Risa yang sudah tertidur sedari tadi, tiba-tiba terbangun. Entahlah, kenapa dia bisa terbangun. Dia sendiri pun tidak tau
"Kenapa bangun?" suara itu spontan membuatnya langsung melihat kearah ponselnya.
Ternyata video call-nya dengan Adrian masih belum berakhir. Ditengah-tengah obrolannya dengan Adrian tadi, ia ketiduran.
"Astaga kaget" ia mengelus dadanya.
Adrian terkekeh melihat ekspresi wajah Risa. Terlihat sangat menggemaskan.
"kenapa belum tidur?" Risa malah bertanya balik. Bukannya tadi Adrian bilang dia ngantuk.
"Lagi jagain pacar yang lagi bobok" jawabnya.
Oh ayolah, Risa dapat menebak wajahnya pasti sudah bersemu merah jambu.
"Tau ahh" jawabnya malu-malu, dan menutup kamera ponselnya dengan bantal.
Tolong, ia salting brutal. Bibirnya tak mampu tak tersenyum.
Kenapa sih pacarnya itu selalu mampu membuatnya berbunga-bunga? Mana siang siang bolong kayak gini lagi.
"Kenapa bangun, cantik?" suara Rian dari ujung sana kembali terdengar.
Lagi dan lagi Risa ingin terbang dibuatnya.
"Adrian, jangan kayak gitu ih..."
"Kenapa, hmm? kameranya jangan ditutup gitu dong. Kan cantiknya jadi gak kelihatan" Adrian semakin gencar menggodanya.
"Tau, ah"
"Sayang, kameranya ih... Aku masih kangen" Adrian malah merengek.
Mau tidak mau, Risa mengarahkan kamera ponselnya kearahnya.
"temani aku tidur siang. Telfonnya jangan dimatiin ya, cantik"
"Iya nggak dimatiin kok. Udah cepat merem. Aku tungguin nih"
Adrian menurut dan memejamkan matanya. Risa tersenyum melihat itu.
Panggilan dari papanya membuatnya memutuskan sambungan video call nya dengan Adrian, dan menghubungkan panggilan video dengan papanya yang kini berada di luar kota.
Baru 5 menitan berbincang dengan papanya, ponselnya sudah diserbu notifikasi panggilan masuk dari Adrian.
"Ehh malah kebangun" batinnya.
Namun, ia memilih mengabaikan kekasihnya itu sejenak, dan melanjutkan obrolannya dengan papanya. Ia akan meneleponnya nanti, begitulah pikirnya.
Ia terkekeh melihat 20 panggilan tak terjawab dari Adrian. Ia segera menghubungi Adrian, setelah selesai berbincang dengan papanya.
Dan lihatlah, belum ada 3 detik sudah terpampang wajah kesal Adrian dilayar ponselnya.
"Kenapa bangun?" Ia bertanya sambil terkekeh
"Kenapa dimatiin, hmm? Kamu baru teleponan sama siapa? Laki-laki mana yang lebih penting dari aku?" ketus Adrian.
"Papa" jawab Risa, "papa habis nelpon" jelasnya.
Adrian tampak menghela nafas. Seketika ia terdiam dan sedikit merasa konyol. Bagaimana pun juga, ia sadar diri, bahwasanya pemegang tahta tertinggi yang menjadi prioritas Risa adalah, calon papa mertuanya itu.
Apa katanya, calon papa mertua? Katakan saja begitu, biar Adrian senang.
"Kenapa bangun, ganteng?" Risa sedikit menggoda
"Telponnya mati"
Oh, kenapa Adrian terlihat sangat menggemaskan sih?
"Ya udah bobok lagi yuk. Kali ini nggak bakal dimatiin lagi"
"Gak mau"
"Kok nggak mau. Kamu kelihatan ngantuk gitu, loh, sayang. Nggak bakal dimatiin lagi kok, beneren"
"Gak" jawabnya singkat, padat dan nyebelin.
Sepertinya Adrian masih agak kesal ya pemirsa.
Risa yang kehabisan akal untuk membujuk kekasihnya itu akhirnya memilih untuk membiarkan Adrian dengan mode ngambeknya. Palingan nanti baikan sendiri. Ia malah sibuk memainkan remote TV ditangannya, mengganti-ganti siaran, mencari tontonan yang menarik.
"Udah tiga hari aku gak tidur" Adrian akhirnya membuka suara.
Risa tersenyum, atensinya kembali ke layar ponsel.
"Kok bisa?"
"Gak bisa tidur, sayang"
"Dipaksa dong. Ntar kamu sakit loh"
"Biarin. Biar diperhatiin sama kamu"
Risa geleng-geleng kepala, sungguh diluar akal. Tidak habis pikir dengan Adrian.
"Mau kemana?" tanyanya saat melihat Adrian beranjak dari kasurnya dan memakai baju kaosnya.
"Kerumah kamu. Kayaknya aku butuh vitamin ayang. Udah hampir seminggu kita nggak ketemu. Kamu sibuk banget. Lupa kalo punya pacar?" dia malah mengomeli Risa.
"Ehhh besok aja ya. Hari ini aku harus selesaikan laporan, sayang " ia sedikit memberi penawaran. Pasalnya ia juga tengah dikejar deadline laporan tugas kuliahnya.
"Kamu mau liat aku gak tidur 4 hari, hmm? Kamu mau mencoba siksa aku?" tanya Rian yang membuat Risa tidak bisa menolak lagi.
"Ya udah, kamu hati-hati"
***
Mendengar suara motor Adrian, Risa langsung beranjak kearah jendela, memastikan keberadaan Adrian. Benar saja, lelaki itu kini tengah turun dari motornya.
Tok... tok... tok...
"Sayang, ada Adrian" panggil mama Risa.
Ceklek.
Ia membuka pintu kamar.
"Iya ma. Ehh mau kemana?" tanyanya melihat penampilan, Ratu mamanya sudah rapi.
"Mama mau ke kantor papa. Mama tinggal dulu ya, sayang. Jaga diri baik-baik" pesan mama.
"Siap, ma"
"Udah sana, temui Adrian. Gak baik kalo ditunggu lama-lama"
"Iya mama sayang" ucapnya sambil mencium singkat pipi kanan Ratu, sebelum pergi.
Saat menuruni anak tangga, Risa dapat melihat Adrian tengah duduk diruang tamu sambil memijit pelipisnya.
"Sayang" panggilnya hingga membuat Adrian menoleh dan langsung berdiri.
Baru saja ia sampai dilantai dasar, Adrian langsung menarik tangannya dan memeluknya erat.
"Kangen banget, sayang" ucapnya lemah.
Risa memukul pelan dada Rian, saat ia merasa mulai kehabisan nafas.
"Iyan, aku kehabisan nafas"
Adrian terkekeh mendengarnya. Sesaat kemudian, ia menarik tangan Risa ke karpet bulu yang ada didepan TV.
Ia merebahkan badannya dan membuat paha Risa sebagai bantal.
"Sayang, ngantuk" rengeknya.
"Tidur sayang. Matanya merem"
Risa mengusap-usap rambut ikal lebat Rian.
Baru beberapa menit, Risa sudah mendengar dengkuran halus kekasihnya itu.
"Manjanya bayi besar ini. Selamat tidur, sayang" gumamnya pelan.
***