Hello, hari ini gw update 1 part lagi!
Senin depan gw dapat jatah shift pagi. Gw sengaja update hari ini, takutnya minggu depan gak bisa update. Mana gw suka ngantuk berat kalau dapat jatah shift pagi :')
HAPPY READING FOR YOU ALL. SORRY FOR TYPO AND HOPE YOU LIKE THIS CHAPTER 🤍
Jangan lupa ninggalin vote + coment dungs. Biar gw semangat updatenya 🙂
➖➖➖➖
Jessamine merapatkan hoodie zipper berwarna maroon ke tubuhnya. Dinginnya udara malam sungguh menusuk tulang rusuknya. Padahal jam masih menunjukkan pukul 7 malam, mengapa suasananya begitu sepi seperti jam 10 malam?
Jessa menengadahkan kepalanya, dilihatnya langit yang mendung. Buktinya ribuan bintang yang senantiasa menemaninya saat perjalanan pulang dari tempat kerjanya, kini tak menunjukkan penampakannya.
Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi 'Reline's Food', sebab ada 1000 nasi kotak yang harus siap dikirim pada pukul 6 petang. Belum lagi orderan - orderan lain yang datang mendadak, tak heran Jessa yang biasanya sampai di rumah pukul 7 tepat harus menunda kepulangannya.
Meski begitu, Jessa tetap bersyukur sebab Jasmine si pemilik catering memberi uang lembur lumayan banyak.
Sebelum pulang, Jessa menyempatkan diri mampir ke minimarket berlogo biru. Stok pembalutnya habis, Jessa merasakan tamu bulanannya akan datang dalam waktu dekat. Belakangan ini ia gemar menyantap makanan bercitra rasa pedas.
Jessamine berkeliling untuk mencari pembalut bersayap yang biasanya ia gunakan, tak lupa dirinya mengambil obat pereda nyeri haid. Sekedar berjaga - jaga jika nyeri yang menyakitkan itu datang sewaktu - waktu.
Setelah kebutuhan pentingnya terpenuhi, Jessa melangkah menuju jajaran snack. Iris matanya berbinar ketika ia tak sengaja menangkap sebungkus kripik kentang dengan varian rasa pedas.
Tangan Jessa bergerak untuk meraih bungkus berwarna merah itu, namun tiba - tiba...
Tap....
Dalam hitungan kurang dari 5 detik, aliran listrik di minimarket padam.
Jessamine mengedarkan pandangannya, semuanya terlihat gelap. Tak ada secercah cahaya pun, cewek itu meraba tasnya.
Sial!
Handphonenya ketinggalan di rumah sebab ia charger sepulang sekolah tadi.
🍂🍂🍂🍂
Jessa meraba - raba sekitarnya, ia berdecak kesal begitu keranjang yang dicarinya tak kunjung ia temukan. Cewek itu melangkah maju sambil meraba - raba sekitarnya.
Di detik kemudian, tiba - tiba ia menabrak benda yang lumayan keras.
Bruk...
Terdengar suara bedebum di lantai, Jessamine merasa jika ia sedang menduduki sesuatu.
Bersamaan dengan itu listrik menyala, suasana minimarket yang gelap gulita kini berubah menjadi terang. Dugaan Jessa benar, ia jatuh dan menduduki paha si pemilik jeans robek itu.
Perlahan Jessa mendongakkan kepalanya, jantungnya seakan mau copot saat matanya tak sengaja menatap wajah si cowok.
Cowok?
Iya, cowok!
Jessa buru - buru bangkit dari posisi memalukannya. Perasaannya bercampur antara terkejut, bingung, kesal, dan malu.
'Ya Allah, Jessa mau tenggelam dalam lubang aja!' batinnya.
Di tengah rasa bingungnya, Jessa kembali dikejutkan dengan gumaman yang keluar dari si jeans hitam robek.
"Dari pada ngelamun, bantuin gue berdiri dong!" celetuknya.
Refleks Jessa mengulurkan sebelah tangannya, membantu cowok itu berdiri sesuai permintaannya.
"Makasih," ucap si cowok.
Jessamine menundukkan kepalanya, "maafin saya mas, tadi gelap, saya gak lihat." ucapnya penuh sesal.
Tanpa Jessa ketahui, si cowok tersenyum samar. "No problem, mungkin guenya juga kurang hati - hati."
Jessamine membungkukkan badannya sebagai isyarat tak enak hati, "saya permisi mas." Ia membalikkan badannya.
Belum sempat Jessa mengambil langkah, ia merasakan ujung hoodienya ditarik. Sontak Jessa memandang si pelaku.
Tampan, satu kata yang terlintas dalam benak Jessa saat pandangan mereka bertubrukan.
Rambut gondrongnya yang berantakan, kedua alis hitam nan tebal, iris mata berwarna hitam pekat dengan sorot mata yang tajam, bulu mata lentik dan hidung yang mancung. Tak lupa bibir sexynya yang tengah menyunggingkan senyuman tipis.
Tubuh dihadapannya begitu jakung, mungkin tinggi Jessa sebatas bahu cowok itu. Dari gaya berpakaiannya, Jessa menyimpulkan jika cowok itu berasal dari kalangan atas.
Jaket boomber berwarna hitam dengan dalaman kaos berwarna abu - abu, tak lupa dengan kalung yang melengkapi kesan badboynya. Dalam batin Jessa mendesah, percuma ganteng jika tidak diciptakan untuknya.
"Ada apa mas?" tanya Jessa sekalem mungkin.
"Barang lo ketinggalan," ujarnya sambil menunjuk keranjang yang berisi pembalut dengan bungkus warna hitam.
Wajah Jessa memerah karena malu, disahutnya keranjang itu dengan cepat. Kemudian gadis itu berlari terbirit - birit menuju kasir.
Sementara itu sosok berjaket hitam itu menggaruk kepalanya, "kenapa lo lupa sama gue? Pakek acara kabur segala lagi!" gumamnya kesal.
🍂🍂🍂🍂
Jessa meraih pintu keluar minimarket, raut wajahnya berubah murung begitu mendapati hujan yang turun dengan deras. Jessa lupa membawa payung, sepertinya ia harus menunggu hingga hujan reda.
Jessa merasa khawatir, ia pulang terlambat. Ponselnya pun tertinggal di rumah, dengan cara apa ia mengabari ibu dan kakaknya?
Terdengar suara pintu dibuka, Jessa refleks menoleh.
Di detik kemudian ia melengos begitu mendapati cowok yang tadi tengah menoleh ke arahnya, Jessa masih malu atas kejadian tadi.
Dalam hati ia merapal doa agar cowok itu segera pergi dan mereka tak akan bertemu lagi.
Namun harapannya pupus saat sosok berjaket boomber itu duduk dihadapannya.
Dalam hati Jessa mengumpat, "nih cowok kenapa sih!" batinnya geregetan.
"Gak pulang?" tanyanya akrab.
"Masih hujan, mas sendiri?" tanya Jessa balik.
"Lagi malas balik," jawabnya tak acuh.
'Gue masih pengen ngehabisin waktu bareng lo, Sa.' Namun ucapan itu tertahan di tenggorokannya.
Hari ini adalah hari yang dinantinya, hari dimana ia dipertemukan kembali oleh masa lalu yang di tunggunya. Sayangnya pertemuan mereka tak seindah yang Jake harapkan, gadis itu melupakannya.
Jake sempat kecewa, namun hal itu tak memadamkan semangatnya untuk mulai berjuang. Awal pertemuan mereka memang menciptakan kesan buruk, lihatlah! Bahkan Jessa enggan meliriknya sedikitpun, mungkin karena kejadian memalukan tadi. Jake berjanji, ia akan membuat Jessa terkesan dengan pertemuan mereka di lain hari.
Jessa hampir bersorak saat cowok itu melenggang masuk ke dalam minimarket. 'Mungkin cowok itu mencari payung agar ia cepat pulang,' batinnya.
Jessa melirik ke arah mobil sport warna merah yang nampak mengkilap itu, ia yakin jika cowok berambut gondrong tadi pemilik kendaraan mahal itu.
Tak sampai 5 menit, Jessa mendengar suara pintu terbuka. Jessa pura - pura fokus pada rintik hujan. Aroma mie kuah yang kian mendekat mengusik indra penciumannya, dengan tidak tahu malunya, perutnya bergejolak lapar.
"Sambil nunggu hujan reda, nih makan dulu," perintahnya sambil mendorong cup mie instan ke dekat Jessa.
Jessamine ingin menyuarakan penolakan, namun tatapan tajam cowok itu berhasil menghipnotisnya. "Makasih mas, maaf ngerepotin," ucapnya tak enak hati.
Cowok itu berdecak, "gue gak nikah sama mbak lo, berhenti manggil gue mas. Gue Jake, dan sepertinya umur kita gak beda jauh."
Jessa mengangguk paham, "iya Jake," cicitnya.
Jake gemas sendiri, rasanya ia ingin mencolek pipi Jessa.
Belum waktunya Jake! akal sehatnya berseru.
"Nama lo siapa?" tanyanya pura - pura tak tahu.
"Jessamine," jawab Jessa.
"Pasti kepanjangannya Jessa is mine, right?"
Jessa tertawa garing. Jika tak mengingat kata mubadzir, Jessamine ingin memuntahkan isi perutnya. Kesan pertama yang ia tangkap dari Jake adalah si playboy dengan mulut manis.
Mereka berdua kembali fokus dengan mie cup yang mereka santap. Sesekali Jake mencuri pandang ke gadis berambut sepunggung yang menikmati makanannya.
🍂🍂🍂🍂
Jessamine meminggirkan bungkus mie itu, si playboy itu juga sudah selesai dengan acara makannya.
"Jake, makasih buat traktirannya. Umm, hujannya udah reda. Gue balik duluan ya, takut dicariin ibuk." pamit Jessamine.
Jake berdiri dari posisi duduknya, "biar gue antar."
Jessa menggeleng, "gak perlu, rumah gue gak jauh dari sini. Lo tahu rumah bercat biru itu? Itu rumah gue."
"Kebetulan gue lewat jalan itu, ayo gue antar." ajak Jake sambil menarik tangan Jessa.
Jessa menghembuskan napas kesal, percuma ia berbohong pada Jake. Nyatanya cowok itu sangat keras kepala.
🍂🍂🍂
Disinilah Jessamine sekarang, duduk bersisihan dengan cowok berjaket boomber itu. Mobil sport warna merah itu melaju meninggalkan pelataran parkir.
Jake menghela napas, apakah Jessa jujur mengenai tempat tinggalnya?
Ia berharap cewek itu berbohong, dan tinggal di tempat yang jauh. Dengan begitu ia bisa berlama - lama dengan gadisnya.
Namun harapannya pupus saat Jessa memintanya untuk berhenti.
Bersamaan dengan keluarnya mereka dari mobil, pintu rumah itu terbuka, menampilkan sosok pria dengan kaos rumahan dan sarung kotak - kotak yang ia pakai. Jake tebak, pria itu ayah gadisnya.
"Jessa?" panggilnya tak yakin.
Jessamine buru - buru mendorong Jake masuk ke dalam mobil, bisa gawat jika om Januar mengadu ke ibunya. Bisa diintrogasi sehari semalam dirinya.
"Jake makasih ya, maaf gak bisa ajak lo mampir, ayah gue galak banget soalnya. Maaf ya Jake," ucap Jessa memelas, ia berusaha memainkan perannya sebaik mungkin.
Jake tersenyum kecil, "no problem, kapan - kapan gue bisa mampir. Yakin gue gak turun dulu, nyapa ayah lo?"
Jessa menggeleng panik, "gak perlu, gue udah pulang terlambat, nanti lo kena semprot juga. Maaf ya Jake, buruan pergi gih!"
Jake menghela napas berat, ia tak rela berpisah dengan gadisnya, "oke, see you soon Jessamine."
Cowok itu menutup kaca mobilnya, di menit berikutnya mobil sport itu melaju meninggalkan perkarangan rumah Jena.
"No Jake, gue harap ini yang terakhir kali," jawab Jessa sambil memandang kepergian mobil itu.
➖➖➖➖➖
TBC
Gimana, kalian suka gak sama part ini?
6 Agustus 2023
12.11 WIB