RUMIT (ARTANAI)

By blungstory

528 52 15

Arta, di dunia ini, banyak hal yang mau aku bagi sama kamu. Banyak tempat yang mau aku jelajahi sama kamu. A... More

Episode 1🌻
Episode 2 🌻
Episode 3🌻
Episode 4🌻
Episode 5🌻
Episode 6🌻
Episode 7🌻
Episode 8 🌻
Episode 9
Episode 10
Episode 12
Episode 13
Episode 14
Episode 15 🌻
Episode 16🌻
Episode 17🌻
Episode 18 🌻
Episode 19🌻
Episode 20🌻
Episode 21🌻
Episode 22🌻
Episode 23🌻
Episode 24 🌻
Episode 25🌻
Episode 26🌻
Episode 27🌻
Episode 28🌻
Episode 29🌻
Episode 30🌻
Episode 31🌻
Episode 32🌻
Episode 33🌻
Episode 34🌻
Episode 35🌻
Episode 36🌻
Episode 37🌻
Episode 38🌻
Episode 39🌻
Episode 40🌻
Episode 41🌻
Episode 42🌻
Episode 43🌻
Episode 44🌻
Episode 45🌻
Episode 46🌻
Episode 47🌻
Episode 48🌻
Episode 49🌻
Episode 50🌻
Episode 51🌻
Episode 52🌻
Episode 53🌻

Episode 11

9 0 0
By blungstory

Halo, gimana episode sebelumnya?? Gimana menurut kalian sosok Arta?? Semoga ceritanya dapat menghibur, ya.

Oiya, di akhir episode ini, aku bakal kasih liat visual Arta, Rinai dan Lora ke kalian....

Happy reading all.......

"Ternyata, kamu adalah perjalanan paling rumit yang tidak bisa ku lewatkan"
-Rinai-

Bel pulang sekolah berbunyi. Namun, Rinai masih terdiam dan menatap layar ponselnya lama. Hingga tiba-tiba Lora datang dari luar dan berjalan menghampiri Rinai. melihat apa yang tengah Rinai perhatikan didalam ponselnya, Lora sontak tersenyum dan menyenggol bahu Rinai pelan. Membuat gadis itu menoleh kaget kearah Lora.

"Call aja, Rin, kalo ga dibales mah."

Rinai hanya mendengus sebal mendengar ucapan Lora, "Ngapain juga aku call, orang aku gak sengaja liat room chat random aja."

Lora tertawa mendengarnya, benar-benar lucu melihat Rinai yang berusaha mencari alasan agar tidak ketahuan sedang menunggu balasan pesan dari Arta.

"Ngeles mulu lo, gak seru," ujar Lora sambil terkekeh pelan.

Lagi-lagi, Rinai hanya mendengus sebal. Sementara Lora masih menertawakan Rinai. hingga kemudian, Lora menarik tangan Rinai dan mengajaknya untuk keluar kelas karena sekolah mulai sepi.

Ditengah-tengah perjalanan menuju parkian sekolah, tiba-tiba Lora menanyakan sesuatu yang membuat Rinai cukup terkejut mendengarnya. "Lo udah deket banget sama Arta, ya, Rin?".

Rinai bingung bagaimana menjawab pertanyaan Lora, karena dia juga tidak tahu tentang kedekatannya dengan Arta. "Iya deket, kaya temen deket biasa aja, Ra."

Lora hanya menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Rinai. membuat Rinai menatapnya heran, "Kenapa tanya gitu, Ra?"

Lora sontak menoleh kearah Rinai dan tersenym kecil, "Enggak, gue Cuma nanya aja, siapa tau lo udah ada rasa sama dia."

Rinai menoleh kaget kearah Lora, entah kenapa perihal rasa Rinai belum terbiasa untuk membahasnya, meskipun pada teman dekatnya sendiri. Padahal,ini bukan pengalaman pertama bagi RInai untuk jatuh cinta. Karena sebelumnya, Rinai pernah merasakan sebuah rasa yang biasa disebut cinta monyet pada masanya kala itu.

"Kenapa kaget banget dah?" tanya Lora sambil tertawa. Membuat Rinai menatap Lora dengan tatapan sedikit kesal. Lora kembali terdiam setelah tidak mendapat jawaban dari Rinai. Sepertinya, Lora pun sudah mendapat jawabannya dari mimik wajah Rinai.

Mereka pun tiba di parkiran membuat Rinai kembali menatap ponselnya, berharap ada pesan masuk dari Arta, karena Arta sudah janji akan menjemputnya sore ini. Namun, sejak tadi tidak ada pesan masuk dari Arta, bahkan pesan terakhir dari Rinai belum dibalasnya, membuat Rinai sedikit gelisah. Lora yang menyadari hal tersebut hanya bisa menghela napasnya pelan.

"Coba lo telepon, Rin." ujar Lora setelah melihat kegelisahan dari wajah Rinai.

Rinai menoleh kearah Lora, "Gapapa emangnya?"

"Lho, kenapa? Gapapa lah, dia udah janji sebelumnya kan sama lo buat jemput?"

Rinai hanya mengangguk pelan. Lora kembali mengatakan sesuatu yang membuat Rinai menatapnya heran. "Rin, inget sama yang gue bilang waktu itu ya."

"Soal jangan terlalu cepet jatuh hati?" Tanya Rinai memastikan.

Lora mengangguk pelan, "Gue gak ngelarang lo buat jatuh cinta sama siapapun, Rin, gapapa banget malah. Cuma saran gue jangan semua hal tentang dia lo gunain pake hati. Jangan sampe lo salah orang buat ngasih ketulusan lo. "

Dalam hati Rinai membenarkan ucapan Lora. Namun, Rinai juga heran kenapa Lora seolah-olah begitu membatasinya untuk tidak terlalu dekat dengan Arta. Membuatnya berfikir kalo Lora sudah kenal Arta sejak lama.

"Kamu udah kenal Arta sebelumnya, ya, Ra?" Rinai bertanya pelan.

Lora menjawab dengan santai, "Engga, kenapa nanya gitu?"

"Ya kamu kayanya berusaha ngejarakin aku sama dia seakan-akan kamu kenal sama dia."

"Nah, justru itu, karena kita belum tau dia orangnya kaya gimana makanya lo harus hati-hati, Rin." jelas Lora. Rinai hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Tak lama kemudian, Rinai dan Lora dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba saja menghampiri mereka berdua, tiba-tiba seseorang itu berada di samping Rinai sambil mengendarai motor vespa yang sudah sangat Rinai kenali. Rinai sontak kaget menoleh kearah seseorang itu dan seketika tersenyum ketika melihat seseorang itu yang ternyata Arta.

"Ngagetin aja, Ta." ucap Rinai.

"Lama gak nungguinnya?" tanya Arta.

Rinai menggeleng pelan, "Enggak kok, ini baru aja keluar kelas."

Arta tersenyum mendengarnya. Sedangkan Lora kini menatap keduanya sambil tersenyum kecil. Yang membuat Arta sontak menoleh kearah Lora yang kini juga sedang menatap kearahnya.

"Hai, Lora. Gue bawa Rinai nya, ya" ucap Arta pada sahabat Rinai itu.

Lora mengangguk, "Jaga temen gue, ya. Awas balik-balik lecet gue cari rumah lo."

Sontak Rinai melotot kearah Lora, sedangkan Arta hanya tertawa sambil mengangguk tanda setuju dengan ucapan Lora.

"Udah sana pergi, gue nanti dijemput bokap." ucap Lora.

Rinai pamit pada Lora begitupun dengan Arta, kemudian mereka pergi meninggalkan Lora yang masih terdiam di area parkiran sekolah sambil menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sebelum pergi, Arta menoleh kearah Lora, begitupun sebaliknya , dan hal itu terjadi tanpa sepengetahuan Rinai. Lora menatap Arta dengan tatapan penuh arti, seolah menyimpan banyak hal yang tidak diketahui oleh siapapun termasuk Rinai. Sementara Arta hanya membalas Lora dengan tatapan datar. Entah apa yang sebenarnya terjadi dibalik semua ini. Begitu banyak sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dan hanya bisa disembunyikan oleh masing-masing yang bersangkutan.

^^^

Di perjalanan, Rinai mulai bercerita tentang beberapa hal yang terjadi hari ini disekolah. Tentang siswa yang bertengkar dikelasnya, ujian mendadak, semua diceritakan oleh Rinai. Arta dengan senang hati mendengar semua cerita Rinai sambil sesekali ikut menimpali ceritanya. Hingga tiba-tiba Rinai teringat ada hal yang harus dia katakan pada Arta.

"Oiya, Ta."

Arta sedikit menoleh kesamping untuk mendengar Ucapan Rinai, "Kenapa, Nai?"

"Tadi ada pengumuman lomba olimpiade matematika, tapi pas aku liat dari angkatan kita, bukan kamu. Kenapa gak ikut, Ta?" Rinai bertanya.

Arta cukup lama terdiam mendengar pertanyaan Rinai, "Oiya? Udah ada yang wakilin, ya?" Arta bertanya balik pada Rinai.

"Iya udah ada, aku kira kamu bakal ikut. Lagian sih bolos sekolah terus kamu." ucap Rinai sambil memukul bahu Arta pelan.

Arta sontak tertawa mendengar penuturan Rinai, "Lho, apa hubungannya, Nai? Dulu juga gue sering bolos tapi tetep ikut lomba kok"

"terus, sekarang kenapa gak ikut?" Rinai kembali bertanya.

"Biar yang lain ngerasain juga, masa gue terus." jawab Arta santai.

"Tapi, yang lain belum tentu pasti menang kaya kamu, Ta"

"Iya bener, karena gue udah pasti menang, jadi rasa greget nya juga udah gak ada, kaya biasa aja gitu karena gue yang main. Tapi kalo yang lain kan belum tentu menang. Nah biar semangat dan ada sensasi baru, makanya yang lain aja yang jadi peserta kali ini." Jelas Arta. Rinai hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya.

Keduanya saling diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga tiba-tiba Arta teringat sesuatu dan kembali membuka suara. "Lo temenan sama Lora udah lama, Nai?"

Rinai mengangguk pelan, "Iya udah lama, dari masuk SMA sih."

Arta kembali diam, membuat Rinai menatapnya bingung, "Kenapa, Ta?"

"Gapapa, Nai. Gue nanya aja, kayanya Lora deket banget sama lo." jawab Arta.

Rinai hanya diam mendengar jawaban Arta. Keduanya kembali terdiam.

Hingga tiba akhirnya mereka sampai dirumah Rinai, Arta lebih dulu turun dari motornya yang kemudian diikuti oleh Rinai. Kini Arta berdiri menghadap kearah Rinai yang tengah berdiri di depan pagar rumahnya. Arta menatap gadis cantik yang berada dihadapannya sambil tersenyum kecil, membuat Rinai menatapnya bingung. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa Rinai senang ditatap seperti itu oleh Arta.

"Oiya, hari ini kamu beneran gak dateng ke sekolah, Ta?" Rinai bertanya, seketika dia teringat hari ini tidak melihat Arta beradad disekolah.

Arta memasang wajah seolah sedang memikirkan pertanyaan Rinai, "Bolos sekali-kali gapapa kan, Nai?"

Sontak Rinai menatapnya tajam, "Mana ada sekali-kali, kamu mah udah sering bukan?"

Arta tertawa pelan mendengarnya, "Masuk gue, tenang aja."

"Kok aku gak liat kamu?" tanya Rinai.

"Hm, gue liat lo kok, duduk dikelas baca buku." jawab Arta santai. Rinai terdiam seolah mempercayai ucapan Arta, meski tetap memasang wajah tidak percaya. Hal itu membuat Arta tertawa karena melihat wajah Rinai yang terlihat menggemaskan di mata Arta.

"Gue beneran masuk, Nai. Lo tanya coba sama temen kelas gue kalo gak percaya." Arta menjelaskan setelah melihat Rinai yang terlihat masih tidak percaya padanya.

Rinai yang mendengar ucapan Arta hanya menatap lelaki yang kini tengah menatapnya sambil tersenyum dengan tatapan datar, "Iya, aku percaya."

Mereka terlalu asik mengobrol hingga tidak menyadari bahwa sejak tadi Rendi sedang memperhatikan mereka berdua dari depan pintu rumahnya. Menatap keduanya dengan tatapan datar layaknya seorang ayah pada umumnya yang melihat anak gadisnya bersama seorang lelaki. Namun, dalam hati Rendi, ada sedikit kehangatan melihat Rinai yang terlihat ceria bersama seorang lelaki lain selain bersamanya dan Regan. Dan seketika, dia teringat putra sulungnya yang saat ini berada ditempat yang terjangkau, namun sulit untuk dibawa kembali. Seorang putra yang sejak kecil memiliki jiwa yang semangat dalam mempelajari banyak hal, dan kini putranya mampu membuktikan bahwa didikan orang tuanya adalah yang terbaik. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa Rendi tidak bisa mengembalikan putranya kedalam rumah ini. Dia tidak bisa membawa Regan untuk kembali bersama kedalam rumah yang telah menciptakan banyak kenangan selama ini. Perselisihan antara Regan dengan Rinai tidak bisa membawa Regan untuk kembali. Tak jarang Rendi merasa bersalah atas pertengkaran kedua anaknya, meski itu murni bukan kesalahannya. Rendi merasa tidak bisa mendamaikan keduanya meski seringkali dia berusaha. Karena masalahnya ada di Rinai, putri bungsunya yang sampai saat ini tidak bisa menerima Regan kembali. Mungkin, pada kesempatan lain ketika hatinya tergerak untuk memaafkan Regan, atau mungkin memang tidak akan pernah.

Arta yang tiba-tiba menyadari keberadaan Rendi seketika menoleh kearah pintu rumah Rinai, yang membuat Rinai ikut menoleh kearah pinru rumahnya. Mereka sedikit terkejut melihat Rendi yang kini hanya terdiam menatap keduanya tanpa berbicara sepatah katapun.

Perlahan, Arta menghampiri Rendi sambil berusaha tersenyum, "Misi, Om." Sapa Arta sambil menyalami Rendi.

"Masuk." ucap Rendi entah untuk Rinai atau justru Arta. Hal itu membuat keduanya saling menatap bingung.

Rendi menyadari kebingungan di antara keduanya, "Kalian berdua masuk"

Rinai pun masuk kedalam mengikuti Ayahnya yang telah lebih dulu masuk mendahului keduanya, yang kemudian diikuti oleh Arta yang ikut masuk kedalam. Didalam, Arin menghampiri ketiganya yang kini tengah duduk di sofa ruang tamu sambil tersenyum cantik. Arta menatap Arin dengan tatapan kagum karena melihat betapa anggunnya wanita yang kini duduk disamping Rendi tepat dihadapannya. Hal itu disadari oleh Rendi yang sontak berdehem pelan, dan membuat Arta sedikit terkejut mendengarnya.

Rendi mulai membuka suaranya dengan tenang, namun terdengar menyeramkan di telinga Rinai, "Kamu temenan sama Rinai udah berapa lama?"

Arta kemudian menjawab, "Udah beberapa minggu ini, Om."

Rendi menganggukkan kepalanya, sementara Rinai yang kini masih diam disamping Arta menatap Ayahnya dengan takut. Baru kali ini Rinai memiliki teman cowok yang beberapa kali datang kerumahnya. Karena Rendi tahu, Rinai adalah sosok yang sulit untuk membuka diri. Hal itu bisa dilihat dari Rinai yang selama ini yang tidak memiliki banyak teman, sejauh ini hanya Nilam dan Lora. Sehingga Rendi heran bagaimana pria yang kini ada dihadapannya bisa mampu masuk ke hidup Rinai.

"Rin, Kamu masuk ke kamar," perintah Rendi pada Rinai.

Rinai cukup terkejut dengan ucapan Ayahnya, takut membantah namun tidak mungkin meninggalkan Arta sendiri bersama kedua orang tuanya yang entah akan membicarakan apa pada Arta.

"Masuk, Rin. Nanti kalo Arta mau pulang Ayah panggil kamu lagi ke bawah." Lanjut Rendi ketika melihat putrinya yang terlihat enggan masuk kedalam kamar. Namun, hati Rinai sedikit menghangat ketika mendengar nada suara Rendi yang tidak sedingin tadi. Seolah memberi tanda bahwa Rendi tidak terlalu mempermasalahkan pertemanannya dengan Arta.

Sesuai perintah sang Ayah, Rinai pun pergi meninggalkan semua orang yang berada di ruang tamu. Arta tersenyum kecil melihat Rinai yang sedang berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Baginya, Rinai terlihat lebih indah ketika bersama kedua orang tuanya.

Rendi menyadari tatapan Arta yang tengah menatap putrinya lantas membuka suara kembali, "Kamu kenal Rinai di sekolah?"

Arta kembali menatap Rendi dan menjawab pertanyaan lelaki yang ada di hadapannya dengan sopan, "Enggak, Om, waktu itu saya gak sengaja ketemu Rinai di perpustakaan deket sekolah, ternyata Rinai emang sering kesana, Om"

"Rin, kamu ke kamar juga, gih. Biar aku ngobrol berdua dulu sama Arta." ucap Rendi tiba-tiba kepada istrinya. Arin cukup terkejut karena merasa suaminya akan membahas hal yang cukup serius pada Arta, begitu pun Arta, juga sama terkejutnya mendengar ucapan Rendi.

"Lho? Aku masuk juga nih?" Arin bertanya dengan sedikit protes.

Sambil tersenyum, Rendi menjawab istrinya dengan lembut, "Iya, kamu masuk dulu, gantian ngobrol nya sama Arta, kan tadi kamu bilang Arta udah pernah kerumah, berarti udah ngobrol sama kamu dong?"

"Iya, sih" jawab Arin pelan. Arta tersenyum melihat keduanya yang tampak begitu manis.

"Nah, yaudah sekarang giliran aku, kamu masuk dulu ke kamar ya" ucap Rendi. Kemudian, Arin masuk kedalam kamar meninggalkan Rendi dan Arta yang kini kembali terdiam. Cukup lama tidak ada yang membuka suara satu sama lain. Arta bingung harus membicarakan apa, sementara Rendi seperti tengah memikirkan sesuatu dikepalanya.

Hingga tiba-tiba, Rendi menanyakan sesuatu yang membuat Arta sangat terkejut mendengarnya, "Saya tau kamu, Arta."

"Maksud, Om?" tanya Arta dengan heran.

Rendi terdiam lagi, kemudian kembali membuka suaranya, "Kamu salah satu temen Regan yang tahun lalu ada di kejadian itu kan?"

Bagai petir di siang bolong, Arta benar-benar dibuat terkejut dengan pertanyaan Rendi yang tidak pernah Arta bayangkan sebelumnya. Bagaimana mungkin ada seseorang yang kembali mengungkit kejadian itu disaat Arta dengan keras berusaha melupakan semuanya? Kenapa dia tidak bisa benar-benar lepas dari semua masa lalu menyakitkan itu? Arta hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan Rendi yang kini menatapnya dengan datar. Arta bingung, bagaimana Rendi bisa mengenal Regan dan persoalan tentang masa lalunya?.

"Saya ayahnya Regan dan Rinai adik kandung Regan, kalo itu yang buat kamu bertanya-tanya sekarang." ucap Rendi seolah tahu apa yang ada di pikiran Arta.

Arta lagi-lagi dibuat terkejut dengan pernyataan yang baru saja dia dengar, "Maaf, Om. Saya pergi dulu. Maaf sebelumnya." ucap Arta sambil beranjak dari duduknya hendak pergi meninggalkan Rendi.

Rendi ikut berdiri ketika melihat Arta yang ingin keluar dari rumahnya, sebelum keluar, Rendi kembali membuka suara, "Setelah kamu tahu Rinai adik Regan, apa kamu masih mau berteman sama putri saya?"

Arta mendengar pertanyaan Rendi, namun hanya diam dan pergi begitu saja meninggalkan seorang lelaki paruh baya yang kini menatap kepergiannya dalam diam. Pikiran Arta kalut saat ini. Sebuah kenyataan menamparnya seketika. Dalam perjalanan, Arta kembali teringat pertemanannya dengan Regan yang tidak akan dia lupakan sampai saat ini. Bagaimana kebaikan Regan yang selalu membuat Arta kagum padanya. Namun, kejadian satu tahun yang lalu menghancurkan semuanya. Banyak kehilangan yang harus Arta terima hari itu. Bukan hanya Arta, tapi semua yang terlibat didalamnya.

Disinilah sisi Arta terlihat. Dimana Arta yang tidak mampu menceritakan apa yang terjadi pada hidupnya, sehingga dia harus menyimpannya sendiri. Arta yang selalu berpikir bahwa dia bisa melewatinya tanpa harus siapapun tahu apa yang terjadi padanya. Namun, terkadang dia lupa, bahwa dunia memiliki berbagai bagian yang berhak tahu rahasia manusia, termasuk Arta. Ketika sebagian bumi menyembunyikan, adakalanya bagian bumi itu harus membongkar rahasia kepada bagian bumi yang lain, hanya untuk memberi tahu bahwa ada manusia yang sebenarnya tidak sekuat itu untuk menahan semuanya sendiri.

Mungkin ini yang disembunyikan Arta dari bagian bumi yang tidak mengetahui. Bahwa Arta memiliki masa lalu yang menyakitkan, yang tidak bisa dia bagikan pada siapapun. Termasuk keluarganya. Atau mungkin, ada rahasia lain yang masih Arta simpan? Entahlah, mungkin Arta akan tetap menyimpannya sampai dia lelah dan tahu kapan harus mengungkap semuanya.

Arta, terkadang, tidak semua hal harus disembunyikan.

ARTA RIONALDI

RINAI SENJANI

LORA

Bersambung......


Gimana menurut kalian episode kali ini?

Tunggu kelanjutan ceritanya di episode selanjutnya, ya, yang pastinya bakal lebih seru.....

Jangan lupa baca versi alternatif universe nya di instagram, yaa...


Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 55K 39
DON'T COPY MY STORY. FOLLOW SEBELUM BACA, YA. BANYAK HAL TOXIC, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! [17+] **** Kedatangan Characella kembali ke kota kelahir...
AV By s h e y

Teen Fiction

3M 251K 44
Sequel ALTHAIA. Asgara Ardew Lazarus. Pria dingin anti sosialisasi ini menyebut perempuan adalah mahluk yang merepotkan, kecuali Mommy tersayang nya...
284K 24.9K 57
Jika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang m...
1.6M 55.8K 58
-please be wise in reading- βˆ† FOLLOW SEBELUM MEMBACA βˆ† Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...