Auristella's Wish [ TAMAT]

By ditalst

867 206 7

🥉Juara 3 Event Menulis Novellet 30 Hari with Bougenvillea publisher cabang Bekasi Auristella Danuarta, memil... More

Prakata
Prolog
1. Halte Bus
2. Gara-Gara Anggara
3. Bisikan Liptint
4. Misi Pertama
5. Sisi Lain Anggara
6. Tekad Bulat Auri
7. Melody Ragu
8. Video yang Sama
9. Fakta Mencengangkan
11. Mading Anggara
12. Permintaan Maaf Auri
13. Wishlist Nomor 35 dan 30
14. Awal yang Baru
15. Anggara Hilang
16. Penyakit Anggara
17. Perkara Anggara
18. Aku Mencintaimu, Auri
19. Holiday
20. New Year, New Wishlist
21. Anggara Menghilang (Lagi)
22. Drop
23. Masa Lalu Anita
24. Memburuk
25. Cerita Anggara
26. Menjenguk Anggara
27. AnggAuri Wishlist (1)
28. AnggAuri Wishlist (2)
29. Senja Terakhir
30. Garis Takdir [ END]
Epilog

10. Gundah

14 7 0
By ditalst

"Ayah Anggara telah meninggal dunia, dan ibunya saat ini depresi di rumah sakit jiwa"

"Hanya karena Miss Cindai mempertahankan dia biar tetap sekolah di sini bukan berarti dia bisa seenaknya!"

"Kamu adalah orang yang paling menyedihkan di dunia ini!"

"Pantas aja kamu tinggal sendiri, Aunty Fara nggak mau nampung kamu, karena kamu itu beban!"

"Pembawa sial!"

Auri kembali ke kelas dengan perasaan kacau. Ucapan Miss Cindai barusan terngiang-ngiang di kepalanya, berbarengan dengan bayangan saat ia mencaci maki Anggara. Demi Tuhan, Auri tidak tahu kalau ayah Anggara telah meninggal dan ibunya berada di rumah sakit jiwa. Auri terlalu emosi hari itu.

Gadis yang memakai jepit rambut motif pita itu terduduk lesu di bangku koridor. Ia mengamati satu per satu murid yang berlalu lalang, berharap menemukan batang hidung Anggara. Gadis itu benar-benar ingin meminta maaf. Ia sadar, kata-katanya tempo hari sangat melukai cowok itu.

Anggara tidak salah, ia yang salah karena tidak ikut serta dalam praktikum sains itu dan cenderung menyerahkan semuanya kepada Anggara. Seandainya ia ikut serta dalam mengedit video, pasti Auri akan langsung menyangkal hak milik video itu, dan pasti hubungan mereka saat ini baik-baik saja, bahkan lebih baik.

Manik mata Auri bersirobok dengan Farhan. Laki-laki dengan tas bahu itu menatapnya dengan senyum tipis. Jika biasanya gadis itu membalas tersenyum, hingga menyapa dan mengobrol ringan, tidak untuk kali ini. Auri memasang wajah penuh amarah dan memalingkan muka. Auri akan memberikan pengajaran kepada Farhan, tetapi nanti setelah urusannya dengan Anggara selesai.

Notifikasi chat selalu ia tunggu muncul di ponselnya. Anggara tidak bisa dihubungi sejak semalam, bahkan Auri berharap pesannya segera dibalas. Tidak hanya layar ponsel, jam di pergelangan tangannya pun menjadi pusat utamanya. Lima menit lagi, bel masuk akan segera dibunyikan, tetapi ia sama sekali belum menemukan keberadaan Anggara.

"Auri, kamu ngapain di situ? Ayo cepet masuk! Mrs Retno bentar lagi masuk," ucap Melody sambil menarik pergelangan tangan Auri yang masih tersentak. Gadis itu kesusahan mengimbangi langkah Melody yang lebar, dengan kakinya yang pendek dan mungil.

Auri ingin protes, tetapi mulutnya tidak bisa diajak kompromi. Ia malas untuk mendebat. Seharusnya Melody peka jika langkahnya kesusahan karena beeberapa kali ia tersandung. Auri benci ada di situasi ini.

♛♛♛

Seorang cowok terbaring lemah di brankar rumah sakit. Matanya menatap kosong langit-langit ruangan yang berwarna putih. Pertanyaan tenaga medis yang sering mengunjunginya sama sekali tidak ia hiraukan. Sama seperti Auri, laki-laki itu juga benci ada di situasi ini. Situasi di mana ia lemah tidak berdaya, tetapi jantungnya masih bertahan untuk tetap berdetak.

"Kamu adalah orang yang paling menyedihkan di dunia ini!"

Ucapan Auri tempo hari terngiang di kepalanya. Hanya karena suara sumbang gadis cerewet itu, Anggara sampai terbaring di sini. Padahal jika ia langsung terbaring di pemakaman, Anggara akan sangat berterima kasih kepada Auri. Terima kasih karena sudah menghentikan penderitaannya di dunia.

"Apa kamu tidak ingin hidup lebih lama untuk melihat ibumu kembali sehat?" tanya dokter dengan suara kesal karena sedari tadi pasiennya itu tak merespon. Anggara melirik sinis, untuk apa ia bertahan hidup? Bukankah soal ibunya nanti ada pihak rumah sakit yang bertanggungjawab?

"Bertahan hidup bukan berarti sembuh, 'kan?Ini hanya soal waktu, antara cepat atau lambat. Bukankah lebih cepat lebih baik?" Dokter itu mendengkus dan segera keluar dari sana. Pasiennya masih banyak, seharusnya sudah sejak tadi ia mengajak Anggara untuk sembuh, layaknya kepada pasien lain. Meskipun ia sendiri tahu, penyakit yang diderita Anggara masih belum ada obatnya.

Sebelum keluar, dokter itu menyempatkan untuk kembali menengok Anggara, "Saya rasa kamu sudah mulai dewasa. Laki-laki seusia kamu, bukankah tidak mungkin tidak tertarik pada lawan jenis. Selagi masih sempat, kejarlah dia. Rasakan sedikit kebahagiaan dengannya, meskipun singkat, setidaknya kamu akan pergi dengan perasaan yang terbalas."

Anggara berhasil terpengaruh. Ia ingin merasakan apa yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Selama ini ia hanya bisa menyimpan perasaan untuk dirinya sendiri, tanpa tahu harus berbuat apa. Padahal, jauh di dalam lubuk hatinya, Anggara ingin bahagia, meskipun sekejap.

Bayangan gadis pendek yang mengisi perasaannya sejak ia masuk SMA mengusik pikirannya. Gadis yang akhir-akhir ini sering mengganggunya, menempeli ke mana pun. Meskipun kadang terlalu berisik, tetapi Anggara akui bahwa ia menyukainya.

Anggara teringat wajah pongah Auri saat larutan gula batu yang sedang ia rekam tersenggol oleh gadis itu. Wajahnya pucat pasi saat ia menatapnya datar. Gadis itu merengek meminta maaf, hampir menangis sambil guling-guling di lantai.

Sudut bibir Anggara tercetak lebar untuk pertama kalinya, "Konyol sekali si cerewet itu." Dokter yang belum pergi, masih mengintip Anggara di depan pintu tersenyum. Dugaannya benar dan sugestinya berjalan. Ia berharap semoga Anggara memiliki semangat hidup meskipun kecil.

Sementara di waktu yang sama dengan tempat yang terpisah beberapa kilometer, Auri tersedak air liurnya sendiri. Gadis itu terbatuk-batuk hebat, hingga Melody menghampiri dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Kamu kenapa, sih? Orang nggak minum apa-apa tiba-tiba keselek," ucapnya mengurut punggung Auri yang batuknya hampir mereda.

"Pasti ada yang lagi ngomongin sama ngetawain aku!"

Continue Reading

You'll Also Like

80.5K 5.1K 47
(Harap Follow dulu sebelum membaca, tolong hargai author yang sudah lelah membuat cerinta ini demi kalian ) Nara, seorang gadis SMA yang bertubuh ge...
1.1M 36.2K 45
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
2.9M 169K 68
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
24.6K 1K 32
[3 #Clubbing 31052020] [3 #siasat 01082020] Mungkin, ANTARIKSA bukanlah penyatuan dari dua hati Melainkan, tempat untuk lainnya sebagai meneduh hati...