U&I (TAMAT)

By SquirrelOlaf

6.2K 1K 894

Ugi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi... More

U&I-Chapter 1
U&I-Chapter 2
U&I-Chapter 3
U&I-Chapter 4
U&I-Chapter 5
U&I-Chapter 6
U&I-Chapter 7
U&I-Chapter 8
U&I-Chapter 9
U&I-Chapter 10
U&I-Chapter 11
U&I-Chapter12
U&I-Chapter 13
U&I-Chapter 14
U&I-Chapter 15
U&I-Chapter 16
U&I-Chapter 17
U&I-Chapter 18
U&I-Chapter 19
U&I-Chapter 20
U&I-Chapter 21
U&I-Chapter 22
U&I-Chapter 23
U&I-Chapter 24
U&I-Chapter 25
U&I-Chapter 26
U&I-Chapter 27
U&I-Chapter 28
U&I-Chapter 30
U&I-Chapter 31
U&I-Chapter 32
U&I-Chapter 33
U&I-Chapter 34

U&I-Chapter 29

146 26 11
By SquirrelOlaf

Margaret membawa Ugi dan Iwen ke apartemen yang masih kosong, karena belum ada yang membeli atau menyewa, masih di gedung yang sama. Harapan Ijong, sang Mama mengizinkan pacarnya menempati apartemen itu. Bukan suatu hal yang mustahil karena memang gedung itu milik orangtua Ijong yang punya bisnis di bidang properti. Namun, bisa juga sekedar untuk bicara lebih private, tanpa pengawasan anak lelaki dan keponakannya, yang pastinya ga akan tinggal diam selama pacar mereka diinterogasi.

"Kalian jangan ikut masuk, Mamak mau bicara sama pacar kalian. Pembicaraan antara wanita, paham!" tegas Margaret menghentikan kedua cowok berperawakan tegap itu di depan pintu.

"Pacar Ijong jangan dimarahin ya, Ma!"
seru Ijong sebelum pintu benar-benar tertutup.

"Pacar Choky juga, Tan!" timpal Choky.

Ijong mengembuskan napas kasar. "Kenapa Mamak ga bialng dulu kalau mau datang. Jadi ribet gini kan." Ijong mengacak rambutnya frustrasi.

"Udah, percayakan semua sama Nyokap lo. Urusan wanita, biar wanita yang menyelesaikan. Percaya deh, mereka akan baik-baik saja. Ga mungkin ada yang mampu nolak aura malaikat cewek-cewek manis kesayangan kita."

"Gimana kalo Mamak ngelarang gue pacaran sama My Baby Bear Brigita, hancur sudah dunia persilatan, Chok."

Choky menggaetkan lengan ke pundak Ijong, menggiringnya kembali ke apartemen. "Gue aja percaya. Masa, lo ga percaya sama Mamak sendiri."

.
.

Dua gadis belia itu tampak canggung berhadapan dengan Margaret, apalagi Ugi yang kelak akan jadi menantunya, 'seandainya' benar-benar berjodoh dengan Ijong.

"Ini Tante tadi beli kue. Kalian suka kue kan?" Margaret membuka sekotak macaroon, disuguhkannya di atas meja. Dari packaging-nya yang rapih dan cantik, sudah bisa dipastikan kalau kudapan manis itu dibeli bukan dari toko kue sembarangan.

Ugi dan Iwen tak menyangka sikap Margareth yang semula tegas bisa berubah seramah ini. Memang bisanya orang yang blak-blakan itu sebenarnya memiliki hati yang murni.

"Suka, Tante," jawab keduanya kompak, namun masih segan untuk mengambil yang disuguhkan.

"Ayo, dimakan!" tawar wanita yang masih tampak cantik meski di usianya yang sudah bisa dibilang tak lagi muda. Tampilannya elegan, layaknya pebisnis sukses. Bukan dari barang-barang mewah yang ia kenakan, tapi auranya yang membuatnya tampak berkelas.

"Iya, Tante, Terima kasih."

Ugi merasa aneh karena Iwen bisa mengambil kue di meja tanpa meraba-raba ataupun meminta bantuannya.

"Warna pastelnya soft banget, cantik ya, Gi," bisik Iwen yang gemas dengan warna-warni kue asal Perancis itu.

Ugi mengernyit, terpaku menatap heran sahabatnya. -Kok, Iwen tau, macaroon ini warna pastel, bukannya dia....

"Wen, kamu---"

Iwen mengangguk, ia tahu apa sebab dari tatapan heran itu. "Iwen sudah bisa melihat lagi, Gi," jujurnya dengan senyum merekah.

"Serius?" Ugi melotot hampir tak percaya.

Iwen kembali mengangguk.

"Syukurlah, Wen." Ugi ikut senang dengan kabar baik itu.

"Dari tadi Tante sedang mengingat-ingat. Tenyata Tante sekarang ingat, kalian dari Bandung, kan?"

Ugi dan Iwen saling pandang. Dalam benak bertanya-tanya, kenapa Margaret bisa tahu asal mereka.

"Benar, Tante," jawab Ugi. "Dari mana Tante tahu?"

"Kalian tidak ingat Tante?" Margaret mencondongkan posisi duduknya, sedikit ke depan, agar dua gadis itu bisa melihat wajahnya lebih jelas.

"Apa Tante salah satu donatur di panti kami?" Sepertinya Iwen menyadari lebih dulu meski tidak terlalu yakin.

"Benar," angguk Margaret dengan senyum lembut.

Margaret memang donatur di beberapa panti asuhan di Jakarta dan Bandung. Sudah hampir tiga tahun ia tak datang ke panti yang dikelola Emih Ratna itu karena kesibukannya. Namun, dana sumbangan selalu mengalir setiap bulan. Anak-anak panti mungkin hanya melihatnya sekilas-sekilas saja, termasuk Iwen dan Ugi. Karena Margaret kalu ke panti tak pernah lama. Wajar, orang sibuk.

"Bahkan lebih dari itu. Tante tahu asal-usul kalian, yang tak pernah diketahui siapa pun. Termasuk pengurus panti kalian," ungkpnya mengejutkan.

Ugi dan Iwen makin tercengang. Benarkah wanita di hadapan mereka ini akan membawa mereka pada orangtua kandung yang sudah sangat mereka rindukan?

"Nama kalian Brigita Harmony dan Qwenzy Melody.... Kalian lahir 5 Februari 1994, sembilan belas tahun lalu...."

Perkataan demi perkataan Margaret semakin membuat Iwen dan Ugi terkaget-kaget. Sipakah gerangan orang di hadapan mereka ini, sampai bisa tahu identitas mereka sedetail ini. Bahkan, selama ini tak ada yang tahu persis hari ulang tahun mereka. Di akta kelahiran saja tertulis mereka lahir pada tanggal 1 Februari, karena Emih Ratna hanya mengira-ngira, saat ditemukan di depan panti, usia meraka diperkirakan baru satu bulan.

"Tante, sebenarnya Tante ini siapa? Kenapa tahu semua tentang kami?" Ugi mulai tak sabar, ingin tahu siapa sosok yang tahu segalanya tentang mereka ini.

Margaret berdiri dari duduknya, mendekati dua gadis yang sedang  menatapnya penuh tanda tanya. Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca, menyentuh pipi Ugi dan Iwen penuh haru. Genangan hangat itu tak terbendung lagi. Ia kecupi kening keduanya bergantian, membawa mereka ke dalam pelukan yang begitu erat.
Selama beberapa saat tak ada kata-kata. Tangis Margaret pecah, begitu emosional, seperti menumpahkan kesedihan yang sudah terpendam begitu lama.

"Dia mirip sekali dengan kau." Margaret menatap Iwen lekat-lekat. "Mata, hidung, bibir, dan kulit kau yang seputih salju, kau semua yang mewarisinya."

"Tante, tolong jangan membuat kami bingung. Siapa Tante sebenarnya?" desak Ugi yang semakin tak sabar.

"Tante adalah...." Sulit sekali untuk Margareth berkata-kata karena dadanya yang terasa sesak ".... Sahabat Mama kalian. Kalian terlahir sebagai bayi kembar dari rahim seorang Ibu bernama Becky Walandouw. Kami dulu berteman karena kebetulan satu gereja. Dan sama-sama sebagai mahasiswi perantauan di Jakarta. Tante dari Medan sementara Mama kalian dari Manado."

Ternyata apa yang mereka duga selama ini benar, kini terkuak Ugi dan Iwen adalah anak kembar.

"Ternyata dugaan Iwen selama ini benar, kita saudara kembar, Gi."

Ugi dan Iwen berpelukan erat, berbagi emosi campur aduk di dalam dada. Akhirnya misteri kehidupan mereka terpecahkan.

Iwen menyeka air mata di sudut matanya, yang sebenarnya tak kunjung berhenti terus menetes. "Apakah Tante bisa mengajak kami bertemu Mama?"

"Iya, Tante, kami sudah sangat rindu ingin tahu sosok yang telah melahirkan kami."

Tangis Margaret makin menjadi, dua gadis belia itu kembali dipeluknya erat. "Dengan sangat menyesal Tante harus mengatakan, Mama kalian sudah di surga, Nak."

Sore yang mendung itu menjadi sore kelabu di hati mereka, pupus sudah harapan gadis kembar itu untuk bisa berjumpa dengan wanita yang melahirkan mereka ke dunia ini.

"Kapan meninggalnya, Tante?" tanya Ugi dengan suara gemetar. Meski terlihat tegar dari luar, sejujurnya dalam hati, Ugi adalah seseorang yang sangat perasa.

"Sebulan setelah melahirkan kalian."

"Kalau Tante tahu Mama kami, pasti Tante juga tahu siapa Papa kami?" Rasa penasaran Iwen semakin membuncah. "Apakah Papa kami masih hidup?"

Margaret berulang kali menghala nepas dalam-dalam untuk menceritakan hal pahit yang harus mereka dengar.

"Tante akan menceritakan dari awal. Selain untuk meneruskan pendidikannya, Becky datang ke Jakarta untuk mengejar mimpinya yang lain, yakni menjadi penyanyi. Cita-cita itu didukung dengan bakatnya yang luar biasa di bidang tarik suara. Suara Mama kalian sangat bagus. Dia aktif sebagai penyanyi gereja, dan jika ada acara-acara pertunjukkan musik di kampus dialah yang selalu dipercaya untuk tampil mengisi acara...."

Ugi dan Iwen saling tatap sejenak, yang dipikirkan mereka sama, ternyata bakat bermusik dan vocal mereka diturunkan dari sang Mama.

".... Sampai suatu saat, teman kami mengenalkannya pada seorang produser musik bertangan dingin di salah satu label rekaman ternama, yang selalu berhasil mengorbitkan penyanyi-panyanyi besar. Singkat cerita, Becky lolos persyaratan yang diajukan perusahaan tersebut dan ia pun menjalani masa pelatihan untuk mengasah bakatnya sebelum benar-benar diorbitkan menjadi penyanyi. Suatu ketika, di bulan kedua pelatihannya, Becky menemui Tante, dia bilang sedang menjalin kedekatan dengan produsernya sendiri. Pria berdarah Tionghoa yang usianya terpaut 10 tahun di atasnya. Belum pernah Tante lihat wajah Mama kalian seceria itu, sepertinya dia benar-benar jatuh cinta pada pria itu. Setiap minggu, di sela-sela kesibukan, kami selalu menyempatkan waktu untuk bertemu. Dan yang Becky ceritakan selalu pria itu. Katanya, dia pacar yang sangat royal karena di ulang tahunnya ke-22, pacarnya menghadiahkannya sebuah mobil mewah. Sebagai sahabat, Tante ikut senang dengan kebahagiaan Becky. Sampai akhirnya kami kehilangan kontak selama berbulan-bulan...."

Continue Reading

You'll Also Like

73.4K 9.5K 20
"Kenapa tidak pesan saya lagi?" harusnya, suara pria bernama Zahair Tobyas itu terdengar indah dan memesona- Jaka selalu berdegup kencang mendengar s...
3.2K 201 18
Publish 24 Januari 2019. ________________________________________________________________ Semua tragedi adalah menakutkan "Kadang warna kehidupan ber...
16.3K 2.5K 43
Never Let around ruin me But i feel like ruin's ruin me Arrow holes that never close From Cupid on a shooting spree Feeling stupid cause i know...
8.4K 760 9
Diterjemahkan dari "BEHIND THE KING: ETERNAL MONARCH" karya zakilou Mereka berdiri di lorong kecil, dikelilingi sepatu-sepatu yang tersebar di lantai...