✨ Happy Reading ✨
"Sebelumnya bisa tolong tunjukkan kartu akses atau kartu tanda pengenal karyawan?" Wanita yang memanggil Adrea tadi adalah salah satu resepsionis baru. Yang bertanya tadi adalah teman di sebelahnya.
Adrea menghela napas. Sebelumnya ini tidak pernah terjadi. Ia menggeleng, tidak punya kartu akses.
"Maaf, Nona, kalau boleh tau, ada perlu apa anda di kantor Adr Madent?" Tanya wanita yang memanggilnya tadi dengan sopan.
"Aku ingin bertemu dengan Adrian, apa dia ada di ruangannya?" Tanya Adrea memastikan. Bisa saja Adrian sedang meeting dan sekalian makan siang diluar.
"Berapa tidak sopan. Nona, anda sepertinya ingin mengantar makan siang untuk Tuan muda Adrian, tapi tolong mundur! Tuan muda sudah punya tunangan dan baru saja di umumkan tadi malam," ucap wanita berbaju merah menyala tersebut.
Adrea tersenyum simpul, "sepertinya ini akan sangat menyenangkan,"
"Oh ya? Aku belum mendengar tentang itu. Apa sudah melihatnya?" Tanya Adrea. Ia melirik nametag wanita itu.
Kalista Vania, dia adalah salah seorang pemeran pendukung wanita di buku “Badai”. Dia digambarkan sebagai wanita karir sederhana dan rendah hati yang akan bersanding dengan Asisten Fala.
Adrea sudah tidak terkejut lagi. Sudah bukan hal yang lumrah bagi Adrea jika kenyataan berbanding terbalik dari novel.
"Kami baru bertugas dan baru selesai masa training. Kami masih belum sempat memeriksa berita, jadi …,"
"Itu sih, kamu aja. Aku sudah melihat bagaimana rupa tunangan Tuan Adrian. Dia tidak bisa dibandingkan dengannya," Kalista memotong omongan rekannya.
Omongannya hanyalah sebuah dusta belaka. Dalam hatinya, ia merasa bahwa wanita di hadapannya lebih baik dibanding wanita yang dia dengar di rumorkan tunangan Tuan muda Adrian, tapi dia merasa bahwa dirinya tidak lebih buruk dari keduanya.
Setau Adrea, selama masa training di kantor Adr Madent para peserta tidak diizinkan memegang ponsel. Untuk menghindari kebiasaan mereka selalu memegang hp. Agar tidak selalu terganggu hp saat bekerja. Sebagai gantinya mereka diperbolehkan menonton film atau yang lainnya saat istirahat untuk menghindari stress.
"Kapan kalian mulai bertugas?" Tanya Adrea tidak menggubris Kalista. Sebaliknya, ia bertanya wanita berkemeja putih di sampingnya—Tiara Anjani.
Tiara menunduk, "Kami baru bertugas pagi ini."
"Jangan menunduk seperti itu. Tatap orang yang kau ajak bicara. Kau bisa dibilang tidak sopan dan itu memperlihatkan kau mudah di ganggu," ucap Adrea. Dia merasa itu tidak cocok untuk perusahaan besar seperti Adr Madent.
Dengan orang seperti Kalista di sisinya, Tiara akan selalu di ganggu. Sekarang saja dia telah menunjukkan sikap rendah diri serta kurang percaya diri.
"Dan kau, kau tidak bisa seperti itu pada tamu. Terlebih jika kamu hanya seorang pekerja. Kau bisa merusak citra Tuan muda mu." Adrea memandang sinis Kalista.
Para karyawan lainnya diam saja. Mereka telah mengenal Adrea dan tau bagaimana Adrea. Dulu, dia juga suka berkeliling kantor dan menyeleksi beberapa orang yang tidak cukup cakap menurutnya. Hal seperti sudah biasa terjadi, Adrian juga tidak mempermasalahkannya.
"Oh iya, kau sudah melihatnya? Katakan padaku bagaimana rupa tunangan Tuan muda Adrian," suruh Adrea pada Kalista. Dia bergegas menuju kursi tunggu di samping meja resepsionis.
"Aku menunggumu," Adrea menatap Kalista lamat-lamat.
Kalista berkeringat dingin. Dia tidak tau siapa tunangan Adrian. Sebelumnya pertunangannya tidak di publish dan ada desas-desus yang muncul sejak lima bulan lalu sebelum dia di training bahwa tunangannya adalah Thania.
"Dia cantik dan terlihat sempurna," ucap Kalista. Sebenarnya tujuan utamanya adalah untuk mendekati Adrian, tapi karena ia kenal Thania, ia memilih untuk melakukan beberapa modus dengan menjadi karyawan di kantor Adrian.
Kalista satu kampus dengan Thania dengan jarak umur kurang lebih hanya satu tahun. Saat kuliah Thania terkenal akan sifat posesif dan suka melabrak gadis-gadis yang di isukan dekat dengan laki-laki yang incarnya. Para korban labrak Thania biasanya keluar dari kampus karena saat melabrak selalu melakukan sesuatu yang di luar nalar.
Seperti pernah menyiramkan air es lengkap dengan es batunya, memakaikan make up menor, make up badut, melemparkan tepung, telur busuk, bahkan ada yang sampai di cukur gundul rambut, bulu mata, atau alisnya oleh Thania. Tergantung dari bagian mana yang membuat ’lelakinya’ tertarik pada bagian wajah.
"Siapa namanya?" Adrea tersenyum remeh.
"Ada apa ini?" Tanya Asisten Fala dari belakang. Dia baru saja tiba di kantor dari meeting bersama Adrian.
"Asisten Fala, ada yang melanggar aturan di sini," ucap Adrea. Matanya berbinar kala melihat Adrian.
"Ian, aku datang untuk mengantar makan siang buat kamu." Adrea memeluk lengan Adrian.
"Ada yang bisa bantu jelaskan?" Asisten Fala menatap Tiara, Kalista dan Adrea secara bergantian.
Mereka diam saja. Kalista berkeringat dingin. Tidak berani mengatakan apa-apa. Firasatnya tidak bagus.
"Dia." Tunjuk Adrea pada Kalista, "Lihat pakainya. Merah menyala, Ini adalah hari pertamanya bekerja. Dia juga melanggar aturan tentang hp." Adrea melirik Kalista acuh tak acuh.
"Oh iya, siapa nama tunangan Tuan muda Adrian?" Tanya Adrea. Dia menekan kata “Tuan Muda”
Calista menjadi gugup melihat adrian diam saja ketika Adrea bergelantungan di lengannya. Keringat dingin mengucur deras di dahinya. "Harusnya sudah bagus jika sudah lolos, kenapa hati murahan ini harus jatuh cinta pada Tuan Adrian." Di pikirannya terbersit jika wanita di hadapannya lah tunangan bosnya. Dia tidak berani menjawab dan hanya mampu menunduk.
"Dia cukup baik untuk posisi ini. Hanya kurang pelatihan. Kirim dia ke tempat lain, beri dia pelatihan tambahan," ucapnya menunjuk Kalista. Kemudian dia menunjuk Tiara, "dan juga Asisten Fala, bimbing dia,"
Adrea memisahkan Kalista dari Asisten Fala. Akan sangat menjengkelkan jika orang seperti Kalista ada di sekitarnya. Dia kemudian menyeret Adrian menuju lift khusus menuju ruangan Adrian.
"Ah, aku lupa tentang sesuatu," langkah mereka terhenti sejenak. "Adrian, siapa tunanganmu?" Tanya Adrea mendongak menatap Adrian.
Adrian tersenyum simpul menatap wajah Adrea yang sedang menikmati apa terjadi saat ini. Dia menunduk, secepat kilat mengecup bibir Adrea.
Adrea berdiri mematung. Seketika ia lupa cara bernafas. Bukan yang pertama, tapi ini pertama kali di ruang umum. "Memalukan!"
Adrea segera tersadar. Sebelah tangannya terangkat ingin menjewer telinganya.
Adrian paham akan apa yang di lakukan Adrea. Ia segera menahannya dan memeluk Adrea dengan erat. "Tentu saja kamu. Jangan dengarkan orang gila itu." Adrian mengangkat Adrea sedikit dan membawanya menuju lift.
Mau ditaruh di mana wajahnya jika Adrea berhasil melakukannya?
Kalista hanya mampu mengumpat dalam hati mendengar Adrian menyebutnya orang gila.
Adrea mendengus. Dia masih ingin punya wajah, tapi ia melakukan hal yang lebih memalukan di depan umum.
Adrea memandang sengit Adrian melalui pantulan dari dinding lift di hadapannya. Dari dulu Adrian selalu melakukan hal yang tidak sukai olehnya. Hal yang sangat tidak sukai olehnya adalah ketika Ia pergi bersama hang-out bersama teman-teman, Adrian selalu membututi mereka dengan dalih menjaga Adrian atas perintah Ayahnya.
Itu berlangsung selama bertahun-tahun dari SD hingga sekarang. Saat SMP tidak terlalu sering, karena mereka bersekolah di tempat yang berbeda.
Adrea berbalik dan menatap Adrian secara langsung. Saat mata mereka bertemu, Adrea tertegun. Ia baru sadar akan sesuatu. Dalam novel tidak diceritakan bagaimana masa kecil dan remaja Adrian dan Adrea secara detail. Enam puluh persen isi bukunya berisi tentang pemeran utama wanita—Thania.
Adrea menelan ludahnya. Ia tidak tau kapan memorinya dan Adrea asli menyatu, tapi saat ia mencoba mengingat lagi, ia tidak bisa mengingat yang lainnya.
*
*
*
*
*
To be continue 😉
Vote dan komen kalian adalah amunisi yang membuat aku bersemangat melanjut kisah Adrea. Ini adalah langkah yang paling jauh pernah aku pijak sejauh ini. Kalian tau, mencapai bab ini benar-benar sebuah kebanggaan tersendiri bagiku.
Semoga kalian menikmati kisah Adrea. Lop you sekebon ❤️
👁️👄👁️: “Lop you sekebon katanya, tapi lop nya cuman satu”