bidadari_ku menangis

By fiyy14

68.7K 1.8K 281

*** Hashyna, gadis 18 tahun yang harus menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan seorang pewaris... More

prolog
1. tentang Hasyna
2. Pernikahan
3. Diboyong kerumah suami.
4. Pacar suamiku
5. Dijemput paksa
6. Angga
7. pintu kamar terkunci
8. selimut simbok
9.nomor pin baru
10. suamiku bersama pacarnya.
11. Hanan dan Hujan
12. Foto yang tidak asing
13. Gunung kembar Clara
14. Mabuk
15. Rama cemburu?
16. Meeting.
17. Frans dan Casandra
18. Mas Rama.
19. Lorong kampus.
20. ciuman dimeja makan.
21. Peresmian gedung baru.
22. Gaun blue ice
23. Steak sapi
24. pintu toilet terkunci.
25. Kamar hotel.
26. Dilabrak Clara.
27. rumah sakit.
28. Pulang dari rumah sakit.
29. Semangkuk bubur
31. Mual.
32. Ciuman dikening
33. uang perusahaan.
34. Jatuh cinta
35. Pelukan pertama
36. Menghilang.
37. Mengalah.
38. Roti keras.
39. Sarapan pagi.
40. surat ijin
41. Bar.
42. Sepotong Pizza
43. Coklat Panas.
44. Rambut yang basah.
45. Bonsai.
46. cangkir yang sama.
47. Bertepuk sebelah tangan.
48. Gelas Anggur
49. Arena Circuit
50. Serpihan luka
51. Drama sarapan.
52. Frustasi
53. perih
54. telepon
55. Bayang Bayang Hasyna
56. acuh
57. Duri ikan.
58. Sepi.
59. jurus jitu
60. Foto masa kecil.
61. Adik ipar.
62. Demam.
63. Muroja'ah
64. Bening pagi.
65. Kecap manis
66. Tangis Hasyna.
67. Unlimited card
68. jemuran.
69. kekecewaan Hasyna.
70. Luka Baru
71. Gudang.
72. dirujuk kerumah sakit
73. Terbangun.
74. Kursi roda.
75. cctv
76. taman.
77. permintaan pulang.
78. Pasar kaget.
79. makan siang
80. Amplop rumah sakit.
81. Roti sobek.
82. Selamat tinggal.
83. Pamit
84. Date.
85. maaf ya??
86. mas menyukaiku?
87. Janji.
88. Rintik gerimis
89. Bunuh diri.
90. mantan pacar
91. Bidadari Bumi

30. obat dari Rama

601 17 1
By fiyy14

Rama Masih Berdiri di depan meja belajar Nana, laki-laki itu memegang lembaran kertas kecil yang ia temukan di antara tumpukan kertas-kertas yang ada di ujung meja. Setelah diamati ternyata kertas itu berisi resep obat 7 bulan lalu yang harus ditebus oleh gadis itu di apotek, hal ini membuat Rama semakin yakin jika istrinya mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan lambung itu sudah lama.

Saat masih mengamati kertas di tangannya, Rama baru menyadari jika Hasyna telah selesai dari kamar mandi. Gadis kecil yang telah berganti baju dan membersihkan diri dari muntahan-muntahan yang tadi ia keluarkan tengah berjalan mendekat ke arahnya, Rama langsung memandangi wajah pucat istrinya ingin bertanya lebih dalam tentang penyakit asam lambung yang diderita namun ia sendiri tidak yakin jika Hasyna akan memberi jawaban yang akurat.

"Mas Rama masih di sini?". Hasina sedikit terheran mengapa Rama masih ada di kamarnya, ia mengira laki-laki itu telah pergi saat ia berada di kamar mandi.

"Sejak kapan kamu punya penyakit lambung?". Rama masih saja memperhatikan Hasyna dengan mimik heran mengapa gadis ini tidak pernah berbicara apapun tentang dirinya sendiri. Bahkan mertuanya juga tidak memberitahunya jika Hasyna memiliki riwayat penyakit ini. Tidak menjawab pertanyaan dari Nana, laki-laki itu justru mengintrogasi Nana sebab ia telah melihat resep obat dari dokter yang baru saja ia temukan.

"Mas Kok nanyanya gitu!". Jawab Hasyna keheranan mengapa Rama tiba tiba bertanya seperti tadi.

Lantaran tidak mendapat jawaban dari Nana, Rama langsung menatap Hasyna dengan tatapan tajam seolah hendak melalap habis Hasyna. Bayangkan saja perempuan itu masih terlihat lemas namun ketika ditanya ia tidak pernah menjawab dengan pasti apa yang terjadi pada dirinya. Hasyna sendiri sebenarnya bingung dengan perilaku Rama yang berubah ubah padanya, sejak awal Rama telah menekankan agar mereka mengurus kehidupan mereka masing-masing namun berulang kali Rama sendiri yang melanggarnya dan sekarang ia bertanya sesuatu hal tentang kehidupan pribadi yang seharusnya Rama tidak boleh menanyakan itu kepadanya.

"kenapa kamu nggak pernah bilang kalau kamu punya riwayat sakit lambung?". Hasina terdiam melihat selembaran kertas kecil yang dipegang oleh Rama, Ia juga lupa membuangnya dan malah menyimpan kertas itu bersama dengan kartu-kartu identitasnya.
Rama mulai mengintimidasinya, laki-laki itu mengayunkan kaki mendekatinya dengan tatapan tajam membuat nyalinya menciut malam ini. Ia tahu Rama tidak akan melepaskannya sebelum mendapatkan jawaban yang ia inginkan, langkah kaki itu terus saja melangkah mendekatinya membuat Hasina yang tadinya berdiri mematung perlahan mundur mundur dan mundur hingga kakinya tidak dapat lagi melangkah mundur karena terhalang tempat tidur. Namun Rama masih saja mendekat ke arahnya, gadis itu akhirnya duduk menghindari tatapan mata Rama mencoba menghalau langkah laki-laki itu dengan menjulurkan kedua tangannya ke depan.

"Stop mas!!!". Pintanya karena benar-benar ketakutan, hatinya was was sendiri melihat Rama yang mengintimindasinya malam ini.

"itu resep dokter tahun lalu, tapi Nana sudah nggak papa kok". Jawab Nana mengalah, ia tahu apa yang diinginkan laki-laki itu hanyalah jawaban yang keluar sendiri dari mulutnya.

"Malam ini kamu juga nggak makan lagi?".

"Nana makan kok mas, tapi nanti ya pelan-pelan". Ucapnya  bersamaan dengan perut bagian atas yang terasa seperti terbakar.

"panas sekali". Batinnya, Nana memegangi perut atasnya yang terasa panas hampir ke dada. Melihat itu Rama langsung mendekat.

"it's oke mas, Nana nggak papa. Mas bisa istirahat ke kamar mas, nanti Nana makan sendiri". Ucap Nana yang masih saja memegang perut bagian atas.

"jangan membuatku marah Hasina, jangan sekali-kali membohongiku!!!!". Kali ini Rama meremas kertas itu, melihat Apa yang dilakukan Rama membuat Hasina miris sendiri, dia takut nasibnya akan sama seperti kertas yang diremas oleh tangan kekar Rama.

"Lebih baik kamu istirahat besok, aku akan meminta Pak Anto untuk mengantarkanmu ke dokter!!!!". Rama melempar kertas kecil yang telah diremas ketempat sampah dan beralih menatap tajam istrinya yang dirasa memang keras kepala.

"Tapi mas, Nana mau berangkat kuliah".

"Jangan membantahku Hasina!!!". Ucap Rama sebelum akhirnya mengambil mangkuk bubur yang ada di meja dan memberikannya pada Hashina, tidak lama setelah itu suara pintu kamar diketuk terdengar. Nana yang hendak berdiri dihalau oleh Rama agar tetap duduk, Rama sendiri yang berjalan dan membuka pintu.

Tidak tahu siapa yang ada di depan dan apa yang dibicarakan Rama dengan orang itu namun ia mendapati Rama kembali kepadanya dengan bungkusan obat yang ada di tangan kekarnya.

Rama membuka bungkusan itu, ia mengambil obat dan membukanya. Ia pula mengambil botol minum Hasina yang berada tidak jauh darinya dan meminta gadis itu untuk meminumnya.

Hashina menuruti keinginan Rama, ia telah mendengar sendiri jika Rama tidak mau dibantah. Pasti jika kali ini ia menolaknya dapat ditebak Rama akan memarahinya. Setelah Hasina meminum obat itu Rama kembali meminta botol minum yang tengah dibawa oleh Hasina dan menaruhnya kembali di atas meja.

"Mas". Panggil Hasina pelan dengan suaranya yang lirih. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak menoleh, Ia masih melihat meja belajar Nana yang berantakan. Ia pula melihat ponsel Nana yang berada di samping laptop yang sedari tadi dalam mode stand by.

"Mas". Panggil gadis itu lagi, namun Rama masih saja enggan untuk menjawabnya, membuat Hasyna kesal namun tidak berani menunjukkan rasa kesalnya di depan Rama. Diliriknya Rama yang justru menarik kursi dari meja belajarnya mendekat ke arahnya. Laki-laki itu duduk 90 derajat di sampingnya.

"kamu belum makan buburnya?". Celetuk Rama begitu ia telah duduk dan melihat Hashina yang masih memegang sendok dan mangkuk bubur di pangkuannya.

"Tadi Mas ngasih Nana Obat apa ya?".

Tetap saja Nana tidak mendapat jawaban apapun dari Rama, laki-laki itu masih memperhatikannya membuat Nana kembali menunduk karena takut juga ditatap sedemikian rupa oleh Rama.

"Mas nggak mau bunuh Nana kan!!!". Mendengar kalimat yang dilontarkan istrinya Rama langsung mendongak, ia mendekatkan wajahnya ke arah Nana.

"Saya tidak segila itu Hasina!!!!". Jawab Rama pelan namun penuh penekanan. Sepertinya ia marah mendengar kalimat terakhir Nana.

"maaf Mas, Nana nyinggung perasaannya mas". Nana jadi tidak enak sendiri.

"habiskan buburmu!!". Rama menyuruhnya, Nana masih enggan untuk memakan bubur itu perutnya masih terasa nyeri dan serasa terbakar pada perut bagian atasnya.

"Mas bisa keluar dari kamar Nana, biar Nana habiskan sendiri bubur ini".

"yakin kamu tidak akan membuangnya?".

"kamu terlalu pandai bicara Hasina!!!!". Imbuh Rama yang enggan meninggalkan istrinya di kamar sendirian.

"Nana takut muntah lagi mas". Gadis itu berusaha memberi alasan,

"Apa hubungannya muntah dengan aku yang ada di sini, cepat habiskan buburmu!!!!".

Nana yang sudah kalah dalam berkata-kata langsung menyendok bubur itu meski dirasanya mual, namun setidaknya tidak seperti tadi setelah ia meminum obat yang diberikan Rama rasa mualnya sedikit demi sedikit berangsur berkurang.

Setelah berhasil menelan satu sendok bubur Nana kembali menyendok bubur itu dan memasukkannya ke mulut.
Namun pada suapan kedua ia kembali merasa mual, tangannya dengan cekatan meraih tisu yang tidak jauh darinya.

Rama yang melihat istrinya hendak mual langsung mengambilkan tisu yang hendak diambil oleh Nana dan menjulurkan tisu itu ke mulut istrinya.

"Mas jangan deket-deket Nana". Ucap Nana, ia memegang pergelangan tangan Rama yang tengah memegang tisu untuknya. Kali pertama kulitnya menyentuh kulit Rama dengan sengaja.

"Nanti kalau Nana muntah tangan mas bisa ikut kotor". Lanjutnya lagi, Rama memandangi istrinya. Tangan yang menyentuh pergelangan tangannya sangat panas terasa, laki-laki itu menjulurkan tangan menempelkan punggung tangannya di kening Nana begitu Nana telah melepaskan genggaman di pergelangan tangannya, baru ia tahu ternyata Nana juga demam. Malam ini tubuhnya panas.

"Mas, sepertinya Nana nggak bisa habisin buburnya". Ucap Nana dengan suara ragu-ragu, Rama mengambil mangkok bubur itu, bubur yang baru masuk 2 sendok ke dalam mulut istrinya.

"makan 2 sampai 3 sendok lagi, setelah itu aku akan memberimu obat". Ucap Rama berusaha menenangkan Nana, wajah pucat Nana melihat ke arah suaminya, ia sendiri sebenarnya bingung mengapa Rama tiba-tiba sebaik ini padanya. Padahal sore tadi Rama benar-benar memarahinya hingga membentak-bentaknya bahkan dengan jelas Rama berkata jika ia telah membuat laki-laki itu malu.

"apa mas Rama seperhatian ini dengan pembantu-pembantu yang lain?". Batinnya, Rama yang ditatap dengan tatapan hangat Hasyna  seketika tersenyum dan melihat wajah pucat istrinya. Baru kali ini ia memberikan perhatian kepada Nana tanpa ada orang tuanya di sini.

"Ayo makan!". Ucap Rama, Ia tahu Hasyna pasti kaget dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba baik, memang belum seutuhnya ia bisa mencintai gadis di depannya. Namun ia juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga gadis di depannya ini, Hasyna masih sangat kecil bahkan selisih umur mereka 10 tahun. Pastilah Nana Belum siap untuk dijadikan istri apalagi sampai harus menjadi ibu dalam waktu dekat.

Dilihatnya Nana kembali menyendok bubur itu, kali ini perutnya terasa lebih baik. Meski pelan gadis itu mulai menelan bubur yang tadi telah masuk ke mulutnya hingga ia telah menyelesaikan 3 sendok bubur yang tadi dijanjikan oleh Rama. Rama memberikan senyum hangatnya, paling tidak malam ini Hasyna tidak membantah dan patuh dengan apa yang ia katakan. Rama pula mengambilkan obat yang harus diminum gadis itu malam ini, ia menyodorkan obat itu tepat di depan Nana. Gadis itu menelan beberapa butir obat dari satu persatu menggunakan air mineral, setelah itu Rama kembali meminta botol minumnya dan menaruh di atas meja.

"Sekarang kamu boleh istirahat, aku tidak mau melihatmu mengerjakan tugas-tugasmu atau sekedar membaca buku-buku yang ada di meja ini!!!!".

"tapi mas .....". Omongan Nana terputus begitu Rama menaruh jari telunjuk di mulutnya sendiri, mengisyaratkan agar gadis itu terdiam dan tidak banyak bicara atau membantah.

"besok kamu tidak ku izinkan untuk pergi ke kampus, beristirahatlah malam ini. Aku akan meminta Pak Anto untuk mengantarkanmu ke dokter besok pagi".  Tegas sekali suara Rama malam itu, Nana yang masih duduk di tempatnya tadi langsung menunduk.

"Jika kamu masih saja tidak menuruti apa yang aku katakan, aku akan menyita laptop juga ponselmu dan aku akan membuang buku-bukumu itu malam ini juga!!!". Kali ini Nana benar-benar takut, sepertinya Rama tidak main-main dengan ancamannya. laki-laki itu pula mematikan laptop yang semula dengan mode stand by dan menutupnya pelan.

"cepat tidur!!!!". Perintah Rama karena ia masih melihat Nana duduk di sana.

"Nana Belum ngantuk mas".

"Hasina...". Rama sedikit memberikan penekanan pada panggilannya barusan yang membuat Hasyna kaget dan langsung mengambil bantal yang tidak jauh darinya.

"jangan sekali-kali kamu membantah perintahku!!!".  sekali lagi Rama memberikan penekanan pada Hashina. Setelah perempuan itu berbaring dan menggunakan selimutnya, Rama mematikan lampu utama di kamar ini kemudian ia menyalakan lampu tidur yang ada di atas buffet.

"mas makasih ya". Ucap Hasina begitu melihat Rama hendak berbalik meninggalkannya, Rama tidak menoleh atau berbalik badan, juga tidak mengeluarkan kata kata apapun. Laki-laki itu hanya menaikkan tangan kanannya seolah membalas apa yang dikatakan Hasyna dan berlalu pergi meninggalkan Hasina yang telah berbaring, Dilihatnya Rama yang keluar dari kamar dan menutup pintu itu dengan pelan.

Dalam hati Hasina tidak habis pikir mengapa Rama berubah baik kepadanya, Apa yang sebenarnya diinginkan Rama?. Sore tadi Rama sangat galak padanya namun kali ini ia melihat Rama seperti menemukan sosok kakak yang baik untuknya, bahkan laki-laki itu sangat perhatian dan berlaku hangat padanya.

"Apa kamu sudah sadar bahwa istrimu itu aku, bukan dia!!!". Ucap Hasina dengan air mata yang ternyata mengalir di pipinya, menutup malam dengan senyum karena perulaku hangat suami yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.

#####

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 204K 44
"Ini kamar kita dan disana kamar Ameera" ucap lelaki itu sembari membuka kamar berpintu putih "kita sekamar pak ? Gak pisah kamar dulu kaya perjodoha...
604K 26.2K 43
CERITA MASIH LENGKAP JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU🤗 Ini bukan kisah seorang dokter galak ataupun dokter dingin. Ini hanyalah kisah Afnan...
771K 47.9K 43
"Makanya jangan sok sok an memakai kacamata hitam!" teriak indira. "Mengapa?" "Kau baru saja menabrakku dan kau tidak akan meminta maaf?" "Sekarang s...
196K 746 5
Dina Syifa Galbie, seorang gadis berumur 25 tahun tiba-tiba di nikahi oleh seorang pria keturunan Habib yang tak lain adalah kerabatnya sendiri. Ceri...