyum ketika sudah sampai didepan gadis itu.

Kali ini Ara mendengkus geli, apa maksudnya ini. "Harusnya lo berterima kasih nggak sih??, gue udah menyelamatkan reputasi lo..." Gadis itu mengangkat pandangannya tepat di manik mata hitam milik Athar "...ketua genk kok lawannya cewek adik kelas, lawak!! "

Bugh!

Ara memejam rapat ketika tubuhnya didorong begitu kuat ke dinding, cowok yang ekspresinya seketika berubah dingin itu lalu mengurung tubuh kecil Ara dengan kedua tangannya, gadis itu sontak ingin menjerit-bersamaan dengan para siswi yang sudah memekik histeris ketika Athar mendekatkan wajahnya ke arah Ara.

"Lo kalau mau ngejatuhin, jangan harga diri gue... " Setelah sekian detik Athar menampilkan wajah datar, cowok itu kemudian tersenyum -mengerikan.
"gue sensitif soal itu"

Athar kembali melanjutkan "gue nggak mau basa-basi, cepet pergi dari sini, atau.... " Cowok itu semakin menatap Ara intens yang masih diam saja ".... Lo akan terjebak di tangan gue selamanya" Satu tangan cowok itu turun memberi jalan, sudah terlalu malas melanjutkan permainan yang cukup membosankan ini.

Ara yang baru sadar dari keterjutannya, mendengar itu malah terkekeh sinis.
"Kalau gue milih opsi kedua, gimana? "

Athar yang semula mengalihkan pandangannya untuk mengencangkan slayer hitam kebanggaannya itu seketika menoleh.

"Hm? " Ara mengangkat dagunya angkuh, ingin mendapat respon dari laki-laki tersebut. "Se-berkuasa itukah lo itu, hm? " Gadis itu kini dengan beraninya bersedekap dada diakhiri dengan senyum miring di bibirnya.

Athar sempat terpaku sejenak, baru kali ini ia mendapati seseorang yang justru berusaha memancing jiwa obsesinya keluar.

Tak begitu lama Athar memandangi gadis itu yang seolah siap untuk dimangsa, dengan senang hati cowok itu menaikkan tangannya kembali, kemudian tersenyum.

"Jangan coba main-main sama gue... Arashela" Cowok itu kini mulai membelai pipi Ara lembut membuat gadis itu meremang ketika Athar membaca nametag nya.

Ara semakin bertambah gugup ketika tangan laki-laki itu sudah turun dan bersentuhan dengan leher nya "lo-

"Sttt..., yang udah terpancing nggak akan bisa lepas"

Setelah mengatakan itu, Ara dibuat terkejut dengan apa yang cowok itu lakukan, tangan Athar terangkat untuk menaikkan rahang kecil Ara, kemudian meletakkan bibir itu dengan miliknya.

"Aaaaaa!!!.... Nggak kuat gue,nggak kuat!!! "

"Demi apa anjir?!, dia di cip*k!!!"

"Habis sudah hati gue ngelihat Athar hot"

"Athar!!!... Lo tega giniin gue?! "

"Minimal ditahan dulu lah thar...!!! "

Semua terpekik kaget melihat apa yang dilakukan oleh ketua NEOLAX tersebut, dan sekarang adalah hari patah hatinya jejeran penggemar garis keras Athar.

Sagan berdecak ketika melihat adegan tersebut "ternyata si Athar lebih suhu daripada gue, wajib minta tutor ni nanti"

Disisi lain, mata Athar terpejam semakin menyelami bibir gadis di hadapannya ini, ketika gadis itu sama sekali tidak membalasnya, tubuh cewek itu seketika kaku seolah membeku di tempat.

Athar kemudian tersenyum menatap Ara yang masih diam tak bergerak.
"See..., lo masuk genggaman gue"

"Bangsat!, berani lo sentuh dia, anjing?!"

Bugh!

Athar terhempas cukup kuat kebelakang, Adriel menatap cowok itu yang sudah terduduk dilantai akibat ulahnya.

Athar mengusap sudut bibirnya yang dirasa sedikit sobek, menatap Adriel yang menggenggam tangan cewek itu kuat. "Cewek lo? "

Dengan mudahnya Athar kemudian berdiri dan melirik ke arah Ara sekilas. "Sorry, gue icip dikit"

Bugh!

Ucapan kelewat santai Athar tentu mengundang emosi Andriel, dengan mudah Athar menahan pukulan itu dengan satu tangan, sebelum berbuat lebih.

"Nggak perlu repot-repot gebukin gue, kita war sekarang aja gimana? "

"Berengsek! "

Ancaman dari Athar itu, membuat Adriel terpaksa berhenti, tanpa basa-basi lagi cowok itu lalu berjalan membawa pergi Ara diikuti dengan anggotanya keluar kantin, dengan disorot kamera ponsel para murid yang sedari tadi merekam sejak awal.

Mendapati Adriel yang memilih pergi begitu saja, membuat Athar mendengkus geli, tatapannya kemudian jatuh ke genggaman Adriel dan Ara, sampai keduanya hilang di ambang pintu kantin.

Athar ingin melangkahkan kakinya keluar, namun terhenti dan memanggil Gara untuk mendekat.

"Beri pelajaran sama orang yang sudah dengan beraninya ngerekam dan nyebarin kejadian tadi...."

Athar menjeda kalimatnya agar suara bariton yang sengaja ia keraskan terdengar oleh semua orang.

"Jangan sampai ada satupun yang lolos"

Setelah mendapat anggukan pasti dari Gara, cowok itu mulai berjalan meninggalkan kantin, tanpa ada satu orang pun yang mengangkat kamera.

Gara kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru "gue yakin lo semua nggak budek tadi Athar ngomong apaan. Jadi, hapus sekarang!, sebelum kita yang turun tangan". Tegas Gara.

Setelah itu, semua murid yang merekam tanpa protes langsung menghapus file video yang baru saja mereka rekam. Siapa yang berani berurusan dengan Neolax?

Dirasa situasi cukup terkendali, juga terlihat semua orang berangsur-angsur mulai pergi dari kerumunan, Gara lalu menoleh ke belakang.

"Gimana lang?, kita ikut Athar pergi, atau disini?" Tanyanya pada Langit, selaku wakil ketua mereka.

Langit yang sedari tadi pandangannya mengarah ke ambang pintu, kini beralih menatap Gara.

"nggak usah, biarin aja dulu" Putusnya, lalu cowok dengan kulit putih pucat nya itu berjalan ke tempat mereka duduk tadi, dan melanjutkan gamenya yang sempat terhenti di atas meja.

Anggota yang lain pun hanya bisa menurut, dan kembali ke bangku mereka masing-masing, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di kantin ini sebelumnya.

Ya, semua akan beres di tangan NEOLAX.

***

_________________________________________

Next?

Ya iyalah next, Authornya Oza gitu loh... Wkwkwk

Makin penasaran atau stop aja sampai di sini?

Buat kalian yang siders, coba deh kalian menghargai, dengan kalian kasih vote itu udah berharga banget buat aku, apalagi kalau lengkap pake komen, berlian nggak sih?? (Hhh.. Kayaknya alay, tapi yaudah ga papa, terlanjur😑)

Oke seperti biasa, untuk Oza ku tercinta. ☄️

Arigatou Gozaimas✨
























Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6.2M 344K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.2M 47.2K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

2.1M 111K 43
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
5.8M 299K 61
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...