Graziano meremat mantelnya, demi Tuhan dibanding Putra mahkota Kaisar jauh membuatnya tegang, wajah tegas itu dengan rambut yang sudah beruban itu berhasil membuatnya gugup setengah mati.
Kaisar awalnya menolak, karena ia yang tiba-tiba datang tanpa permintaan pertemuan, tapi Putra mahkota memberinya jalan.
Pertemuan dengan Putra mahkota tak terlalu buruk, itu membuahkan hasil yang baik.
"Jadi ada apa seseorang ini ingin bertemu denganku?" Kaisar menatap Graziano yang hanya bisa menunduk.
"Maafkan saya yang mulia, saya datang tiba-tiba. Saya bingung kemana lagi orang rendah ini mengadu, selain pada pemimpin Gardenia yang bijaksana ini," ucap Graziano, ia menatap Kaisar saat berucap.
"Yang mulia, Gardenia bagian timur mengalami wabah penyakit kulit yang menular, mohon maafkan saya. Saya tahu jika Gardenia bagian timur ter-isolasi, tapi saya ingin tindakan bantuan dari Kaisar, sebelum kabar kematian datang." Graziano menepis ketegangan dalam dirinya, mengutarakan segalanya.
Putra mahkota yang berdiri disamping Graziano merasa kagum, bagaimana bisa seorang yang ia yakini omega berani meminta bantuan langsung pada Kaisar, disaat Kaisar sendiri yang sudah men-cap jika Gardenia bagian timur tak bisa dimasuki oleh orang luar, karena wabah itu.
"Apa kau tak tahu pengumuman yang aku berikan tempo hari? Sampai kau datang kemari?" Kaisar berucap dingin.
"Tahu bahkan saya sangat tahu tentang larangan Anda mengenai orang yang tak bisa masuk ke Gardenia timur, dan orang dari Gardenia timur tak bisa keluar," ucap Graziano, "tapi yang mulia, jika wabah itu terjadi diibu kota apa kau akan menerapkan hal itu? Membuat semua masyarakat ibu kota menyerah, karena ketidak mampuan dan tak ada yang membantunya, dimana letak kepimpinan itu?" Graziano menatap mata tajam Kaisar, rasa hormatnya seakan menipis saat mendengar ucapan Kaisar.
Beberapa pengawal langsung menodongkan pedang tepat pada leher Graziano, karena di anggap tak sopan.
"Kaisar yang dikatakan pria ini benar, sampai kapan kekaisaran akan diam saja soal wabah itu?" Putra mahkota angkat bicara.
"Kau tak diizinkan untuk bicara Putra mahkota, maka diamlah. Aku sudah memberikan perintahku, tak ada yang bisa diganggu gugat, keluarlah Putra mahkota kau tak ada urusan di sini," tutur Kaisar, ia turun dari tahtanya menghampiri Graziano yang menahan napas takut akan lehernya tergores.
Putra mahkota mengepalkan tangannya, ia dengan kesal keluar dari aula pertemuan. Rasa hati ingin menolong Graziano ia malah kesal dengan ucapan Kaisar.
"Bukankah kau Duchess bagian barat?" ucap Kaisar, "apa Matteo sama sekali tak memberimu pengertian?" lanjutnya.
Graziano mengepalkan tangannya, seumur hidupnya ini ia tak tahu bagaimana sifat Kaisar, karena tak pernah ada rumor apapun di kalangan masyarakat. Yang ia tahu, Kaisar sangat menyayangi Matteo.
"Suamiku tak ada hubungannya dengan ini, dia sama sekali tak tahu aku kemari." Graziano berucap kehati-hatian, ia sungguh gugup jika sampai pedang itu melukai lehernya.
Kaisar berdecih, "jebloskan ia ke penjara da ... "
Brak
Pintu aula dibuka dengan kasar, Matteo sang singa kerajaan datang dengan pedang mengacung ditangannya.
Mata kelam tajam itu, menatap pengawal sengit bak ingin mencabiknya, melihat ujung pedang yang dekat dengan leher sang omega membuat darahnya mendidih.
"Turunkan pedangmu dari istriku," ucap Matteo penuh penekanan, ia berjalan menghampiri Kaisar.
"Sudah ku katakan jangan membuat keputusan yang telah aku tolak," ucap Matteo, ia menggulir matanya menatap Graziano yang sudah bisa bernapas lega karena pengawal sudah menurunkan pedangnya.
"Maafkan tindakan omegaku, yang mulia kaisar Gardenia," ucap Matteo, ia sama sekali tak menundukkan kepalanya. Graziano sendiri dibuat terkejut dengan ucapan Matteo, seberani inikah singa kerajaan?
"Bawa pria itu ke penjara," titah Kaisar membuat rahang Matteo mengeras.
Pengawal yang pada dasarnya mengabdi pada Kaisar tanpa pikir panjang segera menyeret Graziano paksa, membawa omega itu sesuai perintah Kaisar.
Matteo mengangkat pedangnya, tepat didekat leher Kaisar. Satu gerakan saja, ia bisa menebas kepala Kaisar saat ini juga, beberapa pengawal yang tersisa balik menodong Matteo.
"Ingat aku Kaisar, aku putra Lareon, aku bisa melakukan pemberontakan dan merebut tahtamu," ucap Matteo.
Kaisar terkekeh, ia tahu bahkan sangat tahu tabiat Matteo, baru kali ini anak dari duke terdahulu mengancamnya dengan kata pemberontakan, Kaisar akui Matteo memiliki setengah orang-orang pendukung dari Gardenia, ditambah pernikahannya dengan putra Gardenia bagian timur, membuat kekuasaannya hampir setara dengan kekaisaran.
"Apa kau akan mengkhianati kekaisaran, Matteo?" ucap Kaisar, mata nya bersi bobrok dengan tatapan tak bersahabat dari Matteo.
"Jika harus, maka akan aku lakukan," ucap Matteo tegas, membuat Kaisar terkekeh.
Membuat Matteo berontak, itu bisa saja kekaisaran akan diambil alih oleh Matteo, ia tak akan membiarkan itu terjadi.
"Baiklah, turunkan pedang kalian. Matteo hanya bermain-main," titah Kaisar pada pengawal yang menodongkan pedang.
"Aku hanya bermain-main pada omegamu Lion, kau tak usah khawatir. Ia datang meminta bantuan untuk Gardenia bagian timur, ku akui singa sepertimu pantas memiliki pasangan yang keberaniannya sama dengan singa," tutur Kaisar, Matteo berdecih. Kaisar sendiri yang memintanya menikahi omega yang lahir pada bulan purnama akhir tahun.
"Kupikir kabar perceraian akan tiba setelah beberapa minggu kau menikahinya, tapi aku salah. Citramu sebagai duke terhormat itu masih tersemat, maka ambillah omegamu itu sebelum kepalanya ditebas oleh penjaga penjara," tutur Kaisar.
Matteo menarik pedangnya, membuat luka gores dileher Kaisar lalu pergi begitu saja, untuk menemui Graziano.
Setiap langkah Matteo menjadi pusat perhatian orang-orang istana, langkahnya berhenti saat Putra mahkota menghandangnya. Matteo menatap putra sulung kaisar ini dengan dingin.
"Menyingkir dari jalanku," ucap Matteo, Putra mahkota memberi jalan, ia sudah tahu tabiat Matteo. Wajar saja mereka tumbuh bersama dari kecil, tahu sifat satu sama lain.
Putra mahkota segera masuk ke aula pertemuan, ia menatap kaisar yang tengah dibawa oleh pengawal, dan telapak tangannya penuh dengan darah memegangi lehernya.
"Ayah!" Dengan langkah cepat, ia menghampiri Kaisar, terkejut dengan keadaan ayahnya.
"Cepat panggilkan tabib ke kamar Kaisar!"
Putra mahkota, memapah Kaisar membawanya ke kamar.
Berbeda dengan Matteo, pria itu dengan santai masuk ke ruang tahanan.
"Salam hormat duke Matteo." Pengawal membungkuk memberi hormat.
"Lepaskan dia," ucap Matteo.
"Tapi Duke, Kaisar ... "
"Jika dalam satu detik kau belum membukakan jeruji itu, aku akan menebas kepalamu," ucap Matteo, ucapannya tak main-main, sampai Graziano yang mendengarnya menjadi merinding sendiri.
Ia tak menyangka jika gelar singa kerajaan yang tersemat pada Matteo, benar-benar menyeramkan. Sebenarnya siapa Matteo? Mengapa ia seberani itu pada Kaisar, kedudukannya dengan ayahnya sama, tapi Graziano berani jamin ayahnya tak akan seberani itu apalagi ia dengan lancang masuk ke aula pertemuan tanpa mengetuk pintu.