Moiee [SungLe]✓

By Moominn_njun

34.4K 3.1K 213

I'm a child, and i wish for freedom Jisung × Chenle Fanfiction ©ChLeo (@Moominn_njun) More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
12
13
14
15 (end)
16 (bonus chapter)

11

1.5K 173 9
By Moominn_njun




.


.


.



Bola mata Chenle bergerak kesana-kemari mengikuti pergerakan Renjun yang sedang mondar-mandir di kamarnya, lebih tepatnya pelayan mungil itu tengah mencari sesuatu. Ia menggeledah setiap sudut kamar yang ditempati Chenle tanpa terlewat seinchi pun.

"Di lemari hanya ada seragam pelayanku saja kak." ucap Chenle ketika Renjun menggeledah isi lemari pakaian miliknya.

"Di laci nakas juga kosong. Aku tidak pernah kepikiran untuk menyimpan perhiasan berharga disana."

Renjun berdecak sambil berkacak pinggang. Ruangan ini sungguh minim perabotan. Ia berharap akan ada menemukan setidaknya petunjuk yang terselip dalam perabotan disini, namun hasilnya nihil. Bersih sekali seperti sengaja di bersihkan.

"Kakak sebenarnya ingin mencari apa?" tanya Chenle sedari tadi penasaran karena tetiba saja setelah makan malam ia langsung menggeledah kamarnya tanpa menjelaskan apa-apa.

Renjun kemudian duduk di tepian kasur di samping Chenle duduk.

"Begini, aku mau mencari petunjuk tentang pelayan wanita yang menempati kamar ini sebelum dirimu."

Chenle sejujurnya tidak tahu apa-apa tentang pelayan sebelumnya. Ia juga tidak bertanya dan penasaran dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

"Kenapa dengan pelayan itu?"

"Dia sudah bekerja di mansion ini sebelum aku datang. Namanya kak Lim Juu, orangnya baik dan ramah. Namun setahun lalu ia memutuskan untuk pergi dari mansion ini tanpa alasan yang jelas. Aku memang tidak terlalu dekat dengannya, namun dari pelayan lain ia berkata jika ia akan mengabdi selamanya di mansion ini. Bukankah aneh jika ia tiba-tiba saja pergi? Tentu ada sebabnya, maka dari itu aku mencari petunjuk yang mungkin saja sengaja ditinggalkannya di kamar ini." jelas Renjun panjang. Chenle hanya diam sambil memainkan jari-jari mungilnya.

"Apakah ia mengetahui identitas tuan Peter?"

"Aku juga berpikiran begitu."

Keduanya sama-sama terdiam, larut dengan pemikiran masing-masing.

"Kak, sepertinya kita tidak usah nekat mencari tahu lebih dalam. Aku juga tidak mau pergi dari mansion ini. Kita jalani kehidupan seperti biasa tanpa mengetahui kebenaran mengerikan mansion ini." lirih Chenle. Perihal gerhana bulan darah yang menginginkan satu manusia untuk satu vampir bangsawan sudah Renjun jelaskan kepadanya. Ia rasa memang takdirnya semenyedihkan ini sampai ajal menjemput pun kebahagiaan yang dulu di idam-idamkannya tak pernah hadir di sisi hidupnya. Dengan Renjun menjadikannya teman pun sudah cukup.

Renjun yang mendengar pernyataan putus asa dari Chenle pun seketika memantik kekesalan dalam hatinya.

"Apa yang kau bilang barusan? Semudah itu untukmu menyerah!? Tidakkah kau mau berusaha dulu berjuang untuk menyelamatkan nyawamu sendiri!?" marah Renjun dengan nafas yang menggebu akibat emosi. Chenle semakin menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah marah Renjun.

"Aku akan membantumu! Aku akan melindungimu! Aku akan selalu berada di sisimu! Apa kau tidak percaya padaku Chenle!?" Chenle menggeleng lemah. Air matanya sudah berlomba-lomba turun membasahi pipinya. Renjun memegang kedua pundak bergetarnya.

"Lele, tatap aku."

Dengan masih menahan isakannya ia beranikan untuk menatap ke arah Renjun. Wajah yang semula mengeras kini sedikit menyendu.

"Secepatnya aku akan menemukan jalan keluar dari mansion ini tanpa ketahuan. Percaya padaku Chenle. Kita akan pergi dari mansion ini bersama-sama." Setelah Renjun berkata begitu tangis Chenle akhirnya pecah bersamaan dengan tubuh ringkihnya tenggelam dalam pelukan hangat Renjun. Pelayan imut itu mengusap-usap punggung bergetar Chenle sambil mengucapkan kata-kata penenang, walaupun ia juga sudah berderai air mata.

Renjun paham kenapa Chenle berkata seperti itu. Ia tidak mau melibatkan dirinya, ia ingin berjuang sendiri, ia ingin Renjun hidup. Cukup nyawanya saja yang ditargetkan, tidak dengan Renjun ataupun pelayan lain yang tidak tahu apa-apa.

Tanpa mereka tahu ada seseorang yang berdiri di depan pintu kamar dengan secangkir teh Krisan di tangannya dengan ekspresi yang sulit diartikan, mendengar semua yang dibicarakan penghuni di dalamnya.



***



Tuk tuk tuk

Renjun menggeliat dalam tidurnya. Ia sedikit terusik kala mendengar suara benturan antar benda keras tak jauh darinya berbaring. Sejenak suara itu berhenti, Renjun sudah siap-siap ingin melanjutkan dunia mimpinya.

Tuk tuk tuk

"Mhmm.. siapa..?" Tangannya bergerak menjamah tempat tidur yang terasa luas. Dengan sisa kantuknya ia berusaha duduk dan membuka mata beratnya.

"Eh kakak terbangun? Maafkan aku."

Renjun mengerjap-ngerjapkan matanya dan langsung menemukan Chenle yang sedang berjongkok di lantai, sementara tangannya memegang sepatu pantofel entah milik siapa dan mengetuk-ngetukkannya ke lantai. Rupanya itu suara berisik yang mengganggu tidurnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" heran Renjun. Segera ia menghampiri ke samping Chenle karena penasaran.

"Mencari petujuk, siapa tahu di dalam petak keramik ini ada persembunyian rahasia."

Renjun seketika terperangah dengan ide brilian Chenle yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. "Astaga Chenle, kau jenius sekali!"

Kantuk yang sempat menggelayuti kelopak matanya lenyap dalam sekejap. Ia bergegas mengambil sepatu pantofel miliknya yang tersimpan apik di rak sepatu milik Chenle dan mengetuk-ngetukkannya ke setiap petak keramik. Chenle terkekeh melihat Renjun begitu semangat melakukan kegiatan itu.

Mereka berdua dengan sabar memeriksa setiap petak keramik tak terkecuali di bawah kasur, lemari dan meja nakas pun juga diperiksa, mencari yang memiliki bunyi kosong, maka kemungkinan di dalamnya ada petunjuk yang ditinggalkan pelayan wanita itu.

Tok tok tok

"Kak, disini!"

Renjun segera menghampiri Chenle di samping kasur dengan meja nakas sudah bergeser dari tempatnya. Renjun memastikan bahwa memang keramik itu berbunyi kosong dengan mengetuk-ngetukkan jemarinya.

"Benar yang ini! Tinggal bagaimana caranya kita mengangkat petak keramik ini."

Kepala Chenle celingukan mencari keberadaan benda yang sekiranya bisa membantu mereka.

"Pakai pisau kak?"

"Jangan, berbahaya. Bisa-bisa rusak atau bahkan menyakiti tangan kita sendiri."

"Jadi bagaimana?"

"Kita hancurkan saja."

Renjun berangkat keluar kamar dan kembali lagi dengan palu di tangannya. Chenle segera menyingkir membiarkan Renjun bekerja.

"Apa tidak apa-apa membangunkan pelayan lain?"

Palu yang siap untuk menghantam permukaan keras keramik itu mengambang di udara. Renjun menatap Chenle dan langit gelap bergantian.

"Sekarang jam berapa?"

"Sekitar setengah empat subuh."

Renjun mengangguk dengan mantap, "Akan aku selesaikan dengan cepat." Ia menghirup nafas dalam-dalam sebelum mengayunkan palu di tangannya. Chenle menutup kedua telinganya sambil bersandar di pintu takut-takut ada orang yang akan mendobrak pintu ketika mendengar benturan keras.

PRAK!

Chenle melepas pegangannya pada telinga dan menempelkan indera pendengarannya ke daun pintu. Tidak ada yang datang, lantas ia mengangguk pada Renjun tanda situasi saat ini cukup aman.

Tangan Renjun mulai menyingkirkan serpihan keramik yang berantakan hingga nampaklah sebuah buku bersampul hitam berukuran sedang terbenam separuh di dalam keramik itu.

Lalu ia membersihkan buku itu sedangkan Chenle membereskan kembali keramik yang hancur tadi serta menggeser kembali meja nakas guna menutupi keramik yang sengaja dipecahkan oleh mereka agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Renjun membuka lembar demi lembar buku itu. Ternyata buku harian milik Lim Juu.

Halaman pertama menceritakan tentang kepedihan wanita itu akan tersiksanya ia menjadi budak seks untuk pria hidung belang yang sialnya malah orang-orang penting di dunia politik pemerintahan.

Selanjutnya ia menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Mr. Lee hingga pria itu membawanya ke mansion ini dan dijadikan sebagai pelayan.

Semakin ke tengah halaman, wanita itu dengan semangat menceritakan bagaimana kesehariannya menjadi pelayan baru mansion ini. Memiliki teman-teman baru, segala kebutuhannya terpenuhi, hingga hanya ada kebahagiaan yang ia dapatkan sekarang. Tak ada lagi penyiksaan, pemaksaan, dan haknya untuk hidup layaknya manusia bisa terwujud disini.

Seperti menemukan pahlawan ditengah ketidakadilan dunia, Lim Juu bersumpah akan mengabdi selamanya pada tuan Peter dan Mr. Lee. Ia tak mempunyai apa-apa untuk membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan padanya.

Chenle hanya diam mendengar Renjun membacakan isi buku harian itu. Rasa-rasanya ia dan wanita bernama Lim Juu itu memiliki banyak kesamaan nasib. Mungkin bukan hanya ia saja yang merasakan kebahagiaan saat dibawa ke mansion ini, pelayan lain juga merasakan hal yang sama.

Bernasib sama hingga berakhir disini mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mengabdi pada sang tuan rumah.

Namun sepertinya nasib ia dan Renjun akan berbeda setelah mengetahui kebenaran dari sang majikan.

Entah bagaimana nantinya, ia rasa akan ada sesuatu yang membahayakan nyawanya dan Renjun. Nasib mereka berdua tergantung kemana kaki melangkah dan jalan yang dipilih.



Tbc.



Update tidak menentu🤧 semoga masih antusias ya..

Jangan lupa vote dan komen~
Vote adalah bentuk apresiasi kalian, komen sebagai penyemangat saya😘

Continue Reading

You'll Also Like

134K 10.4K 31
Diamond Park kata yang cocok untuk menggambarkan seorang bernama Park Jisung dengan segala kekayaannya. Hanya satu orang saja yang beruntung bisa men...
12K 1.5K 13
nikmatin aja, masih pemula (terinspirasi dari ggs returns)
882K 128K 40
Kisah ini dimulai ketika Renjun meninggalkan botol bayinya di kamar kos Nomin. Norenmin Nomin Top Renjun bottom jangan salah lapak
2.6K 116 6
Pengarang : Yue Ni de Mango Judul Asli. : 穿成惡毒女配之後