Bijaklah dalam memilih bacaan. Pastikan kamu sudah cukup umur untuk membaca cerita beradegan kekerasan ataupun adegan dewasa lainnya! Semua yang tertulis di cerita ini tidaklah untuk ditiru. Ini semua murni cerita fiksi dari khayalan ku.
Selamat membaca!
.
.
.
.
"Hey CEO kejam! Pelankan langkahmu itu! Kau tidak lihat aku kesulitan membawa barang-barang mu ini?"
"Kau ini asisten ku. Jangan banyak bicara, atau mulutmu akan ku robek sekarang juga!"
"Kau pikir aku takut dengan ancamanmu? Mana berani Kau melakukan hal kejam di tempat ramai seperti ini. Kau kan maf-"
"Diam!" ujar Alessandro sembari berbalik badan dan menatap tajam ke arah Raffaella
Sedangkan orang-orang di sekitar mereka terlihat kebingungan dengan keberadaan wanita yang kini bersama CEO mereka itu.
"Cukup ikuti aku dan diam!" perintah Alessandro.
Ia kembali melangkahkan kakinya dari lobby menuju ruangannya, tak lupa Raffaella yang mengekor di belakangnya. Setelah sampai di ruang CEO, Raffaella menurunkan semua barang-barang bawaannya di meja.
"Hey! Bukan di situ! Taruh di ruangan pribadi ku!" ucap Alessandro, ia menunjuk sebuah pintu di dalam ruangan itu.
Raffaella menatap tajam ke arah Alessandro. Tanpa berlama-lama ia memindahkan barang itu ke tempat yang Alessandro maksud.
"Raffaella! Kenapa lama sekali? Lepaskan jas ku!" teriak Alessandro. Raffaella yang mendengar itu tampak mendengus kesal.
"Apa-apaan ini? Aku baru menata barang-barangnya dan ada perintah baru lagi?" gumam Raffaella.
"Apa Kau tak mendengarkan ku?" bisik Alessandro.
Raffaella yang tengah sibuk menata barang-barang dibuat kaget dengan kedatangan Alessandro di belakangnya. Suara pria itu terdengar pelan namun menakutkan.
"Saya dengar, Pak! Tapi bukankah bapak menyuruh saya untuk menata barang-barang ini di sini?" jawab Raffaella dengan kesal.
"Baiklah, selesaikan segera," ucap Alessandro kemudian keluar dari ruangan pribadinya itu.
"Hmm. Melepas jas saja tidak bisa. Dasar mafia bodoh yang manja," cibir Raffaella
Alessandro yang masih berada di ambang pintu tentu dapat mendengar ucapan Raffaella. Pria itu memilih diam, tak ingin menanggapi asisten pribadinya yang kurang ajar itu. Terlalu pagi untuk meributkan hal tidak jelas.
Sedangkan di lain tempat, tepatnya di lobby kantor, banyak karyawan Alessandro yang tengah bertanya-tanya dan ada juga yang menyebar rumor bahwa wanita yang mereka liat tadi pagi adalah kekasih Alessandro.
"Aku pikir wanita tadi adalah kekasih Pak Alessandro," ucap seorang wanita berdandan menor.
"Jangan asal-asalan! Bisa saja hanya sekretaris atau bagian dari keluarganya," timpal seorang wanita bertubuh gempal.
"Adiknya, mungkin?" sahut yang lain.
"Tidak mungkin jika ia sekretaris Pak Alessandro, Pak Carlos masih berstatus pegawai aktif," sanggah wanita berdandan menor tadi.
"Sudahlah! Aku tidak peduli dengan status mereka. Yang penting gaji ku terus mengalir," tukas wanita bertubuh gempal.
"Lagipula bagaimana bisa kekasih Pak Alessandro tak lebih cantik dariku?"
"Dia memang cantik. Kau liat riasan di wajahnya kan? Tidak setebal yang Kau pakai!" hardik wanita bertubuh gempal kepada wanita dengan dandanan menor itu.
"Sudah-sudah. Lanjut bekerja!" perintah seorang resepsionis yang kini tengah berjalan menuju meja resepsionis.
...
"Cazzo! (kata umpatan)"
Raffaella yang tengah mengantuk tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar. Ia mendengus kesal.
"Dari pagi hingga siang hari, ini kesekian kalinya aku mendengar nya mengumpat," gumam Raffaella sembari menatap bosnya yang berbincang dengan seseorang di telepon.
"Kita adakan pertemuan. Malam nanti datang ke mansion ku dengan hati-hati. Perintahkan semua anggota inti untuk datang tepat waktu," ucap Alessandro kepada pria di sambungan telepon.
Setelah menutup telponnya, Alessandro melempar ponselnya. Kemarahannya memuncak saat mendengar salah satu caporegime -ketua anggota mafia- disandera oleh pemimpin Colomba, kelompok mafia yang berbasis di Milan.
"Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Raffaella, mencoba mencairkan suasana.
Alessandro menoleh ke arah Raffaella. "Buatkan aku kopi. Jangan terlalu manis!" perintahnya.
"Baik, Pak!" jawab Raffaella sebelum keluar dari ruang CEO.
Wanita itu berjalan menuju pantry sembari melirik setiap sudut perusahaan. Beberapa pujian ia lontarkan setelah melihat betapa mewah dan megahnya tempat ini.
"Perusahaan properti yang bagus. Tapi, tidak memiliki kafe di dalamnya. Sangat payah! Aku jadi harus bekerja ekstra," keluh Raffaella.
Wanita itu kini tiba di pantry dan mulai membuatkan kopi sesuai permintaan sang atasan. Namun, di tengah ketenangannya, suara seorang wanita cukup membuatnya terkejut.
"Anda pasti kekasih Pak Alessandro, kan?"
"Dio mio! (Tuhan ku!)" pekik Raffaella, dirinya terkejut. Bagaimana bisa orang ini tiba-tiba ada di sampingnya.
"Maaf membuat Anda terkejut," ucap wanita di samping Raffaella.
"Selain maaf karena membuat saya terkejut, Anda juga harus minta maaf karena telah berbuat lancang," ucap Raffaella dengan kesal.
"Sekali lagi saya minta maaf, Madam," jawabnya penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa. Saya permisi dulu," ucap Raffaella sebelum keluar dari ruang pantry dengan membawa secangkir kopi di tangannya.
Wanita itu dengan perlahan berjalan kembali ke ruangan Alessandro. Setelah tiba di depan pintu ruang CEO, tak lupa ia mengetuknya kemudian masuk setelah mendapat izin dari sang atasan.
"Silahkan, Pak," ucap Raffaella sembari meletakkan kopi itu di hadapan Alessandro.
"Hey bos mafia! Bisa-bisanya kau memperkerjakan karyawan yang tidak punya sopan santun!" cibir Raffaella kepada Alessandro.
"Apa Kau memiliki dua kepribadian? Kau bisa mengubah nada bicaramu dalam beberapa detik," tanya Alessandro sembari menyeruput kopinya.
"Itu tidak penting," jawab Raffaella.
"Apa orang yang Kau maksud sebagai karyawan yang tidak memiliki sopan santun adalah dirimu sendiri, Nona Marino?" tanya Alessandro.
"Tentu bukan. Saat aku membuatkan kopi untukmu, seorang wanita datang, tiba-tiba dia bertanya apakah aku kekasihmu atau bukan," tutur Raffaella dengan kesal. Sangat tidak sudi jika memiliki kekasih seorang mafia.
"Biarkan saja. Itu bukan hal yang harus ku urus," ucap Alessandro.
"Bagaimana jika rumor itu menyebar?" tanya Raffaella.
"Biarkan saja. Aku menyukainya," ucap Alessandro membuat Raffaella bingung. Apa maksud pria di hadapannya ini?
"Aku menyukainya karena dengan itu wanita-wanita yang tertarik denganku akan berhenti. Jangan salah paham," ujar Alessandro.
"Lalu apa untungnya untukku?" tanya Raffaella.
"Kau jadi di hormati. Bahkan perintahmu akan di dengar oleh mereka," jawab Alessandro.
"Ada benarnya. Menjadi asisten mu ternyata tidak se-mengerikan yang aku tonton di film-film. Ternyata kau mafia baik ya," puji Raffaella sembari tersenyum ke arah Alessandro.
Alessandro terdiam sejenak. "Aku memang baik hati. Tapi jika Kau berbuat sesuatu yang tidak ku suka tentu saja aku akan membuatmu sengsara," ucap Alessandro.
Pria itu berdiri dan berjalan keluar dari ruangannya. "Sudah jam makan siang. Temani aku untuk makan di luar. Setelahnya hubungi Carlos untuk menggantikan ku di pertemuan malam nanti."
"Anda ini CEO macam apa, Tuan mafia terhormat? Bagaimana bisa anda mementingkan pekerjaan gelap anda?" cibir Raffaella membuat Alessandro menatapnya tajam.
"Bukan urusanmu, Nona Marino," jawabnya, kemudian berjalan menjauh dari Raffaella.
...
Malam pun tiba. Ruangan bawah tanah yang gelap, tersembunyi dari pandangan orang. Sebuah meja besar berada di tengah dengan kursi-kursi mengelilinginya. Para anggota mafia yang kuat berkumpul di dalam. Ruangan itu berada di bawah mansion mewah milik sang pemimpin, Alessandro David De Luca.
Alessandro berdiri, memandangi anggota-anggota yang hadir. "Malam ini, kita berkumpul di sini untuk membahas rencana pembebasan Jacob." Ucapnya kemudian duduk di kursinya.
"Boss, apakah kita yakin kita bisa menjalankan ini dengan cepat? Mereka terlalu ambisius untuk menghancurkan kita." Ucap anggota inti mafia bernama George.
Alessandro menaikkan alisnya. Ia memberikan tatapan tajam ke arah George. "Kita telah melewati banyak hal bersama, hal sulit sekalipun. Dan berakhir dengan keberhasilan, buang ketakutan kalian semua! Tidak akan ada yang bisa menghancurkan Lancia Nera."
"Tapi bagaimana jika Jacob menyerah, memilih berkhianat untuk menyelamatkan dirinya?" Timpal seorang bernama Mario.
"Itu masalah yang akan kita selesaikan dengan cara kita sendiri. Saat ini kita hanya perlu mempercayai Jacob dan mempercepat upaya penyelamatan." Ucap Alessandro dengan senyuman sinisnya.
Semua anggota terdiam mendengar ucapan Alessandro. "Vincent, apa informasi yang telah kau dapat?" Tanya Alessandro.
"Kita punya informasi intelijen bahwa Jacob disimpan di sini. Tim hacker kita berhasil meretas sistem keamanan mereka." Ucap Vincent yang berperan sebagai enkang. Pria itu menunjukkan sebuah gambar di layar monitor.
Enkang adalah anggota mafia yang memiliki peran khusus dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan keamanan, perlindungan, atau tindakan kekerasan yang diperlukan untuk melindungi atau mempertahankan kepentingan kelompok mafia tersebut.
"Tempat itu cukup rumit, kan? Kita harus bertindak cepat namun juga berhati-hati." Ucap Alan.
"Benar. Kita akan masuk melalui pintu belakang. Pertama, kita akan menjebak penjaga agar teralihkan." Jawab Vincent.
"Saya akan mengurus penjaga itu. Saya punya kemampuan untuk meyakinkannya." Ucap Ace, tangan kanan Vincent.
"Bagaimana, Bos? Apa rencana kita anda setujui?" Tanya Vincent.
"Aku tidak pernah meragukan kalian. Corri come una lancia scattante. Veloce e preciso nel bersaglio. (Jalankan seperti tombak yang melesat. Cepat dan tepat sasaran)." Ucap Alessandro, lirih namun mampu membakar semangat para anggotanya.
PRAAKKK
Suara benda jatuh membuat atensi mereka teralihkan. "Apa ada orang selain kita di sini?" Tanya Alan.
"Itu hanya kucing malang yang ku pelihara. Abaikan dia." Ucap Alessandro. Alessandro tau jika Raffaella menyusup ke ruangan itu, wanita itu sangat ingin tau dengan apa yang akan Alessandro lakukan.
Mereka melanjutkan obrolan mereka dengan detail rencana, termasuk cara menghadapi penjaga, jalur keluar, dan strategi penyelamatan Jacob. Mereka semua menyadari risikonya.
"Ini adalah tugas berbahaya, tapi kita lakukan ini untuk Jacob dan kebebasannya. Kita harus beroperasi dengan rapi dan jangan banyak berulah!" Ucap Alessandro, semua anggotanya mengangguk paham.
"Sebentar lagi pukul satu dini hari, kita mulai rencana kita. Bersiap-siaplah kalian." Perintah Alessandro kemudian ia berjalan keluar dari ruangan bawah tanah itu.
Para penyelamat bersiap-siap, dan pertemuan selesai. Mereka tahu bahwa misi ini adalah peluang terbaik mereka untuk menyelamatkan Jacob dari tahanan lawan.
.
.
.
.
Next? Jangan lupa kasih vote dulu yaaa! Terimakasih sudah membaca part ini.