Gauri sudah menyetel alarm. Ia pun bangun tepat pukul lima pagi, sesuai rencana.
Gauri hendak memasak untuk sarapan dirinya dan jugasang mertua.
Gauri akan membuat nasi goreng dengan bumbu lokal Bali. Ditambah sambal matah.
Sejak pernikahan pertama dengan Affandra, ia sudah memiliki daftar makanan apa saja yang disukai dan tidak oleh mertuanya.
Namun belum satu kali pun pernah dibuat.
Untuk menu sarapan telah dimasak, Gauri yakin cita rasanya tidak akan mengecewakan dan bisa disukai oleh sang ibu mertua.
Sayang, mereka tak bisa makan bersama. Ibu Aida tak kunjung keluar kamar hingga pukul tujuh. Kemungkinan juga belum bangun.
Dan tepat pukul delapan, instruktur yoga sudah datang untuk melatihnya. Berlangsung sampai satu jam lamanya, tapi terasa cepat karena mengasyikkan dilakukan.
Lebih banyak mengobrol dan meditasi karena baru pertama berjumpa. Tentu jadi lumayan dekat, setelah beberapa bahasan.
Yoga prenatal akan dilakukan dua kali dalam seminggu, hingga nanti waktu lahiran tiba.
Gauri merasa jadi rileks, setelah mengikuti. Walau sedikit lelah dengan tubuhnya.
Ingin tidur siang lebih lama, namun karena ada janji kelas antenatal pukul tiga, ia hanya bisa istirahat selama satu jam.
Instruktur yang memiliki sertifikat internasional dan pendidikan kedokteran ilmu obstetri, tentu tak kaleng-kaleng mengarahkannya.
Sesi pertama pertemuan pun lebih banyak mengobrol, terutama ditanyakan bagaimana perasaan dan pengalaman di usia kehamilan enam bulan. Gauri gamblang bercerita.
Program antenatal akan dilakukan seminggu tiga kali. Dan bebas berkonsultasi kapanpun via telepon sampai persalinan tiba.
Pertemuan berikutnya, akan membahas soal kehamilan secara spesifik, terutama hal-hal perlu dipersiapkan untuk melahirkan.
Sejak hubungan membaik dengan sang ibu mertu, Gauri terbilang bersemangat untuk mengikuti kelas apa pun yang harus diikuti.
Selain demi kehamilannya, cara ini untuk menunjukkan rasa bakti pada Ibu Aida.
Gauri sudah memenangkan hati Affandra, ia pun harus bisa mendapatkan kasih sayang dari mertuanya, walau perlahan-lahan.
"Ibu Aida sudah selesai?"
Ya, Gauri baru saja tiba di dapur. Niatan tentu ingin membantu ibu sang suami itu memasak.
Namun, Ibu Aida sudah tampak tak lakukan kegiatan apa pun, selain menuangkan jus ke dua gelas kaca diletakkan di kontener dapur.
Waktu masih menunjukkan setengah lima sore, masih dua jam untuk makan malam.
Gauri kira sang ibu mertua masih berkutat di dapur, ia berniat bergabung. Selain tunjukkan bantuan, ingin bersama Ibu Aida lebih lama.
Sejak pagi, mereka hanya bertatap muka sebentar dan tidak saling bicara.
"Makasih, Ibu Aida," ujar Gauri sopan selepas terima gelas dengan jus yang penuh.
Ukuran besar untuk diminum, namun akan dihabiskan guna menghargai usaha sang mertua yang sudah membuatkannya.
Gauri lantas menyusul, setelah dilihatnya Ibu Aida minum. Rasa jus sangat segar, walau tanpa tambahan gula atau es batu.
Tentu, masih seperti kemarin lezatnya.
Ya, kemarin kira-kira pukul delapan malam, sang mertua memberikan jus yang sama.
"Gauri …,"
"Iya, Ibu Aida?" Direspons segera sembari memandang tepat ke netra sang mertua.
Full versi part ini ada di karyakarsa. Link di bio.
Bisa dibeli juga dalam bentuk pdf, pemesanan via WA 081717254225. Only 40k untuk full versi cerita (50 bab) + 10 ekstra part.