(Yang tak ada di Bukbad 1)
____
Aya turun dari boncengan dengan tergesa. Cepat-cepat gue menahan tangannya.
"Aya, tunggu!"
"Lepasin aku!" Dia menepis tangan gue dengan kasar.
Gue segera turun juga dari atas motor.
"Ayy, kamu dengerin dulu aku dulu. Tadi aku___"
"Apa? Tadi apa? Tadi kamu ciuman sama cewek Joki itu dan kamu suka? Iya?" Aya nampak masih marah luar biasa.
"Gimana rasanya cium cewek seksi di depan umum? Kamu bangga? Senang, kamu?" cecarnya dengan wajah memerah.
"Aku enggak ada maksud kayak gitu, Ayy. Itu cuma formalitas doang!" sangkal gue meski gue tau alasan ini ga bakal bisa Aya terima.
"Formalitas? Kamu bilang formalitas? Hh!" Aya tersenyum muak menatap gue.
"Kalo gitu aku tanya sama kamu!" Aya kembali mengarah ke gue dengan wajah berang.
"Apa saat kamu cium aku itu juga formalitas? Ha?"
"Ayy ... kamu ngomong apa sih? Aku enggak mungkin samain kamu sama cewek macam gitu!" Gue enggak paham kenapa dia bisa berkata kayak gini.
"Iya, atau enggak? Jawab, No!" Dia mendorong kasar dada gue.
"Ya enggak'lah! Apaan si kamu?"
"Apa bedanya? Apa bedanya?" Lagi, Aya mendorong dada gue kasar.
"Aku jelas bisa ngeliat kalo kamu suka-cita cium cewek joki itu. Kamu melakukannya dengan sadar dan senang hati! Kamu nempel sama dia, kamu pegang paha dia! Kamu peluk dia dengan segenap kesadaran kamu!" hardiknya nyaring.
Gue diam. Membiarkan dia meluapkan amarahnya, membiarkan dia menumpahkan murkanya.
"Ternyata begitu kelakuan kamu di belakang aku? Sekonyol itu aku ngerasa selama ini aku berharga buat kamu? Ha?" Tangisnya kembali membuncah.
"Apa yang kamu pikirin sampe kamu bisa ngelakuin hal ga pantes kayak gitu sama cewek yang enggak kamu kenal? Bilang sama aku!" teriak Aya lagi.
"Ohh ... atau jangan-jangan aku salah di bagian ini. Jangan-jangan kamu sebenarnya udah kenal sama cewek tadi dan kalian biasa melakukan itu?" tudingnya dengan nada menuduh.
"Enggak, Ayy! Aku enggak kenal sama cewek itu, sumpah!" sangkal gue segera seraya mencoba meraih lengannya.
"Jangan sentuh aku!" Aya menepis sengit, menunjukkan wajah tak sudi.
"Aku jijik sama kamu, aku jijik!" rutuknya sambil menjambak rambutnya sendiri.
Astagaa ... gue harus gimana?
Ga ada yang bisa gue lakukan selain mengusap wajah karna merasa mulai putus asa. Ya, gue bingung gimana ngasih penjelasan sama Aya karna apa yang dia liat di lintasan tadi jelas ga bisa gue bantah.
Gue melakukannya. Melakukan hal yang enggak seharusnya Aya lihat. Gue tau di bagian itu gue salah, tapi sumpah demi Tuhan gue melakukannya tanpa perasaan sedikit pun.
Siapa cewek Joki itu? Gue bahkan ga tau namanya. Awank yang sewa dia dan gue tinggal terima beres.
Tololnya gue, gue terlalu terhanyut dalam euforia kemenangan dalam balapan tadi. Karna kemenangan itu sungguh di luar ekspektasi gue dan tim kami.
Semua terjadi secara spontan. Dan Aya? Kenapa bisa dia berada di sana juga? Aaarrgghh ...!
"Kamu tau gimana rasanya aku ngeliat kamu ciuman sama cewek lain di depan mata aku sendiri? Hm?" Aya memekik dengan isakan tangis yang ga sanggup gue dengar.
"Sakit, No! Sakkkitt!" Dia meremas jaket hodinya di bagian dada.
"Maafin aku, Ayy. Aku akan terima semua kemarahan kamu, tapi aku mohon kamu bisa maafin aku." Gue memohon tanpa berani menyentuhnya lagi.
Aya masih sesugukkan. Terlihat begitu kesakitan seolah gue bukan hanya sudah melukai hatinya tapi juga sudah menyakiti raganya.
"Ayy, aku mohon. Aku enggak bisa liat kamu kayak gini. Aku bisa jelasin semuanya. Yang kamu liat tadi enggak seperti apa yang kamu pikirin!" Gue berusaha mencoba menjelaskan setidaknya agar dia bisa berhenti menangis. Sungguh, gue enggak tahan liat dia begitu. Dada gue berasa dicabik-cabik.
"Penjelasan seperti apa?" Aya menatap gue dengan mata memerah.
"Kamu mau jelasin kalo kamu enggak sengaja? Kamu khilaf? Atau kamu lupa kalo kamu punya aku? Gitu?" cecarnya. "Bullshit, tau enggak?"
Gue hanya bisa menatapnya dengan perasaan bersalah memenuhi benak gue. Sekarang semua penyesalan pun rasanya tak akan berguna lagi.
"Aku salah tentang kamu, No. Aku terlalu percaya diri kalo kamu setia sama aku. Aku udah sangat percaya sama kamu, kenapa kamu tega ngelakuin ini ... hk ...." Aya terisak. Dengan suara yang sudah lebih rendah namun dalam.
Gue meraih kedua sisi wajahnya yang sudah basah berlinang air mata. "Aku hanya cinta kamu, Ayy. Percaya sama aku. Semua yang kamu liat tadi itu enggak ada artinya. Itu salah satu kelakuan sampah aku yang belum sepenuhnya bisa aku tinggalin."
Aya memejamkan matanya rapat. Meringis begitu kesakitan. Perlahan dia melepas lekatan kedua tangan gue dari wajahnya.
"Pergi kamu dari sini! Jangan tunjukkin muka kamu di depan aku lagi!" ujarnya dengan suara gemetar.
"Aya ...."
"Aku enggak bisa terima semua alasan kamu saat ini. Aku benci sama kamu!"
Lepas bicara Aya langsung pergi meninggalkan gue di depan gerbang rumahnya.
"Aya tunggu dulu, Ayy!"
"Pergiiii ...!"
______
Mana nih, yang udah pada dandan cantik buat ketemu Eno? 😂
4 sep 2023