My Hot Bodyguard

By TiyanaPratama

140K 12.3K 1.7K

Junno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhada... More

01. Kepulangan Junno
02. Keadaan
03. Masalah Dan Gossip
04. Camelia
05. Rumor
06. Situasi Yang Berbeda
07. Camelia Abigail
08. The Sky
09. Hangover
10. Peran
11. Teror
12. Rumah Sakit Dan Tawaran Bima
13. Hari Pertama
14. Unit
15. Artis Dan Pengawalnya
16. Artis Dan Pengawalnya #2
17. Artis Dan Pengawalnya #3
18. Lounching
19. The Problem
20. Pengamanan
21. Camelia
22. Kesenangan
23. Hanya Camelia
24. Jalan-jalan
25. Urusan Pribadi
26. Interaksi
27. Peran #2
28. Profesional
29. Hiburan
30. Ulah Camelia
31. Scars
32. Interaksi #2
33. Dua Orang Dengan Perasaan Mereka
34. Junno Dan Camelia
35. Dua Insan
36. The Touch
37. Rahasia
38. The Sky #2
39. The Sky #3
40. Pengawal Pribadi
41. Junno Dan Camelia #2
43. Kedatangan Bima
44. Perasaan Junno
45. Intrik
46. Aktivitas
47. Kecemburuan Camelia
48. Kedatangan Bima #2
49. Rumor Baru
50. Kencan
51. Syuting
52. Pengawal Pribadi
53. Bertemu Lingga
54. Senja Dan Pantai
55. Didikan Junno
Bab 56. Kecemburuan Junno
57. Akting
58. An Award
59. After Party
60. After Party #2
61. Around
62. A Beast
63. A Beast #2
64. Karir
65. About The Truth
66. Milik Junno
67. Menikah?
68. Bersedia
69. Menemui Ayah
70. Wali Nikah
71. Percakapan Para Pria
72. Pulang Kampung
73. Rumah
74. Percakapan Bapak Dan Anaknya
75. Suasana
76. Kembali Ke Jakarta
77. Seorang Ayah
78. Calon Pengantin
79. Hari Pernikahan
80. Pengantin Baru
81. Ayah #2
82. Bulan Madu
83. Bulan Madu Dan Skandal
84. Pulang
85. Perdebatan Pertama
86. Kedatangan Ibu
87. Konfrensi Pers
88. Sebuah Berita
89. Keterangan
90. Mood
91. Mood #2
92. Dendam Dan Gejala Kehamilan
93. Percakapan Tengah Malam
94. Situasi
95. Aktivitas
96. Pekrjaan

42. Junno Dan Camelia #3

2.6K 170 53
By TiyanaPratama

Camelia jatuh terduduk di tempat tidur sementara Junno segera mengungkung tubuhnya setelah ia melepaskan segala yang melekat di tubuh mereka. Kemudian cumbuan itu berlanjut menjadi lebih panas dari sebelumnya.

Mereka saling menyentuh dan memahami rasa yang hadir di dalam dada, lalu mengartikannya dengan bentuk interaksi seperti yang sekarang tengah terjadi.

"Ugh!" Perempuan itu melenguh kala Junno membenamkan senjatanya.

Dia menggeliat dengan kepala terdongak ke belakang sehingga tubuh sintalnya tampak melengking. Membuat kedua gundukan indahnya semakin membusung dengan puncaknya yang semakin mencuat.

Junno kemudian menghentak, dan bergetarlah tempat tidur yang menjadi alas mereka untuk bercinta. Diiringi deritan pelan yang sesekali terdengar setiap kali dia bergerak.

"Ohh ... Sayang!" Camelia mendesah dengan suaranya yang terdengar begitu menggoda.

Dia membiarkan Junno menyentuhnya, mencumbunya, dan segala yang pria itu inginkan atas tubuhnya. Dan Camelia begitu menyukainya.

Bukan hanya fokus pada kesenangannya sendiri, tetapi pria itu juga membuatnya merasakan bahwa apa yang mereka lakukan saat ini adalah hal menyenangkan.

Berbeda dengan Bima yang ketika datang hanya untuk mendapatkan kepuasan, dan pergi setelah semuanya dituntaskan, Junno justru tampak berusaha menyenangkannya juga. Dan ini yang membuat Camelia segera menyerahkan diri tanpa berpikir panjang lagi.

Kedua tangannya meraih pundak kokoh pria itu. Merasakan kekuatannya ketika dia sedang berpacu, dan di saat yang bersamaan juga berusaha membuatnya merasa nyaman juga.

Lalu dia menatap wajahnya yang tetap datar meski sesekali keingnya tampak berkerut dan alisnya bergerak-gerak hampir bertautan.

"Oohh, Junno!" Dia mengerang setiap kali hentakan itu terasa semakin keras dan mengaduk-aduk bagian terdalam dari dirinya, kemudian meracau dengan kata-kata yang dirinya sendiri tak mengerti.

Tetapi, pria ini membuatnya lepas kendali dan itulah yang mereka lakukan sekarang ini.

Namun Junno segera membungkam mulutnya untuk meredam racauan, sementara bagian bawah tubuhnya tetap menghentak seperti semula.

"Mmmhhh ...." gumaman tertahan dan suara decapan silih berganti memenuhi kamar yang tidak terlalu besar pada hampir siang itu.

Junno kemudian bangkit seraya menarik lepas alat tempurnya, lalu memiringkan tubuh seksi Camelia. Dan tanpa menunggu lama dia kembali membenamkan miliknya, dan kini terasa lebih dalam dari sebelumnya.

"Aahh, Junno!" Perempuan itu hampir berteriak ketika milik Junno yang seolah membentur bagian paling dalam dari dirinya, meski setelahnya pria itu kembali membungkam mulutnya.

"Kau menyukainya, Mel?" Lalu pria itu berbisik.

"Kau suka melakukan hal seperti ini, hum?" Dia menggigit ujung telinga Camelia dengan perasaan gemas.

"Ummhh ...." Dan Camelia hanya menggumam.

"Kau menyukainya?" Lalu Junno menekan pinggulnya dalam-dalam tanpa menariknya selama beberapa detik.

"Ahh, i-iya ...." Membuat Camelia menjawab terbata.

"Apa? Katakan sekali lagi!" Junno meggeram sambil mengetatkan rahang hingga giginya terdengar bergemeletuk.

"Katakan lagi, Mel!" katanya lagi yang belum melanjutkan hentakannya pada perempuan itu.

"Iya, iya ... aku ... menyukainya!" Akhirnya Camelia menjawab pertanyaan aneh tersebut. Lalu setelahnya Junno kembali menyentakkan pinggulnya dengan keras.

"Aahhh! Junno!" Camelia pun hampir menjerit dan kedua tangannya yang berada dalam kuasa pria itu meremat kain di bawahnya dengan keras.

Erangan dan desahan terus bersahutan, dan dua manusia yang semakin tenggelam dalam gairah itu menjadi semakin tak terkendali. Terutama Junno yang tanpa ragu-ragu lagi memacu tubuhnya lebih keras dari sebelumnya.

Tidak peduli rintihan Camelia, atau remasan tangannya yang keras pada pinggangnya, Junno terus menghentak dan mengobrak-abrik tubuh, pikiran dan perasaan perempuan di bawahnya.

Hingga setelah beberapa lama, keduanya merasakan sesuatu yang semakin mendesak dan menuntut untuk segera diselesaikan.

Dan denyutan keras di bawah semakin membuat Junno kehilangan akal, yang akhirnya membuat pria itu menekan miliknya dalam-dalam ketika pelepasan menyerang mereka dengan begitu hebat.

"Junnooooo!" Dan teriakan Camelia pun tak terhindarkan ketika dia juga mengalami hal yang sama.

***

"Junn?" Suara Camelia menginterupsi kegiatan Junno di dapur. Membuat pria itu menoleh ke arah pintu kamarnya.

Tampaklah wajah dengan rambut yang basah mengintip lewat celah dari balik pintu.

"Aku tidak menemukan handuknya. Kau menyimpannya di mana?" Camelia berujar.

Junno terdiam sebentar, kemudian dia beranjak setelah mengingat sesuatu.

Pria itu masuk ke dalam kamar di mana Camelia berada dalam keadaan telanjang yang baru saja membersihkan diri.

Dia mengambil handuk dari pagar di balkon luar kamarnya, kemudian kembali dan menutup pintunya rapat-rapat.

"Ini." Lalu dia menyodorkan kain itu kepadanya.

Camelia meraihnya sambil menahan senyum dengan wajah tersipu malu. Sama seperti beberapa saat yang lalu ketika mereka tengah bercinta.

"Mau aku ambilkan pakaianmu?" Junno bertanya.

"Tidak usah, biar aku saja." Camelia pun melilitkan handuknya di dada, kemudian berlari keluar menuju kamarnya untuk berpakaian.

"Padahal keluar saja tanpa berpakaian pun tidak apa-apa." Pria itu menggumam, lalu dia kembali pada kegiatannya di dapur.

"Kau sedang menyiapkan makan?" Camelia keluar setelah berpakaian lengkap dan menyisir rapi rambut basahnya. Tidak lupa make up tipis-tipis dia gunakan untuk menambah kesan segar pada wajahnya.

"Ya, seperti yang kau lihat." Junno menjawab.

Dia memasukkan irisan bawang, cabai dan tomat ke dalam wajan panas sehingga menguarkan wangi yang menggugah selera. Setelah itu, dimasukkannya pula irisan sayuran hijau ditambah bakso dan mie yang sudah dimasak sebelumnya.

"Kenapa tidak beli saja? Kan kau tidak harus repot begini." Camelia menuangkan air minum dari galon kemudian meneguknya hingga tandas.

"Sayang bahan yang sudah ada." Pria itu menjawab.

"Umm ...."

"Lagi pula rasanya sesuai denga seleramu." lanjutnya, yang dengan lihainya mencampur semua bumbu dan bahan yang sudah dia masukkan ke dalam wajan.

"Apa kau juga pernah bekerja di restoran?" Camelia penasaran.

"Tidak."

"Tapi mengapa kau pandai sekali memasak?"

"Benarkah? Aku rasa ... aku hanya bisa."

"Ya, karena masakanmu enak sekali." puji Camelia dengan pipi merona. Tiba-tiba saja dia merasa begitu bahagia saat berada di dekat Junno dan rasanya tidak ingin menjauh.

"Itu karena kau tidak bisa memasak. Coba kalau kau bisa? Pasti masakanku ini akan mendapat kritikan."

"Oh ya?"

"Ya." Junno menoleh pada perempuan itu yang terus mendekat.

"Kalau begitu kau beruntung karena aku tidak bisa memasak." Camelia tertawa, dan Junno pun tersenyum.

"Aku rasa ya." Dia bahkan belum memalingkan pandangan dari perempuan itu yang wajahnya tampak begitu segar setelah tadi diingatnya berteriak-teriak di bawah kungkungannya.

"Bukankah itu bagus?" Dan Camelia lebih mendekat lagi.

"Mungkin." Junno menjawab, dan tubuhnya seperti membeku saat sang aktris mendongak kemudian mengecup bibirnya sekilas.

"Dan aku menyukainya." ucap Camelia lagi yang lagi-lagi mengecup bibir Junno sebanyak dua kali.

Pria itu terdiam.

"Apa?"

"Kau ini ...." Belum dia menyelesaikan kalimatnya, Camelia malah kembali menciumnya dan kini berkali-kali sehingga dengan cepat Junno mematikan kompor dan berbalik untuk meraih pinggang rampingnya.

Perempuan itu tertawa, dan dua tangannya memeluk bahu sang pengawal dengan erat yang meneruskan cumbuan itu dengan menggebu-gebu.

"Kau sungguh menyukai hal seperti ini, heh?" Junno mengangkat tubuh Camelia dan mendudukkannya di counter dapur.

Camelia terkikik sambil menganggukkan kepala.

"Dan kita hanya berdua di sini, setiap hari." Sedangkan Junno menatap ke dalam matanya.

"Itu bagian terbaiknya." Camelia menanggapi, yang membuat perasaan Junno kembali tak karuan. Dan kali ini dia benar-benar tak bisa menahan diri.

"Kau membangunkan macan tidur, Mell!" ucapnya dengan nada gemas.

"Kalau macannya sepertimu, aku tidak apa-apa." Perempuan itu menanggapi.

Junno mengeraskan rahang dan napasnya terdengar menderu-deru.

"Aku senang bersamamu, Junn. Dan kini kau lebih dari sekedar pengawal bagiku." katanya lagi yang kembali memeluk pundak kokoh pria itu sehingga dada mereka saling menempel.

"Kau merasakannya? Bahkan jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Dan itu karena kau."

Junno kehilangan kata-kata.

Ini jelas gila, dan mereka telah melewati batas yang seharusnya. Profesionalitas sudah menguap entah ke mana dan yang tersisa hanya tanggung jawab untuk menjalankan tugasnya saja. Selebihnya, perasaan yang terlibat.

"Lalu bagaimana dengan Bima?" Junno kemudian bertanya.

"Tidak tahu. Dia kan sibuk dengan keluarganya." Dengan entengnya Camelia menjawab.

"Kau yakin?"

"Ya. Aku rasa dia tidak akan ingat aku lagi."

Junno kembali menatap ke dalam matanya yang tampak berkilauan.

"Tidak apa, karena yang aku ingat juga hanya dirimu." Lalu Cameia mengeratkan pelukannya.

"Bersamamu, Junn." Dia kembali mengecup bibir pria itu yang segera mendapat balasan yang sama.

Pagutan demi pagutan kembali terjadi, dan setelahnya segala hal berlanjut semakin gila saja.

Continue Reading

You'll Also Like

197K 14.7K 42
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
3.2M 230K 29
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
489K 25K 45
Bagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.
294K 29.3K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...