"Jangan perdulikan! kau pergi saja ke kampus," ucap Mew pada Win dan Win hanya mengangguk lalu dia pergi keluar untuk menunggu bright.
"Kau juga Mew jangan di fikirkan omongan Max tadi, dia hanya pegawaimu kapan pun bisa kau pecat."
"Aku tidak memikirkan kata-kata dia, ayo kita pergi aku akan antar kau ke perusahaan."
Ketiganya tidak menghiraukan kekacauan yang baru saja terjadi namun Mew sedikit tersentil pasalnya Max tidak pernah meninggikan suara padanya, Max sudah bekerja di keluarga Jongceveevat selama 25 tahun, Max adalah orang kepercayaan keluarga Jong dan saat tragedi pembantaian di keluarga Jong terjadi, Max sedang pergi menemui Mew di Amerika.
Setelah semuanya pergi, Max pun menjalankan rencananya untuk membawa Gulf dari rumah Mew.
"Kunci Mobil, baju tinggalkan! Kau juga tidak perlu bawa identitas atau surat-surat berharga, itu semua tidak akan terpakai."
"Tapi Paman, apa Paman yakin?"
"Tentu saja, memangnya kau mau hidup di tengah-tengan orang munafik aku tidak terima kau di perlakukan tidak adil."
"Baiklah Paman, aku akan ikut dengan Paman."
"Bantu paman kemas barang-barang Paman ya."
Gulf mengangguk.
~2 jam kemudian~
Mereka selesai berkemas dan Max memasukan koper-koper ke dalam mobilnya di bantu oleh Gulf.
"Tuan, Tuan mau kemana?" Tanya salah satu Maid.
"Aku mau pulang Bi, mulai sekarang aku sudah tidak bekerja lagi dengan Mew, titip Mew ya Bi urus dia dengan baik."
"Hah! Tuan serius tapi Tuan Max sudah lama ikut keluarga ini, kenapa harus keluar."
"Memang Bibi tidak mau melihat aku menikah? Aku sudah cukup lama ikut keluarga Jongcheveevat sudah waktunya aku membebaskan hidupku dari pekerjaan ini."
"Begitu ya Tuan, ya sudah hati-hati ya Tuan, semoga Tuan lebih sukses di luar sana."
"Terima kasih Bi, ayo Gulf masuk."
"Loh, Tuan Gulf ikut juga?"
"Tuan Gulf sekalian aku antar ke kampus, mobilnya rusak."
"Baiklah hati-hati Tuan."
Maid menunggu mobil Max pergi, setelah itu dia menutup gerbang.
"Kita mau pergi kemana Paman?"
"Nanti juga kau tau."
~5 jam kemudian~
"Paman, apa masih jauh, aku lelah."
"Masih 3 jam lagi,"
"What 3 jam lagi, memangnya kita mau kemana?"
"Chang mai."
"Kenapa ke Chang Mai."
"Karena rumah Paman ada di sana, Paman memimpikan masa tua Paman di kota yang masih asri tidak tercemar oleh polusi, banyak pepohonan, kebun dan sawah, di sana dekat dengan pantai Paman yakin kau pasti menyukainya."
"Sejak kapan Paman punya rumah di sana?"
"Paman bekerja dengan keluarga Jong bukan waktu yang sebentar, aset Paman di kumpulkan di orang tua Paman, dan Paman memang lahir di kota Chang Mai."
"Aku tidak tau itu semua."
"Jangankan Kau, Mew saja tidak tau Paman berasal dari mana, Paman hanya bekerja dengan Mew dan tidak pernah bercerita apapun tentang kehidupan pribadi Paman."
"Paman dan Daddy??? Maksudku dengan Tuan Mew, harus bagaimana aku panggil dia? Ya pokoknya dengan Mew, lebih Tua Paman tapi kenapa dia panggil Paman dengan sebutan nama saja?"
"Mew sudah terbiasa seperti itu sejak kecil, jadi terbawa sampai dewasa dan Paman pun tidak masalah dengan itu, nanti kita berhenti di resto ya, kau pasti sudah lapar."
"Iya Paman! Aku mau makan perutku sudah sangat lapar."
~1 jam kemudian~
"Bagaimana apa makananya enak?"
"Sudah berapa hari aku tidak selera makan,, ini rasanya sangat lezat, ayam bakar dengan saus madu."
"Mau coba burung dara goreng, ini lebih nikmat, renyah sampai tulang-tulangnya."
"Tidak mau, dia kan terbang."
"Sudah mati tak kan lah dia bisa terbang."
"Tidak akh...ayam bakar madu saja sudah cukup."
"Mau tomyam?"
"Tidak, sudah cukup! Aku kenyang."
Gulf makan sangat banyak sepertinya dia memang sangat lapar karena beberapa hari dia tidak bisa makan dengan benar, setelah makan mereka melakukan perjalanan lagi dan mereka tiba di rumah pulul 6 sore.
Ting...nong...
"Siapa?" Jawab wanita paruh baya berteriak dari dalam, wanita itu membuka pintu dan sangat terkejut melihat anaknya ada di depan rumah.
"Aku pulang Mah!"
"Max kau kah ini?" Ucap wanita itu lalu dia memeluk anaknya, Max sudah 5 tahun tidak pulang karena dia harus mengurus Mew dan juga ke dua anak-anaknya.
"Aku pulang Mah, aku sudah tidak bekerja."
"Memang itu yang Mama mau, Mama sudah sangat sepuh, Mama ingin menghabiskan sisa umur Mama bersamamu, eh kau datang dengan siapa?"
"Ini Gulf mah,, anak angkat Mew."
"Ya sudah ayo kalian masuk, pasti kalian lelah, Mama akan suruh Bi jule siapkan kamar untuk kalian."
"Iya Mah, ayo Gulf masuk."
"Paman rumah Paman sangat nyaman?"
"Paman tau, dan kau pasti akan betah tinggal disini."
"Di mana saja aku betah Paman, aku tinggal di panti juga betah."
"Sukurlah kalau begitu, berarti kau bisa beradaptasi dengan mudah, minggu depan kita cari universitas."
Gulf mengangguk dan merekapun duduk di sofa sambil meluruskan kakinya.
Sementara di tempat lain, Mew, Tul dan Win sedang makan malam mereka sama sekali tidak memikirkan Max dan Gulf belum ada di meja makan, Mew melihat mobil Gulf ada hanya mobil Max yang tidak ada, Mew juga tidak bertemu Max di kantor tapi itu sudah biasa karena mereka berdua tidak bekerja di satu ruangan.
Hingga sampai mereka selesai makan malam, Max dan Gulf tidak juga keluar dari kamar, tapi karena sadar pagi hari mereka gaduh jadi mereka berfikir wajar, mungkin Max ajak Gulf pergi makan di luar.
☀️❤🌻
"Bagaimana Gulf apa kau suka dengan makanan kampung."
"Gulf suka Nek, makananya sangat lezat."
"Kau suka makanan apa saja."
"Semua suka, kecuali udang dan hewan terbang."
"Hah hewan terbang!"
"Gulf alergi udang Mah, dan dia juga fobia dengan hewan terbang, burung, angsa apapun yang terbang."
"Ko bisa?"
"Tidak paham juga,, imajinasinya terlalu jauh, dongeng di masa kecil."
"Kalau begitu nanti Nenek masakan sayuran saja, ikan makan tidak?"
"Makan Nek!"
Setelah makan malam Gulf dan Max pergi ke kamarnya masing-masing, Gulf hanya di sediakan kamar seadanya saja karena memang tidak pernah ada niat untuk membawa Gulf tinggal bersama jadi tidak ada persiapan.
Pagi hari waktunya sarapan Mew tidak melihat ada gelas kopi di meja Max dan gelas susu di meja Gulf, tapi Mew juga enggan untuk bertanya pada Maid, Mew berfikir mungkin Max dan Gulf sengaja menghindari mereka.
"Makan malam tidak terlihat sekarang sarapan pun tidak keluar, bukannya Max itu pegawaimu, itu sama saja dia tidak menghargaimu, jika dia sudah bosan bekerja pecat saja."
"Max itu orang ke percayaan Ayahku, aku tidak bisa berbuat se enaknya saja, dia sudah berjasa untuk keluargaku."
"Kau harus sadar Mew, kau ini Bos di rumah ini, kau jangan mau di kendalikan oleh dia, kau tegur dia dan ingatkan padanya kalau dia hanya pekerja di keluargamu."
"Kau benar!" Ucap Mew lalu dia berdiri dari kursinya dan pergi ke kamar Max, sebelum Mew masuk ke kamar Max terlebih dulu Mew berdiri didepan pintu ingin mendengar percakapan Max dan Gulf, namun sunyi tidak ada suara apapun, Mew memutar gagang pintu dan pintu itu pun terbuka.
Kosong! Itu lah yang Mew dapat.
Mew masuk dan memperhatikan sekeliling kamar Max lalu Mew mulai membuka pintu kamar Mandi.
Kosong! Dan Mew pun mulai panik.
Mew menatap lemari baju Max lalu berjalan ke arahnya, perlahan-lahan Mew membuka lemari Max.
Kosong! Lagi dan lagi itu yang Mew dapat.
Jantung Mew mulai terpacu kencang dia pun keluar lalu pergi kekamarnya, Mew memeriksa lemari Gulf, lengkap lemarinya masih penuh tapi ke mana Max dan Gulf pergi.
"Bibi!!" Teriak Mew dari dalam kamar, sontak membuat Win dan Tul terkejut, mereka pun meninggalkan meja makannya dan pergi ke kamar Mew.
"Ada apa Tuan?"
"Max ke mana?"
"Tuan Max?"
"Iya! Apa Bibi tau dia pergi ke mana?"
"Bibi tidak tau Tuan,"
"Bagaimana bisa Bibi tidak tau, memangnya Bibi kemana?"
Maid itu pun bingung, kenapa Mew cari Max bukan Max sudah tidak bekerja lagi.
"Kenapa diam?"
"Kemarin Tuan Max pergi, dia bilang sudah keluar dari pekerjaannya."
"What! Dia keluar tapi dia tidak bicara apa-apa padaku!"
"Bibi juga tidak tau Tuan kemarin Tuan Max pergi pukul 10."
"Lalu..lalu di mana Gulf?"
"Tuan Gulf kemarin di antar Tuan Max pergi kuliah katanya mobilnya rusak."
"Apa kemarin siang Gulf pulang?"
"Bibi tidak lihat."
Kaki Mew melemas hingga dia jatuh duduk di atas lantai, sementara Win dan Tul hanya diam mencerna apa yang sedang terjadi.
"Dad! Ada apa?" Ucap Win mendekati Mew.
"Berengsek! Max bawa Gulf pergi."
"Gulf pergi?"
"Kemana dia bawa Gulf! dan aku tidak sadar mereka sudah pergi memakan jam, mereka pasti sudah jauh! Bagaimana bisa aku tidak tau kalau semalam mereka sudah tidak ada, lalu aku harus cari mereka kemana?"
"Tenang Dad, kita cari mereka."
"Cari kemana! Kau tau kita akan pergi kemana untuk cari mereka?"
Win menggeleng, lalu dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon nomor Gulf.
Kring..kring..kring... suara ponsel Gulf terdengar di dalam nakas.
Mewpun membuka nakas yang berada disamping ranjangnya.
Ponsel, kunci mobil dan blackcard milik Gulf di tinggalkan di dalam nakas, Mewpun hanya diam memandang barang-barang pemberiannya di tinggalkan oleh Gulf.
Bersambung..❤❤