late update due to healing. mark the typo bub.
***
***
Bearly dengan hati-hati mengobati luka Agsam. Laki-laki jangkung itu menolak diobati orang lain selain Bearly. Bahkan Dokter Lee yang di telpon Jiena saja diusir oleh laki-laki itu. Nugha bahkan sampai geleng-geleng melihat itu.
Bearly beranjak menjauh, berbalik menatap Agsam.
“Kamu yakin itu gak papa? Aku takut luk—”
“Come here!” sergah Agsam, menepuk paha. Menatap Bearly.
Bearly yang tadi baru saja meletakan kotak P3K, mengambil langkah ragu mendekati Agsam. Terbayang bagaimana Agsam melukai dirinya sendiri, semakin membuat Bearly tidak nyaman. Tapi jika ia kembali menolak Agsam, Bearly takut Agsam kembali nekat melakukan hal seperti tadi. Meski ragu, ia menyambut uluran tangan laki-laki itu. Terkesiap sesaat ketika bokongnya menyentuh paha keras laki-laki itu.
Agsam menahan senyum. Wajahnya berada diceruk leher Bearly. Aroma bunga bercampur keringat gadis itu, Agsam menyukainya. Lengan laki-laki itu melingkar sempurna diperut Bearly.
“Bearly.” panggil laki-laki itu berbisik. Agsam dengan sengaja berbisik ditelinga gadis itu. Bibir sexy laki-laki itu membelai lembut telinga Bearly. Membuat gadis itu meremang kegelian. “Can i kiss you?”
Bearly menelan saliva. “What u need?” tanya gadis itu pura-pura tak mendengar. Agsam berbisik dengan sangat pelan.
Terkekeh pelan, Agsam menarik wajah dari ceruk leher gadis cantik yang ada dipangkuannya itu. Punggung laki-laki itu bersandar disandaran sofa. Menatap Bearly yang nampak salah tingkah. Menyeringai tipis, Agsam menarik lengan gadis itu. Membuat Bearly jatuh ke dadanya. Agsam dengan lembut mengusap punggung gadis itu.
Tangan laki-laki jangkung itu mengusap sensual diantara celah pakaian. Seharusnya, Bearly tidak mengenakan kaos tipis model crop-top ini. Itu hanya akan memudahkan Agsam melakukan sesuatu.
Bearly menggigit bibir. Menahan sesuatu yang ingin keluar dari bibirnya. Tak perlu disangkal, gadis cantik itu menyukai usapan sensual laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu. Tangan kasar Agsam, membuat Bearly meremang.
“Agsam!!”
Bearly terkesiap nyaris berteriak, saat dengan tiba-tiba Agsam merobek dengan kasar kaos tipis itu. Agsam bahkan menarik kasar rok Bearly, sampai gadis itu terlihat hanya mengenakan pakaian dalam dipangkuan sang suami.
Agsam mendongak, mengecup bibir gadis itu. Tangannya meremas pinggul Bearly gemas.
“Aly, jangan panik.”
Bearly mendelik tak paham, ia menyilangkan tangan didepan dada. Berusaha beranjak pergi dari pangkuan laki-laki itu. Agsam tentu saja dengan cepat menahan pinggul gadis sexy itu.
“Lepas Agsam! Aku gak mau!” Bearly memberontak, gemetar.
“Ini bakalan enak. Lo udah janji gak akan nolak gue, Aly.” bujuk Agsam berbisik pelan. Menatap sayu penuh nafsu.
“Tapi gak kayak gini juga Agsam!”
Agsam mengangkat tangan. Mengusap pipi gadis itu dengan lembut. “Gue bakalan pelan-pelan. I know, itu pasti sakit. Tapi Aly, gue gak tahan. Lo milik gue, Aly. Gue mau nyentuh lo.” parau laki-laki itu, mengiba pada Bearly.
Bearly bergeming. “Aku—”
“Oke!” sergah Agsam mendesah berat. Ia mengangkat gadis itu, meletakkannya diatas kasur. Mengambil selimut dan menyelimuti gadis itu. “Gue keluar dulu.”
Tanpa mendengarkan Bearly lagi, Agsam melenggang pergi dari kamar itu. Bearly meremas selimut. Malah sekarang ia yang merasa bersalah menolak Agsam. Sial.
***
Beberapa menit berlalu, Bearly keluar dari kamar. Kini istri Agsam itu tampak cantik dengan dress putih bunga-bunga berwarna ungu. Dress itu milik Jiena, pas untuk Bearly.
Nugha mendongak saat melihat Bearly menuruni tangga. Remaja yang belum genap 16 tahun itu menatap Bearly, yang terlihat sedang mencari-cari seseorang. Tanpa bertanya, Nugha bisa menebak siapa itu.
“Lo kelahi sama suami lo ya, Ber?”
Bearly menatap Nugha. Kening gadis itu mengkerut. “Kelahi?” beo gadis itu agak bingung. Walau paham bahasa Indonesia, Bearly tentu tidak mengingat semuanya.
“Iya kelahi. Alias ribut. Bertengkar!” jelas Nugha, melirik sekilas. Nampak enggan menatap Bearly, sibuk dengan Play Station miliknya. Ini hadiah dari Agsam.
“Aku gak, ...” Bearly berhenti, ragu mengatakan mereka tidak bertengkar. Mendesah pelan, Bearly menatap Nugha lagi. “Kamu gak usah ikut campur. Kamu liat Sam dimana? Aku nyari dia.”
Nugha menggerling jengah. “Ya serah lu. Tadi sih kayaknya mau pulang.”
“Pulang?!” tanya Bearly memekik pelan.
Nugha mengangguk. “Iya pulang. Mungkin masih digarasi. Tadi mau minjam motor punya Daddy.”
Tanpa mengatakan apapun lagi, Bearly melangkah keluar rumah sang Tante. Meninggakn Nugha yang berdecih. Bearly berlari ke halaman. Kebetulan sekali dengan Agsam, yang baru saja hendak pergi dengan motor sport berwarna hijau.
“SAM! TUNGGU!”
Agsam terpaksa me-rem motor itu. Membuka visor helm. Menatap Bearly. “Apa?”
“Aku mau ikut kamu pulang.”
Hening. Keduanya saling menatap dalam beberapa waktu, sebelum Agsam menganggukan kepala. Bearly bersorak tanpa suara. Mendekati motor itu, Bearly bertumpu bahu laki-laki itu. Menaiki motor dengan hati-hati. Ia juga sempat mengambil helm tadi.
Itu helm Jiena. Tante dan Pamannya itu, keduanya memang suka motoran.
Agsam melirik gadis itu dari spion motor. Melepaskan jaketnya, meninggalkan kemeja putih. Agsam memberikan itu pada Bearly. “Pakai, tutupin paha lo.”
***
BRUM! BRUM! BRUMM!!
Motor itu melaju dijalanan, meliuk-liuk melewati pengandara lain. Bearly tampak mengkerutkan kening. Jalanan ini, bukan jalan menuju mansion Alezra. Walau Bearly agak ragu menebak tentang itu.
“Agsam! Kita mau kemana?!”
Agsam melirik dari spion motor. “Lo mau pulang?” laki-laki itu bertanya balik. Karna memang jalanan ini, bukan jalan menuju mansion Alezra. Tapi menuju basecamp Elsalvador. Agsam telah lama meninggalkan Elsalvador karna pergi ke Spanyol menyusul Bearly.
“Aku ikut kamu.” jawab Bearly dengan suara keras, agar Agsam bisa mendengar itu. Ragu, Bearly memeluk laki-laki itu. “Aku minta maaf soal tadi, Sam. Aku bukan nolak, tapi cuma belum siap.”
“Lo ngomong apa?!” tanya Agsam, tidak mendengar ucapan Bearly.
“Aku ngomong—”
“Pegangan!”
BRUMMMMMMMM!!
Bearly terkesiap saat dengan tiba-tiba Agsam menaikan laju motor itu. Gadis itu spontan melihat ke belakang. Tepat pada beberapa pengandara motor lain yang mengejar motor mereka. Bearly jelas gelisah, ia memeluk laki-laki itu lebih erat, sedangkan Agsam mengumpat berulang kali. Vandalas sialan.
“Agsam mereka siapa?!”
Agsam tak menyahut. Fokus pada motor itu. Menambahkan laju kecepatan. Tapi karna mungkin hari ini hari sial Agsam, motor itu mendadak mati. Alhasil anggota Vandalas dapat mengepung mereka.
Agsam turun dari motor disusul Bearly. Tanpa kata Agsam memberikan ponsel pada gadis itu. Meminta Bearly melakukan sesuatu.
“Wih, apa kabar Tuan muda?!” tanya sang Ketua Vandalas, menyeringai dibalik topeng—disambut gelak tawa anggota Vamdalas yang lain.
Agsam mengumpat kesal. “Gak usah basa-basi.” sergah laki-laki itu.
Tersulut karna tampang arogan Agsam, lima belas orang itu segera menyerang Agsam. Bunyi pukulan terdengar membuat Bearly bergerak mundur. Kedua tangan gadis itu gemetar. Ia mengutak-ngatik segera ponsel Agsam. Menghubungi seseorang setelah diperintahkan Agsam tadi.
“Ya?” Terdengar suara berat dari sambungan telpon itu. Bearly sekilas melirik Agsam, laki-kaki itu nampak kewalahan. “Gsa?”
“Halo! Ka-kamu Panglima 'kan?!” Bearly ketakutan, ia jelas tak dapat berpikir dengan jelas lagi.
“Lo siapa? Dimana Agsam?!”
“Aku Bearly. Agsam sekarang lagi berantem sama—aku gak tau mereka siapa! Tapi Agsam minta aku nelpon kamu!” balas Bearly kalut.
“Kalian dimana?”
Bearly mencoba mencari petunjuk. Menatap kesana kemari. Ia semakin ketakutan ketika salah satu dari orang yang menyerang Agsam mendekatinya. Melihat petunjuk jalan, Bearly segera mengatakan itu. “Jalan Kencana nomor dua—”
PRAK!
“AAA!!” Bearly berteriak kala musuh Agsam menyeretnya dengan kasar. Ponsel itu terlempar jauh. “Lepas! Lepasin! Agsam tolongin aku!”
“SIALAN LO! LEPASIN CEWEK GUE!”
Agsam berteriak emosi disela-sela memelintir tangan dari salah satu anggota Vandalas. Ia berlari menendang laki-laki yang menarik Bearly. Setelah berhasil membebaskan Bearly, Agsam kembali dikeroyok. Bearly terisak, ia yakin Agsam tidak bisa mengalahkan mereka semua.
Kemudian terdengar deru motor besar dari kejauhan. Sosok jangkung dengan motor sport Panigale itu melakukan free-style dan melemparkam helm pada salah satu anggota Vandalas. Sosok dingin Ketua Elsalvador itu berdecih. “Vandalas sialan.”