L A D A N G G A N D U M
"Oooaa~ Ooaaa~ Ooaaa~"
Sebuah tangisan yang mencerminkan ketidakberdayaan terus mengalun mengisi kesunyian ruangan di biru pagi.
Bayi mungil yang masih memerah itu tak henti-henti nya menangis di samping pemandangan terusik sesosok wanita sinis yang langsung terbangun menyembur nya dengan helaan frustasi.
"Astagaa Diamlahh!" Sergap nya, ia membentak bayi lemah yang terbaring tak nyaman di sisi nya dengan sedikit gambaran egois.
"Kau Membuatku Pusingg!!"
"Semalaman aku mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan mu, tak bisakah kau diam dan membuatku tenang?!!"
Semua orang tahu perjuangan seorang ibu untuk melahirkan anaknya, namun setidak nya ungkapkanlah sedikit kepekaan
Bahwasannya bukan hanya kau saja yang merasa lelah dan menderita tapi malaikat kecil itu juga samahalnya.
"Cathrineee!! Cathrineee!!!"
Bibir nya yang senantiasa memerah dengan gambaran berani kini terdengar berteriak melontarkan geraman-geraman tegas layaknya penguasa kuat namun dengan bibir nya yang pucat.
Ia memanggil wanita dari kalangan menengah yang baru-baru ini ia pekerjakan secara mendadak tersebut ke ruangan nya.
Hingga belum beberapa detik kemudian derap langkah dari sosok wanita yang datang dengan wajah tergesa itu terlihat berlarian memburu perintah nya dengan sikap yang sedikit merunduk.
"Jauhkan dia dariku" Tegas nya.
"M-maafkan saya nyonya Angelina.. Tapi seperti nya tuan muda kehausanㅡ"
"Kau pikir aku akan bersedia untuk menyusui nya?!!"
Tatapan dan perkataan nya berubah menjadi sangat sengit ketika si pesuruh itu berusaha menyuarakan nurani nya
kepada bayi malang yang bahkan tak sampai ia timang.
Ia benar-benar sampai hati tetap berpegang teguh pada pendirian nya dan berujung mengabaikan darah daging nya.
"Kubilang Cepat Jauhkan Dia Darikuu!"
"B-aikk nyonyaa"
Dan pada akhir nya si pesuruh itu pun membawa bayi tersebut keluar bersama nya, meninggalkan Anne yang kini tampak beranjak bangun dari tempat tidur nya.
Kaki nya berjalan menyusuri sunyi di fajar pagi hingga menuju kamar mandi pribadi nya, membuka laci tersembunyi yang berada di dalam set lemari khusus nya
Sebelum akhir nya mulut itu lanjut bergumam seolah menyalahkan butiran benda tak berguna yang kini tampak berjatuhan dan larut ke dalam lubang kloset di hadapan nya.
Flashback end..
Anne melangkah keluar rumah meninggalkan jejak kemarahan yang berhasil mengantarkan kan nya hingga ke pelataran rumah.
Memasuki mobil pribadi nya dengan gelagat kesal sebelum akhir nya bibir itu kembali berujar di tengah pacuan kendaraan nya yang seketika menggerung seolah mendalami perasaan nya.
"Terkadang aku merasa tak tahan dengan mu"
"Apakah itu artinya aku harus menyerah dan melupakan semua nya?"
"Ya tuhan.. Pertengkaran ini benar-benar membuatku tersiksaa.."
Apakah kalian berpikir mereka berdua mempunyai hubungan harmonis layak nya pasangan kaya dalam sebuah cerita fiktif yang penuh cinta?
Yang setiap hari mengawali pagi-pagi nya dengan momen manis dalam situasi romantis?
Namun seperti nya tidak.
Mereka orang-orang Kaku yang sudah terlanjur jauh untuk mewujudkan omong kosong itu kembali terjadi.
Setiap malam mereka hanya akan datang untuk tidur bersama dan kembali pada kenyataan saat pagi menjelang.
Dan kesaksian dari bau-bau kehancuran tersebut bahkan telah kita dengar dari pernyataan nya barusan.
••••
Dalam larutan kesedihan yang mencetak seluruh jejak air mata tangan-tangan nya terus bergerak menggenggam sebuah besi tumpul yang berkarat itu dalam genggaman nya
Seolah tak peduli jika benda dengan permukaan kasar tersebut semakin menggores dan menyakiti telapak tangan nya yang terlukis memar
Terus menghentak nya kuat, berusaha menghancurkan pengait baja di pinggiran jendela yang kini terlanjur menjadi pelarian emosinya dalam kegelapan.
Rasanya pedih, namun itu tak sebanding dengan semua endapan luka yang sudah terlanjur meledak meluluh lantahkan hati nya.
Sejak dulu ia hidup tanpa warna, tanpa tebaran cinta dan kasih sayang. selalu tersisihkan dan itu terasa menyakitkan.
"k-eenapa dia??"
"kenapa bukan akuu yang menjadi nomor satu?"
Sebuah pertanyaan yang terkadang terlontar ketika batin nya menjerit dalam kebisuan menahan kecemburuan tersebut akhir nya terucap secara nyata melalui lisan nya.
Ia mulai mengusak kain-kain indah yang melekat di tubuh nya dengan perasaan tak karuan.
Menarik nya dengan gambaran tak berperasaan hingga warna merah dari bekas darah nya tercipa di sana.
Pakaian indah, rumah mewah serta sikap manis yang selalu ia jadikan sebagai perhiasan
Nyatanya semua itu adalah hal percuma yang tak mampu membawanya kedalam kebahagiaan.
Felix tak menginginkan semua ini, ia tak mau lagi mengemis sebuah perhatian dengan berbagai kemewahan yang ia punya disini.
Felix muak. muak dan lelah dengan semua nya.
"Hiks.."
Ia kembali terisak, setelah sempat menggeram lemah, rintihan dan deraian air matanya lagi-lagi lolos menghiasi suasana kelam di langit malam
Sebelum akhir nya secercah keputusasaan berhasil membawa nya hanyut dalam ratapan dari ujung jendela.
••••
Dari tepi jalan venue sembilan terlihat sesosok wanita dengan koat hitam itu tampak tergesa memburu tumpangan sedan nya di parkiran.
Wajah nya yang di pasangi riasan terlihat resah layak nya lalu lalang jalanan di jam pulang.
Dalam hati Cathrine hanya bisa berdoa, jika anak asuh yang sempat ia tinggalkan dalam kemalangan itu tak mengalami sesuatu yang buruk di sana
Karna ia tahu betul jika Felix akan sangat ketakutan di dalam kegelapan.
Insting nya mengatakan demikian.
Namun sebelum wanita itu berhasil mencapai kendaraan nya, sebuah tarikan kuat sukses membuat nya melojak sambil merapat.
"Akkh!" Ia lantas berteriak dan kemudian mendongak tajam dalam kepanikan.
"K-kau!?" Sentak nya setelah insiden itu mempertemukan wanita tersebut dengan wajah lelaki asing yang sangat di kenal nya.
"Vaysel Lepaskan aku!!" Lanjut nya ketiks sosok mistrius berjambang lebat itu kembali mengingatkan nya pada satu hal paling penting dalam hidup nya setelah seperkian detik.
"Felix membutuhkan ku!" Ucap nya.
Tak butuh waktu lama untuk bibir gelap pria itu menggertak di samping cengkraman nya yang seketika menguat menahan liukan tubuh Cathrine yang kini terlihat memberontak.
"Lagi-lagi Nama Anak Itu Yang Keluar Dari Mulutmu!!" Teriak nya.
"Kau terlalu sibuk mengurusi obsesi mu sampai-sampai kau lupa akan suamimu"
"Cathrine sadarlah! Dia mempunyai keluarga dan kau tak bisa mengambil nyaaㅡ"
"Kau tahu jika aku tak bisa hamil Veysel!!" Sela nya putus asa.
Secercah gejolak kesedihan berhasil membuat nya langsung berkata-kaca dalam air mata.
Ia mandul dan kenyataan itu telah membuat nya merasa sangat kecewa dan hancur.
Melihat pemandangan tersebut sang pria di hadapan nya pun melunak, kemudian membebaskan tangan nya
Yang semula mengguncang untuk menyadarkan kini bertindak menyakinkan Cathrine dengan sebuah usapan di kedua bahunya.
"Cathrine dengarkan aku,, semua itu di luar kehendak manusia"
"Kita masih bisa mencoba nya" Lirih nya berlanjut melayangkan sebuah sentuhan lembut di pipinya.
"Tidaakk!!"
"Biarkan aku pergi!!" Sentak nya tak membiarkan alunan nostalgia itu bertahan lama.
Wanita itu pergi mencampakan diri dan berpacu meninggalkan si pria yang terus berteriak di belakang kendaraan nya.
"Cathrinee Kembali! ~"
"Sayang kau pasti sangat ketakutan di dalam sana"
"Bersabarlah ibu akan segera datang untuk menyelamatkan mu" Lirih nya, ia menggumam aneh sambil terus mengemudikan setir kendali.
Sedangkan ia yang di tinggalkan hanya mampu menghela nafas, mengingat sebuah kenyaatan lain yang turut tersimpan di dalam sebuah kop surat yang ia bawa bersama kedatangan nya.
"Kau harus kembali Cathrine"
...
Beberapa waktu kemudian wanita itu akhirnya berhasil menapakan kakinya di rumah besar tempat nya bekerja hanya untuk mancapai satu tujuan nya yaitu membebaskan Felix.
"Felix maafkan aku karena telah meninggalkan muㅡ
Ia bahkan berani menyebut nama majikan muda nya tanpa menyisipkan kata 'Tuan' sebagai pembatas hubungan.
Jika anak itu mendengar ia pasti akan sangat tak karuan dalam kemarahan.
"Felix??!!"
Namun sayang nya sebuah kemarahan yang semua orang harapkan itu tak benar-benar terjadi
Karena belum satu detik manik coklat itu memindai ruangan gelap yang terasa mengerikan tersebut
Ia tak berhasil mendapati anak kesayangan nya yang telah terkunci lebih dari setengah hari tersebut di sana.
Hanya sebuah jendela besar yang telarlanjur rusak dan terbuka yang membingkai sang rembulan dari ketinggian di sana.
Tobecontinued.