Selamat datang, silakan klik bintang untuk membayar kerja keras penulis, Kak.
Silakan berkomentar juga, karena hal tersebut sangat membantu kami agar semakin semangat update ide baru.
Terimakasih atas kunjungannya, hope you enjoy it^^
***
Suasana pagi ini sangat berbeda dengan biasanya. Hari ini benar-benar dingin, dingin sekali. Padahal sedang memasuki musim panas dan sama sekali tidak hujan, kenapa bisa sedingin ini?
Cuaca yang begitu menyejukkan ini membuat seorang gadis terlalu sibuk bersembunyi di balik selimut tebalnya sambil meringkuk. Tubuhnya menggigil, namun acara bobo cantiknya tetap tidak terganggu.
Aksi kebonya itu membuat peliharaannya berkeringat, ia merasa ingin pensiun menjadi makhluk yang berakal. "Reina, banguuun!" Tangan mungil Billy menarik-narik Reina agar mau move on dari kasur.
Kasur memanglah tempat ternyaman bagi Reina. Jika melepaskan kasur, rasanya sangat berat. "Eengh, 5 menit," alasan-alasan keramat yang keluar dari mulut anak pemalas itu tidak mempan untuk Billy.
"Reinaa! Mau bikin Raja kecewa kalo Reina terus-terusan begini?"
Mendengarnya, membuat Reina membuka mata, namun tidak beranjak. Ia hanya membalikkan badan dan meregangkan tulang-tulangnya hingga menimbulkan suara kretek. "Gue males mandi, dingin banget."
"Pakai air anget bisa!"
Reina pasrah, bangkit dari tidurnya yang sangat singkat itu. Wajahnya menatap Billy yang sedang diam menunggu Reina bangun, sambil mengepakkan sayap. "Lo enak, jenis hewan berbulu lebat. Jadinya gak kedinginan," lirih Reina yang masih mengantuk.
"Ih, cepetan mandi pakai air anget, biar gak dingin!" geram Billy, mendorong-dorong tubuh Reina yang Allahu beratnya ke kamar mandi.
Reina agak kesal dengan sikap Billy yang sama saja seperti orang tua. Mengapa harus ada kata mandi? Siapa yang menciptakan mandi? "Lo nyuruh-nyuruh gue mandi, emangnya terakhir lo mandi kapan?"
Pertanyaan Reina membuat Billy terbang mundur. "Eh, jangan kabur! Jawab dulu!"
Billy menghitung jarinya yang hanya ada tiga biji di masing-masing tangan. "Empat...?"
"Hari?"
Billy menggaruk-garuk kepalanya. "Tahun,"
Pernyataan tersebut sontak membuat Reina membulatkan mata dengan sempurna. "Selama itu?! Kenapa lo gak mandi-mandi?!"
"Gouzoo kayak Billy mandinya cuma berenang di sungai. Terakhir Billy berenang, Billy baru tau kalau sungainya dalem banget. Jadi, Billy hampir tenggelam."
"Emangnya udah mandi di sungai berapa kali? Bisa-bisanya baru tau,"
"Hehee... satu kali?"
Reina melipat kedua tangannya dan tersenyum gemas. "Pokoknya, lo harus ikut gue mandi sekarang. Atau lo gak boleh tidur di kasur gue!"
"Gak mau! Billy wangi, kok!"
"Gak ada penolakan!" Reina menangkap Billy yang meraung-raung tak mau mandi. "Bak mandi gue gak dalem kayak sungai! Gue mandiin pakai sabun, biar lo jadi Gouzoo terwangi se-dunia."
💎💎💎
Reina menaikkan resleting jaket tebalnya di depan kaca. Sesekali ia melirik Billy yang sedang duduk di handuk Reina dengan wajah cemberut. Bulunya masih setengah basah karena habis dimandikan. "Mau berapa lama ngambeknya?"
Billy memalingkan wajah, masih tak terima dengan perlakuan Reina. Melihat kekesalan Billy yang tak kunjung mereda, Reina menghampirinya dengan senyum menggoda. "Udah, dong, cueknya. Nanti di sekolah Reina beliin es krim, deh."
Dengan perasaan yang masih gengsi, Billy melirik. "Es krim?"
Reina mengangguk. "Dessert favoritnya semua orang, gak kenal dari yang muda sampai tua. Rasanya manis banget, dan selembut salju."
Kepala Billy sontak jadi membayangkan betapa menggiurkannya es krim yang dimaksud Reina. Billy mengulurkan tangannya. "Oke, Billy maafin Reina,"
Benar-benar sangat mudah untuk membujuk Billy. Reina memberikan telunjuknya untuk bersalaman, karena tangan Billy sangat mungil seperti tangan bayi. "Gitu, ya, kamu. Maafin orang karena ada persyaratan barang."
Tin! Tin!
Keduanya menoleh ke jendela. Karena kepo dengan sumber suara, Reina mengintip. Ternyata di bawah ada Rey yang sudah standby di motornya. Ia terus-terusan mengklakson sambil menatap gerbang, menunggu agar tuan rumah membukanya.
"Siapa?" tanya Billy yang memang tidak ikut melihat.
Reina menggeleng, "tukang ojek." Untunglah Ryan sudah berangkat duluan tadi. Reina belum sanggup membayangkan jika Ryan dan Rey berpapasan. Mungkin yang akan dihabisi bukan Rey saja, tetapi Reina juga yang kena.
"Selama di sekolah nanti, kamu ngumpet di dalam tas Reina aja, ya?" pinta Reina, membukakan resleting tas. "Sekalian kamu jagain Amethyst di dalam sini."
Billy hanya mengiyakan, dan masuk ke dalam tas macan tersebut. Entah kenapa juga Reina harus memilih tas macan untuk menemaninya sekolah.
Tin! Tin!
Sambil berlari, Reina turun ke bawah dan membuka kunci gerbang. "Sabaar!" Reina menggeser gerbang dan mendapati Rey yang tengah menatap Reina datar dengan tangan yang tak henti-hentinya menekan klakson. "Lo bisa diem, gak?"
"Enggak," balasnya santai, masih menekan-nekan tombol menyebalkan itu.
Reina mencubit hidung Rey dengan agresif agar ia berhenti bertingkah seperti bocil gang. "Tetangga gue kepanasan ntar!"
Rey mengusap-usap hidungnya yang semerah hidung badut. "Bagus, dong. Cuaca kan lagi dingin, jadi gue dapet pahala karena udah menghangatkan tetangga lo."
Bola mata Reina berputar, malas dengan aksi gila yang dibuat orang gila satu ini. "Beneran mau antar-jemput gue tanpa bayaran?"
"Sure,"
"Kenapa?"
"Gabut aja," sahut Rey, menginjak pedal. "Sekalian sedekah."
Tak ada habis-habisnya Rey beralasan dengan kata sedekah. Reina sudah bosan dengan alasan itu. Tak ingin mubazir membuang rezeki, Reina memilih ikut dengan Rey.
💎💎💎
Dari tadi, Reina terus-terusan menggigil sambil mengusap-usap telapak tangan. Ia memang sangat suka dingin, tetapi alergi dingin. Biasanya kulit Reina akan merah gatal-gatal atau tubuhnya menjadi kaku jika memang sangat kedinginan.
"Sedingin itu, kah? Menurut gue malah seger. Jarang-jarang cuaca dingin kayak gini di musim panas," papar Rey, masuk ke gedung sekolah bersama Reina.
"Justru itu, lo gak aneh? Gue malah ngeri kalo cuacanya mendadak berubah. Takut ada bencana," tukas Reina, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. "Kalo dinginnya kayak gini, gak kuat, gue. Badan langsung merah-merah kayak Vampire yang kena sinar matahari."
"Kenapa gak libur dulu? Terus juga emangnya lo udah mendingan abis dari pantai?"
"Tadinya gue mau absen, tapi guguk gue nyuruh sekolah."
"Lah, lo punya anjing? Bukannya pas maulid kemarin lo dateng ke sekolah pake jilbab?"
"Guguk gak selalu berarti anjing beneran, ya. Guguk yang gue maksud bisa ngomong." Reina terkekeh. "Btw lo nge-stalk gue dari dulu, ya? Bisa-bisanya lo kenalin muka gue pas maulid bulan lalu."
"Ogah banget gue stalking. Lo parah juga, ngatain Kakak lo anjing, ya?"
"Perasaan gue gak pernah nyebut punya Kakak."
"Nebak aja, pasti lo lagi ngatain sodara. Kakak lo masih sekolah?"
"Preman yang malak duit gue kemarin, itu Kakak gue."
"INAAA!"
Reina dan Rey menoleh ke belakang, mendapati Cahya yang sedang berlari terpingkal-pingkal. "Kenapa?"
"Urgent, Na!" Mata Cahya tak sengaja berpapasan kembali dengan Rey, ia pun mengalihkan pandangannya ke Reina. "Naa, gue takut ngeliat matanya. Langsung ke kelas aja, yok," bisiknya.
Reina tertawa kecil. "Rey, gue duluan, ya. Bye kodok jantan!"