᛫ ᛫ M Y T H ᛫ ᛫
Tahukah kalian, mau sepolos apapun, seorang pria tetaplah predator ganas!
Pulang sekolah tepat sekali hujan turun dengan deras dan [Name] melupakan payungnya. Apalagi Yuuta tadinya meminta izinnya untuk pergi ke Shibuya karena ada urusan penting dengan gurunya mengenai misi atau apapun itu.
Ia menyesal mengacuhkan pesan Yuuta agar dirinya membawa payung untuk berjaga-jaga. Tahu begini, tadi ia akan menurutinya. Namun penyesalan selalu datang diakhiri, bukan? Percuma saja mau mengomel kalau sudah terlanjur begini.
Sekarang, mari pikirkan. Haruskah ia berdiri seperti orang kurang kerjaan di sekolah yang mulai sepi atau pulang dengan seluruh tubuh basah kuyup?
Dua pilihan yang sulit.
Sudahlah masa bodoh! Lebih baik pulang kebasahan daripada bengong seperti orang dungu menunggu hujan yang entah kapan akan berhenti!
Cipack—
Suara kecipak air menyapa rungunya saat ia baru tiga langkah berjalan. Air hujan sudah mulai menyapanya, membasahi tubuhnya saat matanya terpaku menatap sosok pria berpakaian putih membawa payung hitam dengan nafas terengah-engah sehabis berlari.
Netranya terbelalak melihat pria itu tersenyum ke arahnya dengan keadaan yang sudah kacau. Walaupun membawa payung, tapi seluruh pakaiannya justru basah kuyup seolah tidak dipedulikan saat berlari tadi.
Tidak, lebih tepatnya. Kenapa pria itu ada di depannya? Bukannya seharusnya ia berada di Shibuya?
“Yuuta? Kenapa kau disini?” tanya [Name] dengan mata berkedip bingung.
Namun bukannya menjawab Yuuta justru memeluknya sambil memayungi sang gadis agar air hujan tidak semakin membasahinya. Tangan kanannya menyentuh puncak kepala [Name] sambil mendekatkannya ke dadanya saat suara petir terdengar bergemuruh diatas sana.
“Syukurlah aku masih sempat menjemputmu,” bisiknya bernafas lega didekat telinga [Name].
“Kenapa? Bukannya seharusnya kau ada di Shibuya karena ada misi darurat dari gurumu?” tanya [Name] mendongakkan kepalanya menatap wajah Yuuta yang hanya berjarak setengah senti dari wajahnya.
Ia bisa dengan jelas merasakan hembusan nafas Yuuta yang menyapu wajahnya, aroma maskulin Yuuta yang khas juga mampu diciumnya dengan jelas.
“E-ehmm, habisnya aku teringat [Name]-chan lupa membawa payung dan ada kemungkinan akan hujan deras dengan petir.” Yuuta menggaruk kepalanya canggung, “Aku kepikiran terus karena [Name]-chan kan takut dengan suara petir. Makanya aku langsung bergegas pulang setelah menyelesaikan misiku.”
“Kau berlari dari stasiun kereta sampai ke sekolahku?”
“Iya. Aku lari kencang, tapi lewat atap gedung lebih cepat kok. Soalnya tidak ramai orang—” ia memiringkan kepalanya melihat [Name] justru menyembunyikan wajahnya ke dadanya, “Lho, ada apa [Name]-chan? Apakah kau kedinginan? Maaf ya, tubuhku juga basah.”
Yuuta justru memeluk erat [Name] karena berpikir jika gadis dalam dekapannya tengah kedinginan. Apalagi jika melihat telinga [Name] memerah, dengan rambut dan pakaian yang basah kuyup walau tidak separah dirinya.
Padahal kenyataannya justru sebaliknya. Gadis itu tengah berdebar kencang dengan wajah merona merah melihat perlakuan romantis Yuuta padanya. Yuuta sampai rela berlarian sejauh satu kilometer sambil hujan-hujanan hanya untuk bergegas agar tidak terlambat menjemputnya.
Bodoh jika dirinya menyia-nyiakan pria se-idaman ini hanya dijadikan pelayan. Haruskah ia mulai memikirkan rencana untuk menjadikan Yuuta calon tunangannya? Sepertinya kehidupan masa depannya akan terjamin jika menikah dengan Yuuta.
Ha?! Tu-tunggu sebentar, hoi! Ini apa-apaan?! Kenapa kisahnya jadi klise sekali?! Dihari hujan, dua sejoli berpayungan berdua lalu berpelukan sambil berdebar kencang membayangkan masa depan bersama?! Sadarlah Ayasaka [Name]! Jangan terbuai dengan sikapnya! Aku harus mengembalikan diriku yang mendominasi!
[Name] lalu mendorong pelan dada Yuuta yang memeluknya erat. Sedikit sayang sebenarnya, tapi kalau diteruskan bisa-bisa dirinya akan terhanyut oleh skenario mengerikan Yuuta.
Ia tidak akan membiarkan dirinya yang pertama kali jatuh hati pada pria kikuk tidak pekaan ini, karena seharusnya Yuuta lah yang jatuh hati padanya!
“Aku mau pulang! Untuk payungnya terimakasih sudah dibawakan,” ucap [Name] yang tiba-tiba sudah mengambil payung dari tangan Yuuta lalu melangkah menjauh meninggalkan pria yang masih terbengong.
“Tu-tunggu sebentar! Aku juga butuh payungnya! Jahat sekali membiarkan kekasihmu kehujanan, [Name]-chan!” ucap Yuuta yang berlari menyusul sambil ikut menyempil disebelahnya untuk berlindung dibawah payung.
“Ha? Bukankah sedari tadi kau sudah basah kuyup? Berkorban lah demi seorang wanita jika kau pria sejati, Yuuta!”
“Mana bisa begitu! Aku tidak mau kedinginan dan masuk angin! Hujan di awal musim panas selalu mendatangkan demam dan flu!” seru Yuuta semakin mendekatkan dirinya pada [Name], hingga bahu keduanya berdempetan.
“Memangnya penyihir Jujutsu bisa sakit?! Kau kan bisa menyembuhkannya dengan Teknik Kutukan Pembalikmu!”
“Apa maksudmu, [Name]-chan?! Penyihir Jujutsu juga manusia biasa yang bisa sakit, tahu! Lalu teknik itu juga bukan sesuatu yang bisa dipakai begitu?!”
Dan begitulah, berakhir mereka berjalan berdempetan sambil sesekali berebut payung yang dengan bodohnya justru membuat mereka semakin basah kuyup. Keduanya tidak ada yang mau mengalah selama di sepanjang perjalanan sampai tiba di rumah [Name].
Sesampainya di rumah, mereka baru menyadari betapa bodohnya kelakuan mereka di sepanjang perjalanan tadi.
Keduanya kini berdiri didepan pintu depan saling membelakangi, merasa malu sudah bertingkah kekanakan padahal seharusnya tadi mereka bisa saling berbagi payung bersama daripada bertengkar dan semakin basah kuyup.
“Ma-maafkan aku—eh?!”
Tanpa di sangka keduanya justru membalikkan badan bersamaan sambil meminta maaf secara kompak, bahkan reaksi keterkejutan mereka juga terlihat sama.
Hawa canggung dan kikuk sontak melingkupi keduanya yang sudah memalingkan wajah masing-masing dengan wajah merona malu.
Apaan sih ini?! Kenapa sedari tadi aku bertingkah konyol?! Pokoknya aku harus bersikap tenang dan mendominasi seperti biasanya! Semangat diriku!—batin [Name] menyemangati dirinya sambil mengepalkan tangannya mantap.
Dalam sekejap ekspresi [Name] berubah, ia menyeringai kecil. “Aaahhh… aku basah kuyup begini. Lihat saja bentuk tubuhku yang perfect sampai terlihat. Astaga, kurasa sebaiknya aku melepas pakaianku daripada masuk angin.” Ucapnya sambil melepas blazer miliknya dan tasnya lalu dijatuhkannya ke lantai begitu saja.
“Yuuta, kau tidak melepas bajumu? Atau mau kubantu saja?” tawanya dengan kedipan jahil seperti yang biasa dilakukannya untuk menjahili pria kikuk didepannya itu.
“Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri,” sahut Yuuta yang ternyata sudah melepas seragam putihnya tepat sebelum [Name] berbicara.
Bahkan setelahnya kaos hitam yang berada dibalik seragamnya juga telah dilepas juga oleh Yuuta, menampakkan dada bidang dan perut berotot sempurna dengan lengkukan sixpack yang begitu perfect hingga membuat kaum hawa tertegun.
Termasuk [Name] tentunya. Gadis satu ini sudah terpaku diam menatap pemandangan luar biasa yang tersaji didepan matanya. Tanpa sadar ia menelan ludahnya kasar, entah kenapa tiba-tiba ia terserang firasat panik jika dirinya tidak segera kabur akan terjadi sesuatu yang mengerikan.
“O-oh begitu, karena sepertinya kau tidak butuh bantuanku… aku mau ke kamar dulu, jaa!”
Grep—
[Name] hampir melangkahkan kakinya saat Yuuta mencengkeram lengannya.
Dibelakangnya terasa aura berbahaya yang mampu membuat bulu kuduknya berdiri. Kepalanya menoleh patah-patah, dan benar saja ia bisa melihat senyuman Yuuta yang entah kenapa kali ini tampak menakutkan dimatanya.
“Apa kau berniat berjalan ke kamarmu dengan pakaian basah kuyup begitu, [Name]-chan? Lalu menurutmu siapa yang nantinya akan mengepel lantai yang kotor karena tetesan airnya?” ucap Yuuta dengan nada lembut dan senyuman manis namun dalam artian menakutkan.
“Ta-tapi, aku adalah gadis dan tidak mungkin aku membuka baju sepertimu disini.” [Name] berjalan mundur menjauhi Yuuta tapi pria itu justru melangkah maju semakin mendekatinya, “O-oh benar juga! Aku akan membantumu membersihkan lantainya! Bagaimana?! Tawaran yang menarik, kan?!” tawarnya dengan nada dan senyuman yang tampak jelas tengah gugup.
“Tidak perlu. Akan lebih baik jika kita membuka pakaian basah disini, lalu meminimalisir kotornya lantai. Apalagi setelah ini kita harus segera mandi air hangat, lalu minum teh hangat agar tubuh kita tidak masuk angin. Lagipula, pakaian yang basah bisa semakin mempercepat tubuh kedinginan dan flu.”
[Name] masih terus berjalan mundur, mencoba menjauhi Yuuta yang semakin mendekat kearahnya. Matanya bergerak cepat mencari celah untuk kabur, atau sesuatu yang buruk akan terjadi jika dirinya sampai terjebak dalam cengkeraman pria dihadapannya ini.
“Yuuta, apa kau marah karena aku merebut payungmu tadi? Ma-maafkan aku! Kumohon, ini tidak lucu!” rengek [Name] yang sudah tidak bisa menahan gemetarannya dan debaran jantungnya yang seakan bisa meledak sewaktu-waktu.
Dugh—
“Gawat! Aku terpojok!” panik [Name] merasakan punggungnya sudah menabrak dinding dan kini tidak ada lagi tempat untuknya lari.
Degh—
Kedua tangan Yuuta sudah mengurungnya, ia kini hanya bisa berdiri membeku menatap wajah Yuuta yang hanya berjarak sejengkal dengan wajahnya.
Pria itu mengulas senyum manis yang semakin mengerikan. “Apanya yang gawat, [Name]-chan? Tenang saja, aku tidak marah padamu, kok. Hanya saja, mungkin ada baiknya kalau aku sedikit memberikan ketegasan tentang siapa yang dominan diantara kita.”
“Haruskah aku membuatmu menjadi gadis penurut agar tidak selalu membuatku khawatir?” lanjutnya sambil mengelus pelan pipi [Name] yang sudah menegang dengan wajah memucat.
“Tu-tunggu, Yuuta! Apa kau berniat menelanjangi gadis suci didepan pintu begini?! Ini namanya pelecehan—”
“Kata siapa? Bukankah sekarang [Name]-chan adalah milikku? Jadi, normal saja bukan jika aku melihat tubuhmu hanya untukku sendiri? Benarkan, kekasihku?”
“Oh tenang saja, aku hanya akan melepas seragammu saja. Dalamannya tidak, kok. Jadi tetap aman, bukan?” lanjutnya sambil perlahan melepas satu persatu kancing seragam [Name], sedangkan gadis itu hanya bisa terdiam pasrah.
Setidaknya Yuuta bukanlah pria yang akan memperkosanya hanya karena ia memakai pakaian dalam saja. Bahkan dengan gentle-nya Yuuta membawanya ke kamarnya dengan menggendongnya dipelukannya.
Setelah ini, [Name] berjanji akan berhenti menjahili Yuuta. Siapa yang menyangka pria kikuk yang tidak pekaan ini, ternyata mampu berubah menjadi ganas jika sedang kesal.
Ayasaka [Name] mendapatkan pelajaran penting dari pengalaman hari ini—mau sepolos apapun Okkotsu Yuuta, jangan lupakan jika pria itu merupakan iblis yang dijuluki algojo ganas dibalik wajah bak malaikatnya yang rupawan!
- Tbc
Lagian kenapa sok jahilin makhluk buas, kena sendiri, kan karmanya si Name 🤣🤣🤣🤣
Rika yang menonton ini dibalik bayangan, cuma bisa bengong 😶
Tapi emang, Chan itu sering deg-degan kalau lihat ekspresi Yuuta yang tadinya cute kikuk tiba-tiba berubah serius. Hatiku yang mental Yupi udah meleyot ( ≧Д≦)
Asdfgkl! Yuuta! I CAN'T! Coba bayangkan jadi ceweknya, auto meluber meleyot, kaki kayak jelly, terus jantungnya mau meloncat keluar ( ≧Д≦)
© Chanle10