My Beloved Ahjussi | SUNGJAKE

By xxwendy03

6.2K 659 145

Seumur hidup, Jaeyun tak pernah sekalipun terbesit akan terpincut dengan brondong di usianya yang sudah kepal... More

1. Cinta Pada Pandangan Pertama?
2. Permainan Di Mulai
3. Please, Maafkan Aku
5. Si Biangkerok
6. Musibah Atau Keberuntungan?
7. I'm The Lucky One
8. Dia Siapa?

4. Pantang Menyerah

690 77 25
By xxwendy03

Ayo-ayo vote dan komen, biar aing makin semangat oiish:3
.

.

.

.

.

.

Meski sudah di peringati Jaeyun jangan menampakkan diri di kantornya lagi, justru Sunghoon langgar janjinya, dirinya tetap datang ke gedung pencakar langit itu tapi tetap sembunyi-sembunyi. Supaya tetap aman. Pokoknya pandai-pandai dirinya mau hidup.

Larangan adalah perintah baginya.

Sunghoon rela beli teropong, supaya dari jarak kafe yang ia tongkrongi sekarang, masih bisa memantau gerak-gerik sang pujaan hati.

"Ck! Kapan sih dia turun? Ke kantin atau apa gitu, sudah tiga jam aku disini tapi tak ada tanda-tanda." Rutuknya pada angin lalu, pelanggan silih berganti menyambangi kafe itu, tapi tetap Sunghoon tak mengubah posisi duduknya yang menghadap langsung ke kantor.

Ia bahkan memilih membolos sekolah ketimbang ketinggalan melihat wajah paripurna Jaeyun, inilah ciri-ciri generasi tak berguna.

Bukannya sibuk menimba ilmu, malah sibuk menimba jodoh.

Orang-orang tak akan mencurigainya sebagai anak sekolah, karena ia sudah mengganti pakaian biasa dengan atasan jaket kulit hitam dan celananya, tetap celana sekolah.

Palingan yang membuat heran para pelanggan lain yaitu, tingkahnya yang aneh. Memakai teropong, sibuk dengan dunianya sendiri, dan mendumel-dumel tak karuan.

Ganteng-ganteng, tapi malah aneh.

Begitulah kurang lebih, penilaian orang-orang padanya.

"Hah! Itu dia! Itu dia!" Untuk kesekian kalinya, Sunghoon asyik sendiri. Dia tak peduli orang-orang lain di kafe itu menilainya. Pokoknya ia mau menikmati momen berharganya hari ini, karena besok dia ulangan.

Untung masih ingat nilai.

"Aduh, kapan sih dia jeleknya? Perasaan tidak pernah, melamun saja lucu." Gumamnya pelan, supaya orang-orang tak semakin ketakutan dengannya kalau dirinya bicara sendiri.

Di penglihatan Sunghoon, Jaeyun tengah menikmati makanan yang ia tebak mie jjajangmyeon.

"Heheee, jadi tambah lucu karena belepotan."

Kesenangannya hanya berlangsung sebentar saja, karena setelah itu ia kembali berkomat-kamit penuh emosi, "hah??? Kenapa si pendek itu lagi sih??! Aish!"

Si pendek yang di maksud adalah Sunoo, Sunoo mendadak duduk di hadapan Jaeyun dengan senyuman andalannya dan pemuda itu juga membantu membersihkan saus kacang kedelai hitam yang berlepotan di bibir Jaeyun dengan tissu.

"Harusnya aku yang disana~" Di hentaknya teropong ke meja. Lubang hidungnya kembang kempis, dadanya naik turun menghirup dan menghembuskan napas. Sebisanya ia meredam emosi. Hatinya remuk redam melihat pemandangan yang memilukan hati mungilnya.

Semakin gosonglah Sunghoon karena kepanasan api cemburu melihat Sunoo yang satu langkah lebih beruntung darinya.

"Haruskah aku...pura-pura bekerja jadi cleaning service disana??? Tapi sekolahku nanti bagaimana??? Aish!"

Tak memakai teropong pun, masih kelihatan mereka berdua tengah asyik berbincang.

"Kalau yang satunya lagi datang, aku bakar kantor itu lama-lama. Tapi selamatkan si cantik dulu hehe."

Sunghoon memang unik, sekejab rusuh dan sekejab mata bisa berubah pendiam. Seperti sekarang, ia termangu membawa pikirannya mengawang entah kemana. Dipikirannya, kapankah ia ada kesempatan bisa dekat dan berdua-duaan dengan bebas seperti itu juga dengan Jaeyun, dirinya jadi iri dengan Sunoo.

"Kalau aku tak membuat masalah dengannya... apa berakhir seperti ini juga?"

Sejatinya karena ia membuat masalahlah, makanya bisa bertemu dengan Jaeyun. Bayangkan jika tidak; melihat wajah pun tidak bisa, apalagi kenal.

"Si pendek itu siapanya dia sih??? Kok bisa akrab? Bukannya dia CEO? Kenapa tidak ada segan-segannya dengan atasan??"

Beberapa saat kemudian, Sunghoon terkesiap sendiri saat pikiran negatifnya berkitar-kitar dengan riyuh, bagaikan angin ribut di kepala bagai tong kosongnya, "jangan-jangan...."

"Hm. Tapi... siapa yang posisinya.... di atas dan di bawah?"

Kepalanya mulai membuat skenario liar tanpa bisa ia elak, setan dalam dirinya tengah bekerja di otaknya. Di bayangan pikirannya, kalau Jaeyun dan Sunoo adalah sepasang kekasih, mereka pergi kencan dan berakhir bercumbu penuh gairah dan...dan Jaeyun di...

Sunghoon menggeleng ketika khayalannya mulai semakin jauh. Bisa bahaya.

"Shit!" Saat ia melirik ke bawah, tepat bagian selatan tubuhnya ada yang berontak.

Matanya mengedar ke sekitarnya, aman, tak ada seorangpun di meja kiri kanannya.

"Kenapa kau bangun hah?!" Desisnya yang kesal setengah mati. Di jentiknya kuat-kuat sang 'adik' yang bangun tanpa permisi dari sarangnya, lalu meringis kesakitan karena ulahnya sendiri. Semua karena gara-gara pikiran kotornya tadi. Lemah sekali, begitu saja ia terangsang.

Sialan. Memalukan sekali.

Sunghoon lekas meraih tas miliknya untuk menutupi area vitalnya ketika ada orang datang.

"Huff...huf...tenang...tenang, kalau kau kembali tetidur nanti kukasih hadiah." Dirinya sudah tampak seperti pencabul akut sekarang.

Baiklah, lebih baik kembali ke rutinitas awalnya, ia harus alihkan pikiran supaya si 'adik' bisa kembali tidur dengan damai.

"Hah? Mereka kemana? Tidak ada mereka lagi disana." Sunghoon menurunkan teropong yang ia pegang. Ia kecewa berat, lengah sedikit saja sang pujaan hati sudah menghilang. Seharusnya tadi ia jangan melamun, sampai berkhayal tak jelas pula.

"Aish...."

"Ya! Kau disini ternyata?"

"Kenapa kalian di sini? Niat sekali kalian ke kafe ini, disini,'kan lumayan jauh dari sekolah. " Entah dari mana teman segengnya malah muncul di saat yang tak tepat.

"Memangnya kenapa??? Ini,'kan tempat umum. Bukan kafe punya nenek moyangmu. Mau jauh atau apapun ya suka-suka kami, kami mau coba suasana baru." Jawab Nicholas enteng.

"Cih! Kenapa kalian ikut-ikutan bolos? Sesayang itu kalian denganku?" Seusai mulutnya berkata seperti itu. Kepala dan tubuhnya habis menjadi sasaran empuk bagi teman-temannya.

Karena mereka berempat heboh, alhasil hampir semua pelanggan di cafe menatap tajam ke arah mereka.

Merasa bersalah dengan tingkah mereka sendiri, teman-teman Sunghoon langsung ambil tempat. Duduk dengan tenang di 3 kursi yang masih tersisa.

"Ck, kalian menggangguku saja. Kenapa sih kalian mengikuti bolos?!"

"Kau tak tahu? Ini,'kan sudah jam pulang bodoh." Sahut Hyunjin yang kesal pada Sunghoon karena sedari tadi menuduh mereka.

Alis tebal Sunghoon terangkat, dilihatnya arloji yang melingkar apik di pergelangan tangannya, ternyata benar, sudah jam pulang. Tandanya sudah 4 jam ia duduk sambil mengamati Jaeyun. Untung membuahkan hasil.

"Besok kau tak bisa bolos, besok ulangan." Kata Riki yang kali ini ada benarnya, mengingati teman kepada hal yang baik.

"Aku tahu."

"Jadi bagaimana? Ketemu dengan incaranmu?" Tanya Nicholas.

"Sunghoon~Sunghoon, cepatlah sadar. Kau bukan levelnya." Timpal Hyunjin yang sungguh tak yakin Sunghoon akan berhasil meraih cintanya, karena terdengar mustahil sekali.

"Aku bukan pesimis sepertimu, sorry bro. Dan ya, aku ketemu dia tadi."

"Okey, semoga kau berhasil dan tak menyesal."

"Sudahlah biarkan saja dia, namanya juga masa puber. Benar,'kan Sunghoon?" Riki menyela perdebatan yang pasti tiada ujung ini, karena apapun kalau Sunghoon sudah suka, bakalan susah di kasih tahu. Jadi biarkan dan lihat bagaimana akhirnya.

Di antara ketiga temannya, memang Riki sang penyelamat Sunghoon. Entah tulus membelanya, atau malah kasihan.

"Mau pesan apa?" Tanya pelayan yang datang ke meja mereka dengan kertas note, siap menulis pesanan.

"Semuanya...iced tea."

"Oh, tidak. Kalau aku....air putih." Sunghoon memberi senyum pasta gigi pada si pelayan di akhir. Ia tadi sudah memesan dan pesanannya juga iced tea. Iya benar, ia berjam-jama hanya di temani iced tea tak ada yang lain.

Pelayan itu hanya memberi raut datar bak papan lalu tanpa sepatah kata meninggalkan mereka.


"Ini saja?"

"Iya itu saja."

Baru saja Jaeyun menyerahkan beberapa lembar uang pada kasir, tapi ada tangan seseorang yang menyela lebih dulu dengan kartu.

"Bayar pakai kartuku saja, sekalian bayar yang punya dia juga ya."

Saat tahu tangan siapa, Jaeyun sontak membuang muka. Ia malas kalau sudah berhadapan dengan Sunghoon.

"Kau...ck!" Tanpa kata-kata lagi, ia langsung menyerahkan uang tanpa peduli dengan kembaliannya, kemudian keluar dari mini market sambil membawa barang yang ia beli, tak sedikit pun ia menoleh ke belakang.

"P-paman! Aduh, ini pakai kartuku saja. Cepat!" Sunghoon tergesa-gesa menyuruh sang kasir untuk segera menyelesaikan pembayaran dengan kartunya saja.

"Aduh, cepat, cepat, cepat." Sunghoon tak sadar malah mebuat sang kasir jadi ikutan panik dan terburu-buru.

Tak memakan waktu lama, sang penjaga kasir menyerahkan kartu Sunghoon kembali setelah menyelesaikan transaksi.

Sunghoon dengan cekatan maksimal meraih kartunya sekaligus uang Jaeyun dan melesat mengejar jejaknya.

Tubuh Sunghoon berputar-putar mencari keberadaan Jaeyun, "ah itu dia." Ia senang bukan kepala, saat menemukan siluet tubuh kecil Jaeyun di antara lautan manusia, Sunghoon lantas tancap gas mengendarai motor hitamnya.

Jaeyun tadi membawa mobilnya tapi ternyata ban mobilnya bocor jadi harus di derek, dirinya mau menghubungi supir untuk menjemput, tapi sang supir baru saja mengundurkan diri beberapa hari yang lalu. Heeseung susah di hubungi dan Jongseong yang masih terbujur lemah di ranjang rumah sakit. Makanya pilihan terakhir ia harus menaiki transportasi umum.

Seingatnya, mobilnya hari ini tak ada kemana-mana selain terparkir rapi di parkiran kantornya. Tapi entah kenapa bisa bocor, apa tadi selama perjalanan ban mobilnya memang sudah kempeskah?

Namun sayang beribu sayang, ia malah bertemu dengan Sunghoon saat dirinya mampir ke mini market untuk membeli roti isi.

"Paman! Naiklah, aku akan mengantarmu sampai ke rumah."

"Berhentilah mengikutiku! Kau penguntit hah? Aku bisa berteriak sekarang."

"Siapa yang menguntitmu? Aku habis bermain dari rumah temanku, kalau tak percaya aku ada bukti kami mengirim pesan."

Jaeyun berdecak kesal, manik matanya menjeling tajam ke arah Sunghoon. Sorot matanya seakan berapi-api penuh kebencian pada Sunghoon. Tak mengeluarkan sepatah katapun, ia meninggalkan begitu saja pemuda tinggi itu.

"Kau yakin tak mau menumpang? Ini sudah malam, bisa berbahaya."

"Yang membahayakan aku sekarang adalah kau. Sana pergi. Bukannya sudah kubilang jangan tampakkan dirimu lagi? Apa kau tak mengerti?"

"Bukannya tak boleh menampakkan diri di kantormu? Berarti di luar dari kawasan kantormu, artinya boleh." Sunghoon menyengir tanpa beban, ia tersenyum menang karena Jaeyun terjebak di ucapannya sendiri.

"Okey! Mulai sekarang, dimanapun jangan tampakkan wajahmu itu di hadapanku." Jaeyun melanjutkan lagi langkahnya menuju halte bus, tak menghiraukan Sunghoon yang masih betah mengekorinya.

Bahu Sunghoon merosot mendengar penuturan Jaeyun yang terkesan kejam padanya, "jangan begitu dong, kenapa kau begitu dendam sih denganku? Dan lagian aku berniat baik kok, mau mengantarmu karena sudah terlalu malam. Kalau kau tak percaya periksa saja tubuhku, aku tidak ada bawa senjata, atau lihat ini di jok motorku."

"Kau bisa lihat sendiri, tidak ada senjata bukan?" Lanjut Sunghoon, ia bersikeras agar Jaeyun yakin sepenuhnya padanya kalau ia tak ada niat jahat sama sekali. Masa iya, dirinya mau mencelakai sang pujaan hati? Tidak mungkin.

"Sudahlah."

"Hey Paman."

"Paman! Paman!" Jaeyun sampai menghentikan tungkainya saat mulai resah mendengar panggilan dari Sunghoon.

"I-itu...bukannya jarak umur kita memang berbeda jauh? Aku lihat biografimu di internet."

Jaeyun tak bisa berkata apa-apa lagi pada Sunghoon, dengan emosi yang sudah di ubun-ubun, ia memalingkan wajahnya dan lanjut berjalan yang terkesan sedang menahan kekesalan yang mendalam.

"Atau, mau kupanggil sayang?"

"Jangan melewati batas ya!"

Sunghoon anehnya malah tertawa bukan takut pada Jaeyun.

Keduanya hening sejenak tak ada pembicaraan hanya suara langkah kaki yang beradu dengan aspal jalanan, dan deru mesin motornya Sunghoon yang memecah keheningan di antara mereka.

"Paman, kau benar-benar masih marah?"

"...."

"Apa aku harus bersujud di kakimu dulu supaya kau tak marah lagi padaku?"

"Aku bilang aku sudah memaafkanmu, kau sendiri yang repot-repot mengikutiku seperti ini."

"Kau bohong, buktinya ini kau masih marah. Kalau tidak pasti kau berlagak biasa saja."

"Lagian....kenapa harus semarah itu sih Paman? Bukannya...kita sama-sama pria? Dan aku juga sudah tulus minta maaf."

Kalimat terakhir Sunghoon, cukup mengubah isi pikiran Jaeyun. Ia pun bingung kenapa ia bisa semarah ini pada Sunghoon yang sudah meminta maaf padanya.

Jaeyun menghentikan langkahnya ia menghela napas lalu menghadap Sunghoon, menatap permata kembar segelap jelaga itu.

"Apa kau tak khawatir pulang sendiri naik transportasi umum? Bagaimana kalau ada penjahat nanti? Apalagi kau berpakaian mewah, dari kepala hingga ujung kakimu."

Perkataan Sunghoon ada benarnya, Jaeyun jadi berpikir dua kali ingin menaiki bus. Karena jadi terbayang-bayang apa yang akan ia alami nanti jika pulang sendiri.

Jaeyun memutar bola matanya, ia benci harus luluh pada perkataan Sunghoon, namun ia juga tak mau nanti di tengah jalan, dirinya tinggal nama saja alias mati.

"Kalau kau macam-macam, aku semprot matamu dengan semprotan cabeku."

"Bahkan kau mau menelpon polisi pun, aku tak masalah. Ponselmu masih hidupkan? Kalau menurutmu aku mencurigakan nanti, kau tinggal telepon polisi saja."

"Iya iya iya." Jaeyun akhirnya menaiki motor Sunghoon karena tak ada pilihan lain kalau ingin pulang dengan selamat malam ini.

Sunghoon yang di depan, berusaha mengontrol dirinya. Mimpi apa dia semalam, bisa memboncengi seorang CEO ternama dan orang yang ia cintai pula. Ia tahan senyumnya yang kian melebar, takutnya bisa melebar hingga ke telinga nanti.

"Okey, sudah siap?"

"Hm."

"Rumah Paman dimana?" Jaeyun membertahu alamat rumahnya yang langsung di mengerti oleh Sunghoon.

"Oh iya, ini uangmu tadi. Untukmu saja buat jajan, anggap saja ini upahmu mengantarku."

Hati Sunghoon serasa tercubit saat Jaeyun malah menggagapnya selayaknya tukang antar jemput. Dan uang ini untuk jajan katanya? Uang jajannya masih banyak malah, tersimpan apik di mesin ATM. Orang tuanya rutin tiap bulan memberinya 5 juta untuk jajannya selama sebulan, jadi sebisanya mengatur keuangannya sendiri.

"Kau menganggapku tukang antar jemput?"

"Hah? Apalagi sih...?"

Tak menanggapi ucapan Jaeyun, Sunghoon malah turun dari motornya dan memberi uang Jaeyun pada seorang gembel yang terduduk lesu dengan kepala tertunduk di depan toko yang sudah tutup.

"Terima kasih..."

Sunghoon hanya memberi anggukan kecil, baru saja ia akan kembali pada motornya yang mana sudah ada Jaeyun menunggu dengan tangan terlipat di depan dada, sepertinya mood Jaeyun sedang di ambang batas. Tapi suara dari si pengemis tadi mengintrupsi Sunghoon.

"Ah, tunggu."

"Ya?" Karena Sunghoon anak yang tak sombong, tentunya ia berbalik lagi.

"Dari penglihatanku, masa depanmu cerah tapi untuk percintaanmu mungkin kau butuh perjuangan."

Dari raut wajahnya tercetak jelas, seakan skeptis dengan ucapan si pengemis. Ia tak percaya ramalan, itu hal takhayul dan prekognisi baginya.

"O-oh...okey hehee."

Siapa yang percaya dia seorang peramal?

Jaeyun hanya mendengar obrolan mereka sayup-sayup, tak terlalu terdengar apa yang mereka bicarakan. Ia berharap Sunghoon segera kembali ke motornya dan cepat antar dirinya pulang. Ia mau istirahat karena kepalanya terasa berat.

"Cepatlah antar aku pulang, aku sudah capek."

"Iyaa Tuan Putri."

"Kau mau aku jambak?"

Sunghoon tertawa saja menanggapi Jaeyun, lalu pergi mengantar si bawel Jaeyun.

Tbc

*ilustrasi motor sunghoon*

Apa itu jadwal upload??? Aku gak kenal itu😭🤣

Continue Reading

You'll Also Like

328K 24.9K 111
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
89K 8.2K 22
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
503K 50.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
71.1K 5.5K 34
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.