***
Mark menatap jaemin yang makan sambil mengerjakan tugasnya
"Kenapa ga makan dulu?" Tanya mark heran
"Takutnya ga selesai bang" ujar mark
"Yang lain mana? Kenapa sepi?"
"Emang ga pernah rame" ujar jaemin seadanya lalu menyuapkan nasinya
"Maksudnya kenapa belum pada pulang?"
"Biasanya haechan masih nongkrong, kalo jeno masih latihan basket mungkin"
"Biasanya pulang jam berapa?"
"Gatau, malem mungkin" jawab jaemin
"Renjun ga makan?" Tanya mark
"Gatau, gapernah liat mereka makan" ujar jaemin santai
Mark benar benar heran, bagaimana bisa jaemin tak pernah melihat mereka makan
"Udah selesai" ujar jaemin senang
"Tidur duluan ya bang" ujar jaemin
"Eh, habisin dulu makanannya"
"Kenyaaangg" ujar jaemin lalu pergi begitu saja
Mark mendengus sebal lalu merapikan meja makan yang ditinggalkan jaemin begitu saja
Tak lama setelah ia selesai mencuci piring suara deru motor yang bersahut sahutan terdengar
Sepertinya 2 anak lainnya sudah pulang
Mark berjalan kearah ruang tamu untuk melihat siapa yang datang
Dan benar saja, dua anak laki laki yang berbadan paling besar diantara dua lainnya datang
Yang satu berbaju basket sedangkan yang satu lagi masih memakai seragam smp walau sudah sangat berantakan
Mark menatap kaget wajah haechan yang luka luka
"Siapa lo?" Tanya haechan bingung
"Itu mukanya-"
"Oh lo yang nelfon gue tadi?" Tanya haechan
Mark tanpa sadar mengangguk sedangkan jeno hanya diam saja melihat interaksi keduanya walau tak lama langsung pergi meninggalkan mereka
"Kenapa balik? Keluarga lo yang harmonis itu udah gamau rawat?" Tanya haechan sinis
Mark menatap haechan kaget, ia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu
"Minggir" ujar haechan lalu pergi begitu saja
Mark terpaku di tempatnya setelah ditinggalkan begitu saja
"Tau gitu ga gue beliin makan malam" gumam mark pelan
***
Mark masih heran dengan suasana rumah ini, ia hanya bisa berfikir kenapa mereka bisa memiliki sifat yang dingin dan kasar seperti itu
Tentunya kecuali jaemin
Namun di fikir fikir mereka semua jelas tau siapa mark, namanya, dimana dulu ia tinggal, sedangkan mark benar benar tidak tau bibit bebet bobot keempat adiknya
Wajar mereka memerlakukan mark seperti itu
Tapi mark juga tidak pernah meminta dipisahkan dari mereka?
Kenapa mereka seakan membenci mark?
Dan sejujurnya mark benar benar tidak nyaman dengan semua sifat mereka
Terlalu sok dewasa, fikirnya
Ia malah merasa mereka tidak sopan, jauh dari kata terdidik
Mark segera menggeleng mencoba menghalau fikirannya
Ia memilih untuk tidur karena besok ia harus sekolah
***
Tak jauh berbeda dari semalam, mereka juga tidak ada yang sarapan di meja makan selain jaemin
Walau hanya roti tawar dan meses si bungsu itu tampak lahap
Mark sendiri gemas melihat bagaimana pipi pink miliknya terlihat menggembung
Ketiganya baru saja turun walau tak saling sapa
"Eh, berangkat sama abang aja" ujar mark
Hanya renjun yang menoleh sedangkan jeno tampak tak mendengar karena sudah jauh sedangkan haechan benar benar tampak sok tidak perduli
"Gue naik motor aja" jawabnya seadanya
"Sarapan dulu" ujar mark
Renjun tak menjawabnya lagi karena sudah keluar rumah dan itu berhasil membuat mark kesal
"Adek sama abang aja ya?" Ujar mark membuat jaemin terbatuk seketika
"Eh" seru mark kaget melihat jaemin tersedak
"Apaansih bang! Kok manggil adek" ujar jaemin sambil tertawa
"Ya kan kamu memang adeknya abang" ujar mark heran
"Dih" ujar jaemin geli sendiri namun tak bisa ia pungkiri kalau hatinya terasa senang walau sedikit
"Ayo berangkat, keburu telat"
"Iya sabar, ini kaos kakinya ga keliatan" ujar jaemin langsung bangkit dari duduknya
***
Sepanjang perjalanan keduanya cukup banyak berbicara
Namun mark senang karena jaemin menjawab dengan ocehan yang panjang
Karena ia sendiri bukan seseorang yang jago berinteraksi
Bagi mark tingkah jaemin memang sangat menggemaskan, anak berpipi gembil nan pink itu suka sekali menjawabi pertanyaan mark
"Adek kok ga naik motor?" Tanya mark
"Gabisa, gaada yang ajarin juga, kalo yang lain kan pada diajarin sama teman temannya"
"Kenapa ga minta ajarin mereka?"
"Ngomong sama mereka aja gapernah" ujar jaemin
Mark sedikit sedih mendengarnya, padahal jaemin senang bercerita, namun sepertinya anak itu tidak punya tempat bercerita
"Mereka tuh pada cuek cuek, mentok mentok ngomong cuman sama haechan, itu juga kalo lagi ngobatin dia"
"Sering berantem ya dia?"
"Iya, tapi dari yang adek dengar dari teman teman, haechan itu paling jago berangem satu sekolahan, gaada yang berani sama dia" ujar jaemin yang sekarang sudah melabeli dirinya sebagai adek
"Jangan ditiru ya adek, gabaik berantem berantem gitu"
"Kalo adek kuat juga adek mau kaya dia, biar ga di jailin sama teman teman"
"Gaboleh gitu, orang baik disukain banyak orang"
"Gamungkin"
"Kenapa ga mungkin?"
"Ya gapapa, lagian kenapa jadi panjang gini, padahal tadi bahas motor"
"Ya gapapa, adek mau abang ajarin naik motor?"
"Engga ah, enakan naik bus, rame, naik mobil sama abang juga enak, bisa cerita cerita" ujar jaemin senang
Mark tentu tersenyum, ia selalu suka adik yang bersikap manis seperti jaemin ini
Beruntung mereka berada di satu lingkungan sekolah yang sama sehingga mark tidak perlu repot jika mengantar si bungsu
"Nanti tunggu abang pulang ya, jangan pulang duluan"
Jaemin memberikan gestur "ok" kepada mark membuat si sulung merasa gemas
Mark hanya mengusak rambut jaemin gemas lalu membiarkan adiknya itu pergi lebih dulu