Room Chat
Rony
Shopifud
You
Buat gua?
Rony
Bukan
You
Maksud?
Rony
Cepet turun
You
Ga mesen gua
Rony
Mamangnya bilang punya lu
You
Bukan, salah orang itu
Rony
Turun atau gua kasih Paul
You
Isinya apa?
Rony
Burger
You
Otw
Salma menyingkirkan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya. Dia duduk dan melirik sebentar ke arah jam di atas nakas.
Sudah pukul tujuh pagi, tapi Salma masih rindu dengan kasurnya. Tubuhnya masih terasa lelah dan matanya masih lengket.
Sudah tidur lebih dari sepuluh jam, tetapi Salma belum juga merasa segar.
Apa karena kebanyakan tidur yak?
Bodo amat, dikit tidur pusing, banyak tidur pusing juga. Herman.
Salma pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Setelah keluar dia langsung memakai jaket karena seusai dari kamar mandi, tubuhnya jadi mengigil. Airnya dingin brow, satu spesies ama Rony keknya. Cool.
Omong-omong tentang Rony, Salma jadi tersadar jaket yang dia pakai adalah milik Rony. Belum lagi selimut di kasurnya.
Jaket yang dari acara WP aja belum dia balikin, ini nambah lagi. Bisa-bisa kamarnya jadi tempat perkumpulan barang Rony.
Salma pun turun ke bawah dengan membawa barang-barang yang dipinjamkan Rony. Niatnya sih Salma mau kembalikan, eh niat baiknya tetap diroasting ama itu laki.
"Cuci dululah," katanya yang membuat Salma melotot dan melemparkan jaket acara WP dan selimut semalam ke arah Rony.
"Jaket yang itu udah, selimutnya cuma gue pake semalem doang, masa iya gue yang cuci. Kalo jaket yang gue pake sekarang masih masuk akal."
"Banyak ilernya ini," ujar Rony sembari berlagak jijik menyingkirkan selimut putih itu.
Salma berjalan tegas mendekati Rony untuk membungkusnya dengan selimut yang dia pakai semalam.
"Makan noh iler gua," ujar Salma puas setelah sebelumnya menggeplak punggung Rony.
Lelaki itu hanya tertawa renyah dan berusaha melepaskan diri dengan kekuatan paling lemah.
"Pagi-pagi udah mancing emosi aja," ujar Salma sambil menghela napas panjang sebelum akhirnya dia memilih duduk di salah satu sofa.
Salma memindai meja. Dia mencari-cari makanan yang disebutkan Rony tadi.
Tak ada apa pun kecuali plastik bening yang berisi dua sterofoam.
"Burger Jakarta bagian mana neh yang bungkusnya ganti sterofoam?"
"Ada, PKL? Makanya mainnya yang blusukan dong," ujar Rony sambil menyingkirkan selimut yang berada di tubuhnya.
Salma melebarkan lubang hidung pertanda bodo amat dengan ucapan barusan. Setelahnya dia mengambil satu sterofoam dan membukanya.
Waw, Salma terkejut.
Dia mendongak dan mendapati Rony menatap jahil ke arahnya.
"Anying lu!" umpat Salma sembari melempar bantal sofa ke arah Rony.
"Jan gitulah, Ron. Gua udah berharap burger beneran."
Rony cengengesan.
"Itu burger," katanya sembari ikut membuka sterofoam satunya.
"Mata lo buta keknya, ya. Jelas-jelas ini bubur goblok."
"Itu burger. Bubur Pak Gerald. Gue nggak salah dong."
Ada ya orang tiap ketemu bawaannya pengen nimpuk wajahnya melulu.
Salma menatap Rony dengan pandangan lelah, yang ditatap hanya ketawa sambil menutup mulutnya.
"Bubur sapa nih? Beneran buat gue ngga?"
Rony mengangguk sambil mulai memakan bubur yang dia beli tadi.
"Dari siapa?"
"Makhluk Tuhan."
"Babi juga makhluk Tuhan."
"Nah iya, itu dari babi."
"Babi yang mana? Yang ngepet atau bukan? "
"Iya, yang mana aja terserah lu."
Salma memastikan sekali lagi.
"Ini beneran?" tanyanya.
Rony mendongak dengan tatapan akan meledak.
"Astaga Tuhan, ribet amat ya. Tinggal makan, udah, gausah bacot lu."
Salma tertawa.
"Entar punya yang laen. Gue kaga mesen soalnya."
"Iya punya lu, seratus persen gue yang jamin."
"Kok bisa seyakin itu?"
"Tadi mamangnya bilang," ujar Rony acuh tak acuh sambil melahap buburnya.
Salma menatap curiga pada presmanya itu.
"Lu yang beli 'kan?"
Rony balik menatap Salma.
"Ngarep?"
Salma mengedikkan bahu.
"Kaga sih, lu kaga mungkin begitu," ujarnya lalu mulai memakan bubur ayam yang ada di depannya.
"Kenapa kaga mungkin?"
"Ya modelan lu kek gitu."
"Gue kenapa emang?"
"Ya gitu."
"Gitu gimana?"
"Ya lu gimana?"
"Gue yang nanya, jan dibalikin."
"Emang pertanyaannya apa?"
Rony menaruh sendoknya sembari menggaruh rambut bagian belakangnya.
"Kesel gue Sal. Abis kesabaran gue nanggepin lu."
"Harusnya gue yang ngomong begitu."
Rony mengangguk.
"Iya dah, lu paling top," katanya sambil memberikan dua jempolnya pada Salma.
Salma mengakak.
"Masih butuh jawaban ngga neh?" tanyanya.
"Kaga," jawab Rony yang baru saja selesai menegak mineralnya.
"Lo tuh ...."
"Dibilangin kaga."
Semakin menolak, Salma semakin ingin menjawabnya.
"Opini pribadi gue, yak. Lu apatis. Lu bodoh amat mau orang jungkir balik di depan lu asalkan dia gak nyenggol lu, ya lu biarin."
Rony menunduk untuk mengaduk-aduk buburnya, tetapi bibirnya mencetak senyum tipis.
Bukan senyum salah tingkah seperti biasanya, tetapi senyum getir karena ternyata Salma tak tahu apa-apa tentangnya.
Sad.
"Kecuali ke orang yang lo sayang."
Rony langsung mendongak mendengar ucapan Salma itu.
Nggak jadi sad gaisss, Rony full senyum!
"Affah iya?"
Salma mengangguk dan menyuapkan sesendok bubur ke dalam mulutnya. "Gue liat itu waktu di rumah lu."
Tiba-tiba ....
"WADUH, LANGSUNG DIBAWA KE RUMAH NIH RON?"
Tebak siapa?
Iyap betul, si Bule Lalu Lalang.
"Nyambung aja lu," ujar Rony sewot.
Paul mendekati mereka dengan wajah sumringah.
"Ada kabar baik apa ini? Gue diajak dong."
"Mulut lu diem sehari aja itu udah kabar baik bagi gua," ujar Rony yang membuat Paul mendecak.
"Mulut-mulut gua, napa lu ngatur," ujar Paul yang kompak tak ditanggapi oleh Rony dan Salma.
"Btw gue juga titip beliin bubur tadi, mana? Dibeliin kan Ron?"
Pertanyaan Paul itu mendapat respon kedikan bahu dari Rony.
"Bukan Rony ini yang beli, tadi Mamang sopifud nganter buat gue katanya, tapi gatau dari siapa," timpal Salma.
"Katanya?" tanya Paul memastikan.
Salma mengangguk. "Tadi Rony yang terima."
Paul langsung paham. Bule itu langsung menatap jahil ke arah Rony.
"Oh gitu, Ron. Bisaan ya ngibulnya," ledeknya.
"Diem," kata Rony dengan tegas.
"Emang ngibulin apaan?" tanya Salma yang membuat Rony menatap Paul dengan tatapan peringat.
Paul mengeluarkan ponselnya. "Ini jejak digitalnya masih ada," katanya sembari menghidupkan ponsel untuk menunjukkan chat mereka.
"Powl, jan gitulah," peringat Rony yang semakin membuat Paul tersenyum lebar.
"Traktir gue seminggu."
"Kayaan lu timbang gua."
"PS5 deal?"
"Ngotak dong, Jing."
Salma mengerutkan keningnya. "Kalian berdua kenapa, sih?" protes Salma ketika keduanya sibuk bertukar kode.
"Urusan lelaki, Sal," ujar Paul yang membuat Salma bangkit dari duduknya.
"Ke mana, Mak? Padahal seru, nih," teriak Paul ketika Salma berniat meninggalkan ruang tamu.
"Kalian doang yang seru."
"Kaga, beneran seru ini," kata Paul meyakinkan.
Rony langsung menimpali, "Nggak, Sal. Emang kaga seru, jan dengerin Paul."
Lalu mereka bertengkar sedangkan Salma berdecak.
"Ga jelas amat!" ujar Salma sebelum akhirnya tubuhnya hilang di balik tembok.
Paul berseru kecewa, sedangkan Rony memberikan tatapan jumawa sembari ikut bangkit dan meninggalkan Paul yang menatap ponselnya dengan dramatis.
"Ga jadi PS5 gaiss," katanya pada diri sendiri.
Room chat
You
Pcc
Rony
Kepo, gasuka.
You
Pap
Rony
Bubur Pak Gerald.
You
Gua satu y
Rony
Males.
You
Pokoknya gua satu.
***
Komentarnya dong maniezzzz