Happy reading.....
*****
Kini malam pun tiba dengan sang rembulan yang memancarkan sinarnya serta di temani taburan bintang yang kemerlap-kemerlip di atas sana membuat pemandangan malam ini sangat indah.
Semua siswa sudah berkumpul di area bumi perkemahan dan saat ini akan di adakan api unggun bahkan Aca dan Hellena sudah tidak sabar untuk menantikan acara api unggun itu tidak dengan satu temannya lagi yang hanya bersikap biasa saja tetapi hatinya sangat gembira siapa lagi jika bukan Vana.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 10.00 malam dimana api unggun akan dinyalakan semuanya sudah membentuk lingkaran dan seseorang sedang membawa obor untuk menyalurkan api ke kayu dimana api unggun tersebut.
Dan seketika api itu menyalur dengan cepatnya bahkan percikan api itu terbang dan menjadi debu sangat indah jika melihat ke atas api unggun semua yang mengelilingi api unggun tersenyum merakasan kahangatan pada malam hari ini.
Ketika sedang menikmatinya ada seseorang yang tiba-tiba menggandeng tangannya dia adalah Ervan yang muncul dari arah belakang lalu menggenggam tangan Vana kuat seperti menyalurkan kehangatan padanya.
"Kamu suka?," tanya Ervan.
Vana mengangguk pelan lalu tersenyum ia bahagia sangat bahagia ia belum pernah sebahagia ini sebelum Bundanya pergi dari nya pada saat itu juga kebahagiaan seperti hilang dalam hidupnya.
Lalu ada aba-aba dari salah satu Guru untuk semua siswa bergandeng tangan satu sama lain dan membuat lingkaran melingkari api, Ervan menggenggam tangan Vana begitupun dengan yang lainnya di sebelah Vana ada Aca dan Hellena semuanya bergandengan satu sama lain.
Mereka menyanyikan lagu seperti biasanya alunan nyanyian keluar dari mulut semuanya.
"Api kita sudah menyala"
"Api kita sudah menyala"
"Api Api Api Api Api"
"Api kita sudah menyala"
Seperti itulah nyanyiannya dengan pengulangan beberapa kali, ketika jam sudah menunjukan pukul 00.00 malam semuanya berhamburan ke tenda masing-masing ada yang makan ke toilet berjalan ke sana ke sini banyak aktivitas yang masih mereka lakukan.
Disini masih ada dengan Ervan, Vana, Hellena, Aca, Angga, Rafael, Aksa dan yang lainnya mereka masih menghangatkan diri dengan mendekatkan ke api unggun. Disini cuacanya sangat dingin sampai menembus pori-pori untuk bermalam disini harus menggunakan jaket yang tebal agar tidak kedinginan.
"Omaygatt dingin banget ayo dong balik ke tenda ngapain sih masih di sini," seru Aca yang mengomel.
"Balik tinggal balik aja repot!" timpal Aksa.
"Ih lo ya! Gue tuh ngajak Hellena sama Vana bukan sama lo wle!" sentak Aca seraya menjulurkan lidahnya.
"Gak di respon juga sama mereka," ledek Aksa.
"Heh kalian berdua ya udah SMA kelakuan masih kayak anak TK" celetuk Rafael.
"Diem lo!" sentak Aca dan Aksa bersamaan.
"Cie barengan ngomongnya jangan-jangan jodoh," seru Hellena.
"Kiw-kiw cekurukuk kuk gerukk," timpal Angga yang mengikuti trend tiktok sekarang.
"Daripada ribut mending sana semuanya balik!" sentak Vana yang sedari tadi terganggu dengan perdebatan kecil.
"Siap bunda!" seru Aca seraya menegakkan badannya dan bersikap hormat pada Vana.
Vana yang di panggil Bunda hanya memutar bola matanya malas, dan di detik itu juga semuanya bubar ke tenda masing-masing dengan Aca dan Hellena karena mereka berdua satu tenda. Jujur Vana sekarang tidak mau balik ke tenda karena ada Yorcha di sana ia tidak bisa membayangkan jika dirinya harus tidur bareng dalam satu tenda itu cukup membuatnya frustasi!
Gadis itu melirik ke arah sampingnya yang dimana masih ada Ervan yang setia duduk di sampingnya, "Lo gak balik?," tanya Vana.
"Nungguin kamu," jawab Ervan.
"Balik sana nanti lo kedinginan," celetuk Vana karena Ervan hanya memakai kaos pendek tidak dengan dirinya yang menggunakan sweteer yang melekat di badannya.
"Gak lah aku kan kuat," ucap Ervan.
Walaupun Ervan kedinginan ia juga tidak mau meninggalkan Vana sendirian apalagi di sekitar api unggun sudah sepi bagaimana jika Vana di bawa oleh Mak lampir?!
Posisi mereka sekarang menyampingi api unggun dan tangan kanan Vana terasa hangat dia melihat ke arah danau yang sangat sunyi.
Ervan menempatkan dirinya tiduran beralaskan rerumputan dan mengajak Vana tidur juga di sebelahnya, "Sini Van kalau kamu tiduran di sini bakalan bisa liatin pohon Pinus sama bintang yang indah," ungkap Ervan dan menepuk-nepuk tempat sebelahnya.
Disaat Ervan mengucapkan bintang yang indah Vana tertarik dengan itu dan langsung saja gadis itu tiduran di sebelah Ervan dan ia langsung melihat pemandangan yang sangat luar biasa pohong Pinus yang menjulang tinggi dengan di terangi cahaya rembulan dan bintang-bintang.
Ervan melihat Vana yang tersenyum ke arah atas, ketika hening menyelimuti mereka tiba-tiba Vana mengucapkan sesuatu yang keluar dari mulutnya.
"Gue harap Bunda tenang di sana," ucap Vana yang masih setia menatap bintang di atas sana.
Ervan yang mendengar itu pun menjawab "Pasti Van Bunda udah bahagia disana, setiap masa pasti ada orangnya setiap orang pasti ada masanya jangan terlalu bersedih nanti Bunda kamu jadi sedih juga liat anak cantiknya sedih," ucap Ervan menghibur kekasihnya.
Vana tersenyum simpul mendengar ucapan Ervan, "Bunda di sana ya?," tanya Vana sambil menunjuk ke arah bintang di atas sana.
Ervan pun mengangguk, "Iya, Bunda kamu di sana di salah satu bintang itu. Katanya seseorang yang meninggal mereka bakalan jadi bintang yang indah dan melihat seseorang yang mereka sayang dari atas sana," ujar Ervan.
"Pasti Bunda ada di salah satu bintang itu," lanjut Ervan.
Gadis itu tersenyum mendengar cerita dari Ervan itu membuat dirinya jauh lebih baik dan terhibur.
"Gimana kalau sama Ayah lo Van?," tanya Vana karena ia juga tahu Ervan adalah sosok yang tidak pernah melihat wajah ayahnya sendiri sebelum ia lahir di dunia.
"Ayah? Pastinya dia juga bahagia dong di sana," jawabnya.
"Orang tua kita sama-sama gak lengkap Van gue harap kita bisa lengkapin satu sama lain," ucap Vana dengan senyuman hangat yang terbit di wajah cantiknya.
Kemudian, di tenda kini sudah ada Yorcha, Fina, dan Vana. Dimana Fina yang ada di tengah dan Vana yang ada di pinggir karena itu kemauan Vana yang tidak mau bersebelahan dengan Yorcha.
"Sempit banget deh minggiran dikit dong Fin," ucap Yorcha dengan keras.
Fina yang tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terganggu oleh Yorcha hanya bisa pasrah dan sudah menyisakan tempat tidurnya untuk Yorcha, Vana yang tidak menghiraukan hal itu hanya diam di tempat dia tidak terlalu mau untuk membantu seseorang yang lemah di hadapannya karena ia benci sosok yang selalu lemah.
Ketika ingin memejamkan mata ada yang menghampiri tenda dengan mengetuk tendanya, ternyata itu penjaga malam yang berjaga dan memastikan semuanya sudah tidur atau belum.
Fina membuka resleting tendanya dan melihat ada penjaga tersebut, "Semuanya di tutup rapat ya kaos kaki, selimut, jaket semuanya di pakai jangan sampai ada angin masuk," ucap Penjaga itu lalu pergi untuk memastikan tenda yang lain.
Vana sudah paham apa yang penjaga itu katakan karena itu demi keamanan bersama karena di sini suhu udaranya sangat dingin sekali apalagi airnya yang sangat dingin membuatnya menyentuh air apalagi mandi.
Di tenda sebelah yang tadinya masih terdengar suara Aca yang heboh menonton drakor kini sudah sepi mungkin karena sudah tidur atau Aca yang memelankan suara volumenya.
Namun, tidak dengan Vana yang masih setengah sadar ia memejamkan matanya tapi ia tidak tertidur entah mengapa ia tidak bisa tidur karena ia tau jika di sebelahnya ada Yorcha ia takut jika Yorcha melakukan hal yang aneh padanya atau pada Vina ia hanya berjaga diri saja untuk itu.
Mungkin jika ia bisa setenda dengan Aca dan Hellena pasti mereka bisa bergosip entah apapun itu topik pembahasannya, dan pastinya mereka bisa curhat satu sama lain tapi keadaan yang tidak memungkinkan karena kenyataanya ia tidak setenda dengan teman dekatnya sayang sekali.
Matahari kini muncul dari arah timur burung berkicauan menandakan malam berganti pagi, kini Vana sudah berganti pakaian dengan menggunakan celana training dan sweteer sekarang Vana sudah dengan yang lainnya tentunya dirinya, Ervan, Aca, Rafael, Hellena, Angga dan Aksa. Karena hanya mereka teman dekat Vana.
Dan mereka bertujuh sedang mengsiapkan makanan pagi hari ini seperti biasa jika orang-orang pergi kemah pastinya akan memasak mie karena apa? Karena hanya makanan yang simpel ketika berkemah.
Ervan memasak mie semua temannya dengan telaten dengan bantuan Vana yang menyiapkan peralatan makannya, tidak berselang lama makanan jadi dan mereka bertujuh duduk lesehan dengan beralaskan karpet setipis kesabaran Vana.
Sebelum makan pastinya mereka berdoa terlebih dahulu.
Disaat semua yang sedang memakan sarapan paginya dengan khidmat tidak dengan Aca yang sedang mengendus-endus ke arah kanan-kirinya.
"Lo lagi ngapain sih Ca aneh banget!" ucap Vana.
"Lo pada ngerasain gak sih bau-bau mematikan," ujar Aca yang masih mengendus-endus bahkan kini hidung Aca sudah menempel di badan Hellena tentunya di ketiaknya.
"Lo belum mandi yah Hell?," tuding Aca sambil menunjuk Hellena dengan telunjuknya.
"Sembarang lo kalo ngomong!" sentak Hellena dan menggeplak lengan Aca.
Aca yang di pukul seperti itu pun meringis kesakitan, "Ya terus ini bau apa dong?!" tanya Aca.
Aksa mengemudikan bahunya pertanda tidak tahu, lalu seketika ada suara aesthetic yang muncul dari salah satu orang dari mereka.
Dutt!!
"Heh suara apaan itu?,'' tanya Ervan.
"Hehe gue kentut," ucap Rafael dengan tawa kudanya.
Seketika semuanya menutup hidungnya dengan jari telunjuk dan ibu jari yang diapit jadi satu, ''He anjing kentut lo bau banget kayak bunga bangkek!" seru Hellena yang masih menutup hidungnya.
"Hehe ya maap," ucap Rafael dengan tampang watadosnya.
"Dahlah,"