Our Twilight

By 01Ern_

1.7K 954 131

Setelah semestanya menggelap secara tiba-tiba, Senja diharuskan membangunnya kembali, bersama pemuda-pemudi y... More

1. Ketidakberuntungan Berlipat
2. Rupanya Luka
3. Daftar Hitam
4. Sengketa
5. Anugerah
6. Skenario Dua Kisah
7. Benang yang Terlanjur Menghitam Tajam
8. Sengketa 2
9. Rentang Perbincangan
10. Bualan Cerita
11. Dasar dari Perang
12. Jati Diri
13. Isi Hati
14. Kesialan
15. Seperti Diamnya Air
16. > Sengketa
17. Rahasia Sangkala
18. Rajutan Sengketa
19. Bunga dengan Duri
20. Warna Semesta
21. Di Belakang Layar
22. Aku, Dia, dan Kita
23. Drama Bukan Musikal
24. Sejarah Bahagia
25. Investigasi Jiwa Kita
26. Positif Negatif Matahari
27. Kita: Mahakarya
28. Bunga untuk Semesta
29. Agenda Tersembunyi
30. Romansa Dalam Segiempat
31. Perihal Kita
32. Yang Disembunyikan Semesta
33. Eksistensi Rasa
34. Dari: Perasaan, si Tamu Tak Diundang
35. Panca Indera
36. Wahai Kamu
37. (Bukan) Asmara Kita
38. Degup yang Menyembunyikan Redup
39. Permainan Rahasia
41. Segitiga Lainnya
42. Segiempat: Layang-Layang
43. Eksistensi
44. Semua Abu-Abu
45. Terjebak Bersama(mu)
46. Menuju Aksi
Transmigration: Me, You, and Her??

40. Segitiga: Segiempat yang Tak Kasat Mata

27 4 0
By 01Ern_

Mawar de Jongh - Cinta Pertama dan Terakhir

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

____________________________________________________

Dari objek-objek di parkiran yang berpotensi mengalihkan atensinya, Kala terlihat acuh. Cowok tampan berponi itu sama sekali tak terpengaruh. Fokusnya terpusat pada dua anak manusia yang saling melempar tatap berbinar bersama senyum yang memikat.

Memikatnya dengan sangat. Sangat mengganggu.

Pada Senja yang berdiri menunggu tak jauh darinya, lalu Sadika yang melepas helm sembari melangkah dengan santai dan riang, Kala memandang keduanya satu-persatu. Begitu merasa sudah muak, cowok dengan tas di punggung itu menghela nafas kasar, hingga Dewi yang masih berdiri di sebelahnya menoleh refleks, mengamati raut wajahnya.

Cowok itu sedang kesal.

Dari Kala, Senja, dan Sadika, Dewi menatapi ketiganya. Sampai akhirnya, tatap mata itu terhenti pada Kala. Gadis itu tersenyum geli, “Dia cemburu rupanya.” Tapi tak lama, raut wajah terkejutnya tercetak jelas. Bahkan sampai menutup mulut dengan kedua tangan, tersipu.

Sekala membawa kabur Senja.

Berbeda dengan Mahadewi yang hampir menjerit di tempat, Sadika terbengong hebat hingga berhenti di tempat. Mereka masih dalam keadaan yang baik, daripada siswa-siswi di sekitar yang terlihat shock berat. Bahkan sebagian siswi sampai berjongkok tak berdaya.

⛅⛅

“Eh?”

Senja tidak bisa untuk tidak terkejut begitu Kala menggenggam tangannya dan membawanya berlari. Tapi dia tidak berhenti atau bahkan refleks menarik tangan kanannya yang digenggam seenak jidat oleh Kala. Dalam langkah-langkah awal melewati siswa-siswi di parkiran, Senja masih terkejut dan merasa bingung. Lantas, dia menatap genggaman tangan Kala. Tangan yang lebih besar dari tangannya itu menggenggam erat.

Terasa hangat sekaligus nyaman.

Senja beralih menatap punggung tegap yang berdiri di depannya. Saat itu, dia tersenyum. Raut wajah bingungnya berubah menjadi lekungan bulan sabit. Langkah kaki yang awalnya terasa ragu-ragu, kini menjadi lebih hidup.

Kala tersenyum. Senja merespon genggaman tangannya. Karena hal itu, dia mempercepat larinya dengan perasaan menggebu, melewati koridor lantai satu yang panjang, mengabaikan siswa-siswi yang menatap mereka dengan penuh rasa terkejut dan bingung. Bahkan si admin akun Gossip to You pelan-pelan berlari kecil di belakang, mengikuti dengan sebuah ponsel di kedua tangan yang diangkat cukup tinggi. Merekam.

Saat menaiki tangga menuju lantai dua, Kala dan Senja bertemu si Tiga Serangkai, Fajar, Hariz, dan Remond. Cowok-cowok yang awalnya sibuk mengobrol itu langsung menyingkir begitu mendengar langkah cepat di belakang mereka. Kala dan Senja yang tengah berlari dengan tangan bergandengan adalah pemandangan yang tidak bisa hanya sekedar mengagetkan bagi mereka. Justru luar biasa tidak menyangka. Terlebih, keduanya sama-sama tersenyum lebar.

Terlihat ringan dan sangat tulus.

Fajar terpaku. Refleks menahan nafas dengan kedua mata melebar, tertegun. Satu tangannya yang menggenggam pembatas tangga perlahan mengerat. Cowok itu terlampau terkejut untuk merespon lebih manusiawi. Dia kehilangan kata-kata. Bahkan sampai Kala dan Senja tak terlihat lagi di pandangannya.

Menyisakan angin samar yang membuat hatinya terasa semakin kosong.

Seolah memiliki gangguan pernafasan, Fajar menarik nafas panjang. Sesak dan berat. Kini hatinya berdenyut nyeri. Bahkan jantungnya terasa berdetak dengan cara yang salah. Pemandangan dimana Senja bermesraan dengan Sekala—

“Fajar, lo nggak papa?”

—rupanya tidak pernah bisa membuatnya terbiasa.

“Bagian mana yang nggak papa?”

⛅⛅

Senja menganga. Tatapan tak percayanya gadis itu arahkan pada kotak bekal di tangan kanannya. Sekala Arunaga Prambudi memberikan itu padanya setelah mengantarnya sampai di depan kelas XI MIPA-1. Kemudian dengan tidak tahu dirinya, cowok itu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Padahal, Senja butuh penjelasan atas sikap cowok itu yang mendadak membawanya kabur dari parkiran.

Senja menoleh ke salah satu sisi koridor, menatap kesal sekaligus bingung pada punggung tegap Kala yang terlihat sedang menuju ke arah kelasnya, XI IPS-1. Masih menatap Kala sembari mendengus kasar, gadis itu langsung berucap, “Dasar cowok nggak jelas!” serunya kesal dengan tangan yang bergerak membuka kotak bekal.

Senja tertegun. Aroma dan tampilan makanan di depannya membuat gadis itu berkedip-kedip lucu. Terpesona pada tatanan makanan. Terlebih, kotak bekal yang diberikan oleh Kala rupanya tak hanya sekedar dikembalikan, tapi juga diisi penuh sampai Senja yakin dia akan langsung merasa kenyang menghabiskan semuanya.

Seolah memiliki ikatan batin, Kala memberikan sandwich pada Senja yang memang belum sarapan. Semalam karena Dewi menginap di apartemennya, mereka sampai begadang demi menonton serial drama di Netflix. Paginya, meraka telat bangun dari yang seharusnya, jadi tak sempat sarapan.

“Sejak kapan di sini jadi tempat makan?”

Senja yang hendak menggigit sepotong sandwich langsung terhenti. Menurunkan tangan kanan yang terangkat ke atas, dia menghadap seorang gadis yang amat dikenalnya tengah bersedekap menatapnya, Geva Argetya Gredarena, mantan sahabatnya. Raut wajah gadis berambut panjang itu tampak penuh kebencian menatap Senja.

“Sejak gue makan di sini,” Senja menjawab santai, menggigit sepotong sandwich dengan ganas, sengaja agar Geva melihatnya. Kemudian, gadis berambut pendek cowok itu beranjak berbalik, memasuki kelas sembari menjulurkan lidahnya pada Geva.

Begitu Senja sudah tak terlihat lagi di pandangannya, Geva yang wajahnya terlihat sangat masam karena menahan amarah, lantas berdecak dan mendengus kasar. “Awas aja lo. Pasti gue bales,” ucapnya dengan penuh tekad.

⛅⛅

Tanpa sepatah katapun, Fajar pergi, memisahkan diri dari Hariz dan Remond selaku sahabatnya. Meski cowok itu tahu betul, bahwa mereka berdua pasti khawatir. Tapi sesuai harapan, keduanya tidak mengikuti ataupun mengejarnya. Jelas Fajar senang karena dua remaja itu hafal akan tabiatnya saat sedang emosional. Butuh waktu sendiri. Itulah Fajar Dery Darmawangka.

Dalam langkah yang tegas meski sedikit tergesa, Fajar mempertahankan raut wajah datarnya sejak berada di lantai dua hingga kini di lantai tiga. Di sepanjang koridor, para siswa-siswi selaku kakak kelasnya terlihat satu-persatu menyingkir begitu melihat Fajar.

Fajar dan aura dinginnya yang seolah mencekik.

Sesampainya di tempat tujuan, Fajar membanting pintu saat menutupnya. Cowok itu duduk bersandar di area yang cukup tersembunyi setelah meletakkan tas hitamnya bagai barang tak berguna. Helaan nafasnya terdengar kasar dan berat. Dia meraup wajahnya dengan siku yang bertumpu pada kakinya yang terlipat, bersila. Dalam kegelapan dimana kedua matanya tertutup, bayangan tentang wajah bahagia Senja yang tengah digandeng mesra oleh cowok bernama Sekala terus terulang di pikirannya.

Fajar marah. Dia cemburu. Benar-benar cemburu.

Senja Emerallie. Gadis tinggi, cantik, dan ramah itu adalah cinta pertama seorang Fajar. Dari Senja, Fajar belajar apa itu cinta. Terlebih, cowok itu merasa sangat beruntung karena Senja memiliki perasaan yang sama dengannya. Meski bahagianya saat itu hampir saja hilang ketika Senja bercerita bahwa keluarganya sedang merencanakan perjodohan. Tapi sekali lagi, Fajar merasa beruntung karena keluarga Ambyatma merestuinya menjalin hubungan dengan putri sulung mereka. Ditambah dengan dibatalkannya perjodohan itu.

Menjalin kasih bersama Senja selama dua tahun, Fajar tentunya tidak pernah kehabisan kenangan saat berpikir tentang Senja. Mereka melalui banyak hal bersama. Pahit dan manis. Senja yang extrovert sedangkan dirinya yang seorang introvert, tidak pernah menjadi penghalang. Fajar tahu banyak tentang Senja. Senja yang alergi mi instan. Senja yang menggilai makanan bernama spaghetti. Senja yang maniak matahari, yang posesif pada warna kuning dan oranye.

Senja yang... selalu jadi gadis paling cantik di mata Fajar.

Senja yang...

“Sialan,” umpatan keluar begitu mendengar bel berbunyi, membuyarkan segala lamunan Fajar tentang Senja Emerallie, mantan kekasihnya.

Menghela nafas kasar, Fajar bangkit sembari mengangkat tasnya yang teronggok tak jauh darinya. Meski emosinya sedikit mulai terkendali, tapi pikiran dan hatinya ternyata tidak sejalan dengan emosinya. “Senja, gue harus gimana supaya bisa lupa sama lo?”

“Woi Jar, kok lo bisa ada di sini sih? Habis dari mana?” Fajar menoleh, menatap tak minat pada teman sekelasnya yang tiba-tiba sudah berada di sebelahnya. Cowok yang tidak lebih tinggi darinya itu baru saja keluar dari sebuah ruangan di lantai tiga, salah satu kelas kakak kelas mereka.

“Jangan ganggu gue.” Itulah balasan Fajar.

Cowok di sebelahnya terkekeh, menggeleng kecil. “Kenapa? Lo habis ademin hati?”

“Jangan ganggu gue,” Fajar memperingati sekali lagi.

“Oh iya, hati lo aman nggak sih setelah liat mantan lo mesra sama orang lain?” Fajar diam. “Harusnya sih enggak ya, kan lo yang mutusin. Lagian lo lagi deket sama adek kelas itu kan? Salisa bukan sih namanya? Sama tuh kayak Senja, jadi satu-satu deh. Seri. Iya, kan?”

“Gue bilang jangan ganggu gue,” Fajar masih mencoba untuk bersabar.

By the way Jar, sampe mana lo pacaran sama Senja?”

Seketika, Fajar berhenti melangkah, lantas menoleh, “Maksud lo apa?”

“Lo pernah nyobain dia nggak sih?”

Bugh!

Fajar mengumpat. “Jaga omongan lo!”

Sesosok cowok kurang ajar itu mengusap sudut bibirnya yang berdarah, “Bentar, lo salah paham. Maksud gue nyobain tuh–”

Bugh!

⛅⛅

“Kok lo kasih sih?”

Senja mengernyit, “Lo kan minta, masa nggak gue kasih?”

Dewi menghela nafas, mendorong sepotong sandwich yang terulur dari tangan Senja, “Harusnya tuh lo bilang, yang ini jangan ya Wi, besok gue bikinin deh. Gitu!”

Senja mengernyit lagi, “Emang kenapa?”

“Ya karena ini sandwich dikasih sama Kala!”

“Terus kenapa?”

“Lo kan harus menghargai pemberian Kala!”

“Emang gue bagi sama lo nggak menghargai pemberian dia? Kan nggak gue buang.”

Gissa yang melihat Dewi tampak frustasi segera berucap, “Udahlah Wi. Itu berarti dia belum ada rasa.” Sebagai orang yang mengerti maksud Dewi, Gissa merasa harus bertindak sebelum kedua temannya itu beradu mulut lebih lanjut.

Dewi mendengus. “Gue gregetan banget sumpah.” Gissa terkekeh.

Senja yang sama sekali tak mengerti mengernyit, “Kalian ngomongin apa sih?”

Dewi melotot, “Lo! Dasar nggak peka!”

Gissa tertawa, “Nhah itu lo tau. Lagian ya, ini baru aja dimulai. Udah bagus ada kemajuan.” Gadis itu menoleh pada Senja yang masih menatap bingung sembari mengunyah sandwich. “Lagian ya, susah kalo punya temen yang peka soal orang lain, tapi nggak peka sama dirinya sendiri.”

Dewi menatap Senja gemas, “Bener. Untung lo temen gue.”

“Serius deh, kalian ngomongin apaan sih?”

Gissa tersenyum saja. “Nggak ada. Nggak usah dipikirin. Dewi tadi cuman nguji lo kok.”

“Nguji gue kenapa? Gue pelit apa enggak?”

Gissa tertawa, “Iya gitu.” Mendengus, Senja mendelik tajam.

Menatap Gissa, Dewi sontak mendengus. “Jauh banget. Padahal gue tadi nguji Senja buat cari tau, dia udah ada rasa belum sama Kala. Tapi ternyata sedikitpun nggak ada. Padahal gue udah gemes banget.” Kedua matanya beralih pada Senja yang kini menyendok nasi goreng di sebuah kotak bekal, tepat di sebelah kotak bekal merah muda-kuning milik Senja sendiri. “Gue kawal lo sampe jadi!” tekatnya tiba-tiba membuat Gissa tertawa.

Senja justru hanya berhenti mengunyah sejenak, menatap Dewi bingung. Sembari lanjut mengunyah, gadis berambut cokelat tua itu berkata, “Twerswerwah lwo dweh. Swumpwah hwarwi inwi lwo anweh bwangwet.” Mendengar kalimat yang terdengar nyeleneh itu, Gissa tertawa lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya, diikuti suara tawa Dewi kemudian, hingga teman-teman sekelas mereka hampir serentak menoleh.

Sementara itu, Senja mendelik sinis menatap keduanya dan mendengus. “Au ah,” ucapnya kesal, secara alami cemberut dengan pipi menggembung karena masih penuh nasi goreng. Merasa gemas, tawa Dewi dan Gissa bertahan lebih lama, sampai Senja dibuat mendelik tajam sembari menelan makanan di mulutnya.

Berhenti tertawa dan merubah raut wajahnya, Gissa menatap Senja yang kembali kembali menyendok nasi goreng dengan kesal, “Mumpung gue inget–”

“Apwa?” Sembari mengunyah, Senja menoleh pada Gissa dengan pelototan di kedua matanya.

“Dewi Yunani kok ngamuk sih,” Dewi berucap, setengah serius setengah menggoda.

“Bwiarwin!” Senja berganti mendelik tajam ada Dewi.

Berusaha menahan tawanya, Gissa mengalihkan pandangan. Usai misinya berhasil, gadis itu kembali menatap Senja, “Tadi lo kenapa nurut aja ditarik-tarik Kala?”

“Tau! Bikin baper anak orang aja!” Dewi menimpali dengan kesal, membuat Gissa sontak menatapnya, memberi kode melalui mata dan menggeleng kecil. “Masalahnya, bukan cuman gue yang baper, tapi pasti Kala juga.”

Menelan makanan di mulutnya, Senja menyendok nasi goreng lagi sembari berkata dengan kesal, “Bodo amat! Baper aja sana!”

Dewi melotot, hendak membalas tapi diurungkannya karena mendapat kode lagi dari Gissa. Gadis setengah Eropa itu menghela nafas lesu, “Kasian kapal gue. Huhuu,” batinnya sedih.

Gissa menyendok sedikit nasi goreng di kotak bekal yang sama dengan yang disendok Senja, bukan satu lagi yang merupakan milik Dewi, “Jadi kenapa?”

Senja tersenyum, teringat rencananya karena pertanyaan itu. Begitu nasi goreng di mulutnya tertelan, gadis blasteran Turki itu dengan cepat minum dari botol di dalam tasnya. “Kalian tau kan, gue sama Aruna tuh dulu suka adu mulut?”

Menelan makanannya, Gissa mengernyit, “Dulu?”

Senja mengangguk. “Sekarang, gue belok–”

Plak!

Are you crazy? Cowok ganteng masih banyak!” Dewi berkata dengan kesal.

Senja mengusap lengannya yang baru saja digeplak oleh gadis di sebelahnya, “Gue belum selesai ngomong!” balasnya dengan amat kesal, sampai beberapa temannya menoleh.

Plak!

“Tuh udah gue bales,” Gissa yang baru saja menggeplak lengan Dewi berucap santai.

Senja mengacungkan dua jempolnya pada Gissa, tersenyum lebar, “Good job!

Dewi melotot tak terima, hendak protes tapi Gissa sudah lebih dulu menunjuknya, “Lo, diem.” Mendengus, akhirnya Dewi memilih diam. “Jadi, apa rencana lo buat Kala?” Tangan kanannya terulur meraih botol mineral di atas mejanya.

Raut wajah Senja berubah serius. Dia tersenyum sebelum berbicara. “Alih-alih terus berantem sama Cowok Nggak Jelas itu, mulai sekarang gue mau godain dia.” Gissa tersedak. Air yang sedang diminumnya mengalir membasahi jas almamater hitamnya. Beruntungnya tidak sampai mengenai kemeja putihnya.

Dewi justru bertepuk tangan dengan wajah amat bahagia, “Good, Girl! You are amazing! Gue dukung lo dengan sepenuh jiwa dan raga!” ucapnya menggebu-gebu. Senja mengabaikan gadis itu, lebih memilih membantu Gissa mengelap sedikit air yang membasahi jasnya menggunakan tisu. Tapi Dewi akhirnya juga ikut membantu.

Thanks, Guys. Gue udah nggak papa,” Gissa berucap begitu setelah tidak batuk-batuk lagi. Kemudian, tatapannya jatuh pada Senja, “Tapi beneran deh, kaget banget gue. Gila lo.” Di sisi lain, Dewi tersenyum lebar dengan perasaan yang kembali menggebu-gebu.

Senja tertawa, lalu berucap, “Iya sorry. Gue nggak nyangka lo bakal sekaget itu.”

“Lo bikin gue jantungan.”

“Gue enggak tuh,” Dewi menyahut santai.

Gissa mendelik kesal. “Tau gue. Bahagia kan lo?”

Dewi tersenyum lebar. “Of course!

Senja terkekeh saja meski tak paham apa maksud mereka sebenarnya. “Kalo gitu gue buang sampahnya dulu,” Senja mengambil sampah tisu di atas meja, lalu beranjak. Hanya hal sederhana itu yang diketahui Dewi dan Gissa. Padahal Senja setelahnya tersenyum manis, “Enak banget nasi gorengnya. Udah ganteng, pinter masak lagi. Idaman banget. Kebetulan. Cocok buat gue yang nggak bisa masak,” otaknya traveling, membayangkan Dewa sedang memasak nasi goreng di dapur. Senja tersenyum geli, “Andai aja gue bisa liat langsung.”

Senja baru saja hendak memasukkan sampah tisu yang dibawanya ke dalam tempat sampah. Tapi teriakan seorang cowok yang tengah berlari dari sisi koridor langsung mengalihkan perhatiannya, “Senja! Fajar berantem sama temennya di lantai tiga!”

Tak sadar, Senja menjatuhkan sampahnya ke lantai. Dia refleks berlari.

“Senja!”

______________________________________________

THANKS FOR READING!

JANGAN LUPA VOTE!

FOLLOW GRATIS LOH!

GIMANA PARTNYA? SUKA NGGAK?

KALIAN TIM FAJARSENJA APA TIM KALASENJA NIH? ATAU JUSTRU TIM DEWASENJA?

ADA YANG MAU DITANYAIN?

DIPERSILAHKAN KRITIK DAN SARANNYA...

CUKUP HATI AJA YANG KOSONG, KOLOM KOMENTAR JANGAN:)

UNTUK INFORMASI SPOILER PART SELANJUTNYA, FOLLOW AKUN @wattpd__er DI INSTAGRAM!

JANGAN LUPA SHARE KE TEMEN-TEMEN KALIAN!

SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA!

Continue Reading

You'll Also Like

6.7M 343K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
2.7M 41.2K 52
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
7.3M 355K 76
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.9M 305K 51
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...