OBEY ME PUPPY (OMP)

By mushmushroom26

13.4K 746 70

"lebarkan pahamu," ucap wanita yang kini duduk pada kursi di hadapannya sambil melipat paha. jisoo menatap t... More

apprentice
reality
i'm little dissapointed
Affair?
character
worried
boss
assistant
sad
info
doin while sleep
up
girl

heartbeat

904 55 5
By mushmushroom26

"jadi kita membahas misi kita. Baru-baru ini, ada sebuah kekacauan yang terjadi pada bisnis ekonomi. Sebuah kelompok mengerikan memulai perampokan dan pembunuhan kepada pekerja di cabang distributor Utara produksi barang. Hal ini tentu membuat sebuah kerugian besar kepada para produsen dan keselamatan pekerja. Sudah banyak anggota kita yang mencobanya, namun usaha tersebut gagal karena semua anggota kita di nyatakan tewas," ucap pria gagah yang menjadi jendral kepolisian tersebut menjelaskan.

"Kabarnya, semalam perampokan digital juga mulai di lakukan oleh mereka dan merugikan investor yang melakukan transaksi saham mereka. Ini bukan saham bodong, namun memang saham asli perusahaan yang di retas dengan alat canggih mereka," sambungnya.

"Sepertinya target kita bukan sembarangan orang," bisik Lisa di sela pembicaraan pada Jisoo.

Gadis itu mengangguk menyetujui ucapan Lisa. Ia kemudian menatap Rose yang berkutat pada catatannya sesekali melihat pada sang jendral polisi. Sebelum akhirnya ia mengangkat tangan saat berada di sesi pertanyaan.

"Ya. Park Chaeyoung. Silahkan," Sang jendral mempersilakan wanita itu untuk bertanya.

"Jadi bagaimana dengan misi ini? Saya selaku wakil investor,  menanyakan soal keefektifan dan efisiensi waktu dalam pengusiran ini," Rose bertanya dengan nada serius. Jisoo yang melihatnya cukup kagum akan pertanyaan yang di lontarkan olehnya.

"Pertanyaan yang bagus. Misi kali memang di harapkan tidak menggunakan waktu yang lama dan bisa efektif dalam sekali penangkapan anggota. Sehingga saya membuat 2 kubu di tempat berbeda. Tim yang melaksanakan tugas di daerah pelabuhan distributor barang dan tim yang menjadi mata-mata dan melakukan penyergapan secara diam diam di dalam telekomunikasi jaringan mereka berada. Jadi kita bisa memangkas waktu dengan cepat akan hal ini agar bisnis investor maupun produsen secepatnya teratasi," jelas sang Jendral yang langsung di angguki paham oleh Rose.

"Di bagi dua kubu katanya Jis! Moga kita satu tim!!" Seru Lisa sambil mengguncang kuat Jisoo yang terbengong menatap Rose sedari awal.

Rose yang merasakan di tatap kemudian menoleh dan mata merek berdua bertemu. Wanita itu tersenyum kecil pada Jisoo lalu Jisoo yang menyadari hal itu Salah tingkah dan membuang arah.

'oh sial. Dia menatapku sembil tersenyum menawan seperti itu,' batin Jisoo sembari menahan hatinya yang berdetak tidak karuan.

"Jis, denger ga sih aku ngomong?," Lisa menatap Jisoo sembari cemberut dan Jisoo menjawab jujur dengan menggeleng.

"Dih!,"

Ekhemm

Deheman jendral menyadarkan semuanya. Ia kemudian berdiri sembari memperbaiki postur kacamata nya sebelum berkata, "baik sesi pertanyaan saya tutup. Acara selesai, saya harap setelah pembagian tim. Malam ini kita akan segera beraksi," ucap Jendral final sebelum akhirnya pergi keluar ruangan bersamaan dengan beberapa jendral polisi lainnya.

Semua orang perlahan mulai ikut bubar. Menyisakan mereka bertiga yang berkumpul di kursi sekitar Jisoo.

"Keren ga aku?," tanya Rose sembari menoleh pada Jisoo.

Lisa menatap jijik Rose yang kepercayaan dirinya seperti menara Eiffel kemudian membalas, "keren. Kayak tai mulus tanpa isian."

Rose berdecak menyentil kepala Lisa hingga ia meringis. "Ga ada yang nanyain kamu," ucapnya bete .

"Bodo amat," Sahut Lisa.

"Bagaimana?," Rose kembali melemparkan pertanyaan kepada Jisoo.

Jisoo menunduk perlahan sebelum akhirnya mengangguk dalam tundukan nya. Rose mendekati wajah Jisoo dan tiba-tiba mengangkat dagu gadis itu untuk menatapnya.
"Wajahmu merah lhoo," goda Rose sembari tersenyum menahan gelonjak dalam dirinya.

"E-eh?!," jisoo yang tidak siap justru tergagu memahami godaan Rose. Untungnya Jisoo langsung di tarik keluar oleh Lisa yang sudah bete menjadi nyamuk sedari tadi.

"Jis! Ayo kita keluar! Sudah di bagus katanya tim kita di Mading kantor!," Lisa antusias menarik Jisoo hingga ia terseret keluar ruangan. Meninggalkan Rose yang berharap jawaban dari orang yang ia sukai tersebut.










"Noooo?!!," Lisa berlutut sembari berteriak dramatis melihat tabel tim di hadapannya. Menampilkan sebuah kenyataan pahit yang tidak bisa ia terima, dia berbeda dengan tim Jisoo yang menjadi mata-mata.

"Ya... gimana ya, mau gimanapun juga. Kan fisikmu lebih kuat daripada aku, jelas kekuatan mu cocok buat terjun lapangan daripada aku yang kecil begini," ucapan Jisoo semakin menampar kenyataan Lisa yang membuatnya semakin lebay.

Gadis itu menyentuh dadanya dan memepragakan seolah hatinya tercabut dari tempatnya. Ia menatap genggaman tangannya yang kosong dengan pandangan sedih.

"Lebay amat dah," Rose menimpali dengan nada mengejek. Ia  entah darimana datangnya.

Lisa menatap wanita itu dengan pandangan sok garang lalu membuang muka, "cih dasar CEO tukang repot. Kalau misinya satu aja, aku bakalan sama Jisoo kerjanya," gumam Lisa mendumel.

"Repot pala kau, lagian polisi kerjaannya di laku lintas doang. Engga lah, makanya aku kasih misi supaya kalian bisa latihan, khususnya Jisoo yang pertama kali terjun secara nyata. Iya kan Jisoo?," ucap Rose sambil memainkan alisnya menatap gadis tersebut dengan pandangan lawak.

Jisoo tertawa kecil lalu menangguk sembari berkata, "iya sih."

"Dasar menyebalkan cih," Lisa memonyongkan bibirnya membuat lengkungan ke bawah seperti orang cemberut.

Jisoo menggeleng tidak paham akan pikiran sahabatnya ini. Ia kemudian menoleh menatap Rose dan lagi-lagi pandangan mereka tida sengaja terlihat. Rose menatapnya sembari tersenyum kecil, wanita itu kemudian memeluk Jisoo tanpa aba-aba sehingga membuat gadis tersebut terjingkat kaget.

"Apa yang kau lakukan ish," ucap Jisoo cepat sembari berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Hati-hati di sana ya Jisoo," ucap Rose di sebelah telinganya sambil menghirup tekuk belakang Jisoo yang harum.

"Nghh... i-iya," Jisoo merasa geli menahan nafasnya seketika. Tangannya meremas punggung rose secara tidak sadar.

Rose kemudian melepaskan pelukannya lalu menatap mereka berdua sambil berkata,"semoga kita akan bertemu lagi di lain waktu ya."

"Tidak mungkin~," balas Lisa bercanda. Rose kemudian pamit undur diri lebih cepat dan meninggalkan mereka berdua.

"Dia kenapa pamit?," tanya Jisoo kebingungan melihat Rose berlari kecil berbelok ke taman di luar gedung.

Lisa mengangkat kedua bahunya, "entahlah. Mungkin lagi sange wkwk."

Bugh!

"Ish jangan bercanda. Mana ada cewe yang punya batang," ucap Jisoo sembari memukul kecil Lisa yang tertawa.

Meski di dalam hatinya ia sedikit menyangkal saat mengingat suatu hal akan Irene saat mengetahui ia memiliki penis tersebut.

Flashback

Jisoo di tarik paksa oleh Irene setelah acara kencan mereka saat Irene tidak sengaja melihat Rose berbicara dengannya. Gadis itu meski sudah meminta untuk perlahan, namun Irene seolah tuli akan hal itu.
Irene menyeret Jisoo ke dalam mobilnya dan membantingnya ketika masuk. Aura Amarah Irene begitu terasa mengisi atmosfer di dalam mobil. Jisoo menggigil bukan main melihat sedikit urat muncul dari dahi pacarnya.

"Kau ngapain bersamanya?!," suara Irene memberat.

"Dia datang dan hanya menanyakan kabar tentangku. Itu saja. Sisanya kamu hanya bercan-,"

"Aku tidak suka," sela Irene di tengah penjelasan Jisoo.

"Hah?"

"Aku tidak suka dia berada di dekatmu," Irene menoleh tajam menatap Jisoo. Ia melirik pakaian gadisnya yang terlihat elegan namun cukup mencuci mata para lelaki khusunya seperti Rose.

"Kau berlebihan. Dia teman kita lho."

Irene mendekatkan dirinya tidak percaya,"kita? Jika soal ini. Maka itu bukan temanku! Kau milikku Jisoo," ucap Irene tidak tahan yang membuatnya tidak sengaja membentak pacarnya hingga ia diam ketakutan.

Jisoo menggeleng menolak sembari bercicit pelan,"aku tidak suka caramu begini Rene." Ia berniat hendak keluar dari mobil namun Irene yang sudah emosi menarik paksa Jisoo hingga ia kembali ke dalam mobil.

"S-sakit!," seru Jisoo sembari memberontak dari cengkraman Irene yang semakin menguat. Gadis itu bahkan mulai menangis kesakitan, Irene yang tidak peduli kini mendekatkan wajahnya dan ...

Cup!

Jisoo melotot saat tiba-tiba Irene menciumnya. Ia berusaha memberontak namun usahanya nihil karena tangan  di cengkram keduanya di atas kepalanya. Tangan Irene yang bebas bergerak merayap menyentuh dadanya.

"Apa yang kau lakukan berhent- ah!," Jisoo mendongak saat Irene meremasnya dan mempeloroti pakaian yang di kenakan gadis itu hingga ia setengah naked.

"H..hahh! J-jangan kelewatanh batas aghh," Jisoo memberontak saat Irene mencumbui leher jenjangnya hingga meninggalkan bercak merah di sekitarnya.

"Satu -satunya cara agar mereka tahu bahwa kau milikku ialah dengan menandainya. Jadi diamlah," suara Irene menahan gelojaknya yang sedari tadi tertahan melihat tubuh molek Jisoo yang baru pertama kalinya ia lihat.

Punting pink mencuat membuat Irene menegak Saliva nya, pandangan nya menjadi gelap. Rasa penasarannya selama ini akan tubuh pacarnya menjadi jawaban terbesarnya malam ini.

Mulutnya mendekat mengintari setiap dada Jisoo, hidungnya menghirup setiap inci dari kulit lembut gadis tersebut. Ia kemudian mengecup dada samping Jisoo sebelum akhirnya bergerak memasukkan mulutnya ke dalam punting Jisoo.

"Ah!," Jisoo tertahan mendesah merasakan area sensitifnya di sentuh. Rasa geli mulai merangsang otaknya, membuat gadis itu seketika mendesah.

"Hah! Ahhh! Ahhh!! H-hentikan!!," desah Jisoo di sela kegiatan mereka. Kakinya sedari tadi mulai memberontak merasa geli akan hal tersebut.

"Ahh!ahh! Aghh! AW!," Jisoo meringis menangis merasakan Irene mulai menghisap putingnya sesekali menggigitnya.

Wanita itu mulai di mabuk dengan tubuh Jisoo. Lidahnya merasakan benda yang kecil seperti mochi tersebut merasa candu dan ingin melakukannya terus menerus.

Tanpa sadar tangan yang sedari tadi menahan Jisoo mulai terlepas dan Jisoo tidak melewatkan kesempatan emas tersebut.

Plak!

"Jangan kurang ajar kau! Aku takkan memberikan tubuhku padamu!," desis Jisoo marah sambil menutup payudara nya dengan kedua tangan.

Irene yang tertampar terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tertawa dan hal tersebut membuat Jisoo bingung. Apanya yang lucu.

"Kau tidak bisa melawan sayang," ucapnya setelah tertawa sebelum akhirnya melepaskan dasi dan mengikat kedua tangan Jisoo di kepala kursi mobil. Tidak lupa wanita itu berpindah menduduki Jisoo di kursi penumpang hingga Jisoo kini tidak bisa berontak.

"Nah selanjutnya," mata Irene turun menatap rok yang masih tersisa. Ia menyibak rok Jisoo dan memasukkan tangannya menggerayangi pangkal paha hingga Jisoo menggelinjang.

"Ah jangan! Kau melecehkanku!," Jisoo berseru sembari menatap tajam Irene yang hanya tersenyum remeh.

"Melecehkanmu? Jika aku melecehkanmu maka definisi nya ialah penis masuk ke dalam vagina mu sayang. Lihatlah seperti ini," Irene membuka kancing celana satu per satu hingga menunjukkan sesuatu di baliknya.

Jisoo berindik ngeri melihat penis hitam yang berdiri tegak, bahkan penis tersebut bangun menempel payudara nya. Ia memberontak sembari berseru," kau pria dasar bedebah!! Kau gila!."

Irene tersenyum gemas melihat Jisoo yang panik, ia kemudian sedikit berdiri dari pangkuan Jisoo dan mendekatkan kelaminnya hingga ujung penisnya menyentuh bibir Jisoo.

"Hmmph!" Jisoo menutup mulutnya rapat dan membuang muka. Hal itu cukup menyakiti hati Irene.

"Kau tahu Jisoo? Setiap malam aku selalu manstrubasi dengan penisku sembari membayangkan kau menatapku takjub akan kejantanan serta kebesaran benda ini. Namun melihat kenyataan kau menatapku seperti itu, membuat hatiku terluka. Kurasa kau harus belajar apa artinya kenikmatan Dair sebuah penis lelaki," Irene bergumam sembari memaksa pipi gadis itu terbuka dan tanpa aba-aba langsung menjejalkan nya ke dalam mulut Jisoo.

Jisoo?

Gadis itu tersedak, merasakan benda besar itu bahkan hampir membuat mulutnya jebol karena ukurannya tidak main main.

'tidak! Tidak! Ini menjijikan!,' batin Jisoo sembari menangis takala Irene mulai menggerakkan pinggulnya dan memaju mundurkan penis tersebut di dalam mulutnya.

Irene yang melihat Jisoo menangis dalam emutannya justru semakin bergairah. Melihat Jisoo menatapnya sendu di bawahnya membuatnya terasa perkasa dan bangga sebab eksepresi Jisoo seperti ini adalah hal yang langka.
Sehingga pinggulnya bermain, tangannya ikut turun memainkan punting Jisoo yang menganggur sesekali menariknya yang membuat Jisoo refleks sedikit menaikkan panggulnya, pertanda gadis itu cukup kesakitan di buatnya.

'Oh tuhan! Ini nikmat sekali,' batin Irene melihat Jisoo menatapnya memohon dengan kegiatan mengemut penisnya. Penisnya yang terasa di pijit mulai terasa membesar, sepertinya ia akan mengeluarkan sesuatu.

"Ugh!," Irene semakin mempercepat gerakannya, memompa penisnya berharap agar sesuatu di dalamnya keluar.

"Aku keluarga sayangh! Ahhh!!," Irene menekan penis tersebut hingga ke tenggorokan tersebut dan mengeluarkan spermanya di sana.

Uhuk!uhuk!hoe- hmppph!!

Irene membekam mulut Jisoo yang ingin memuntahkan sperma miliknya. Dengan tatapan mengerikan ia berbisik berat,"telan milikku. Atau ku lakukan lagi."

Jisoo dengan gemetar menelan spermanya. Meski terasa asin dan amis bagi Jisoo, ia mau tidak mau harus melakukan nya.

Glek

"Anak pintar. Nah sekarang, kita bermain ke menu utamanya," Irene turun dari pangkuan jisoo dan menunduk menatap dalaman bawah Jisoo yang berwarna pink.

"Wah indahnya. Sebaiknya kau jangan menggunakan warna terang sayang. Itu cukup tembus pandang untuk di lihat orang," saran Irene melihat sedikit lubang vagina Jisoo terlihat samar-samar di balik kain tipis tersebut.

Irene meminggirkan celana dalam itu, dan terlihatlah kemaluan Jisoo secara jelas. Hatinya berdecak kagum melihat klitoris gadisnya berkedut diikuti dengan sekitar vaginanya.

"Wah kau menjaga kemaluannmu dengan baik ya. Warnanya menggoda juga," puji Irene sambil mengusap klitoris Jisoo yang berkedut.

"Ahhh!! Hahh! Hahh!," Jisoo mengandah mendesah bendanya di sentuh. Ia mengigit bibirnya saat jemari Irene mengintari lubang luar vaginanya, membuatnya semakin sensitif.

"Bersiaplah," Irene berucap sambil sedikit bangun mensejajarkan penis besarnya di hadapan vagina Jisoo.

"Seharusnya ini muat. Jika tidak, maafkan aku ya," ucap Irene sambil mengecup singkat puncuk kepala Jisoo yang menggeleng ketakutan.

Benda sebesar itu akan merusaknya seketika. Itu pasti terasa menyakitkan. Pikir Jisoo berkali-kali.

Irene menggesek penisnya, menyentuh vagina Jisoo di bawah sana. Beberapa saat kemudian kepala penis wanita itu sudah siap menempel di depan lubang vaginanya dan hendak siap mendorong masuk ke dalam. Dan ...

Tok!tok!tok!

"Permisi," seru seseorang di luar mobil mengejutkan mereka.

Irene berdecak kesal kegiatannya terganggu. Ia kemudian bergerak kembali ke kursi pengemudi dan melepaskan ikatan Jisoo. Ia melemparkan pakaian tanggal Jisoo dan menyuruh Jisoo memakainya di belakang kursi.

"Ya?," ucap Irene sesudah ia membuka kaca mobil.

"Restoran ini sudah mau tutup. Saya harap anda segera keluar," ucapnya sopan dan langsung di angguki oleh Irene. Wanita itu berterimakasih dan mulai menggerakkan mobilnya menuju keluar parkiran.

"Sialan," decak Irene yang dapat di dengar Jisoo di belakang. Gadis itu gemetaran bukan main sembari menyentuh kelaminnya.

"Ini mengerikan," cicit Jisoo pelan.



Flashback end




Hosh! Hosh! Hosh!

Rose mengatur pernafasannya saat tiba di salah satu bilik toilet. Wanita itu menjeduk dahinya di dinding toilet sambil menutup wajah yang memerah.

"Oh tuhan! Aku tidak tahan menatap nya!! Jantungnya bahkan berdetak kencang sepertiku!! Oh no?! Perasaan ini tidak bisa berkurang sedikitpun," monolognya sambil berjingkat riang.

Ia tidak bisa menahan kesenangannya. Sebelumnya ia cukup terkejut saat mengetahui bahwa Jisoo sama detak jantungnya dengan dirinya. Iya berpikir bahwa gadis itu mencintai nya.

"Aku mencintai mu Jisoo. Perasaan ini tidak bisa di rubah sedikitpun," gumamnya sambil menahan senyum.

Continue Reading

You'll Also Like

108K 9.8K 42
Cerita fanfic ini akan fokus kepada kehidupan Hong Haein dan Baek Hyun Woo sebelum mereka menikah kembali, ketika menikah, dan setelah mereka menikah...
46.7K 6.1K 24
Jennie yang baru saja pulang dari kantornya tiba-tiba menemukan gadis kecil gelandangan di jalan dan menjadikan gadis itu sebagai putri angkatnya. ak...
194K 17.5K 55
FIKSI
1.3M 90K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...