CYBERPUNK: THE VARIEGATION BL...

By jesuisciang

10K 1.5K 185

[Sci-Fic][Action][Romance] (ON HOLD) Sebuah negara bernama Rise dimana teknologi mengalami kemajuan pesat ter... More

OPENING
PROLOG CYBERPUNK: THE ARCHER
MAPS: KOTA DI NEGARA RISE
PROFILE: JAEDVIN & JEGAR
PROFILE: THE ARCHER
PROFILE: & MORE
CHAPTER 1: PART 1 - ERROR MOD
CHAPTER 2: PART 1 - ERROR MOD
CHAPTER 3: PART 1 - ERROR MOD
CHAPTER 4: PART 1 - ERROR MOD
CHAPTER 5: PART 1 - ERROR MOD
CHAPTER 6: PART 1 - ERROR MOD
CHAPTER 7: PART 1 - ERROR MOD
CHAPTER 8: PART 2 - LOVESICK
CHAPTER 10: PART 2 - LOVESICK
CHAPTER 11: PART 2 - LOVESICK
CHAPTER 12: PART 3 - CALCULATION ZONE
CHAPTER 13: PART 3 - CALCULATION ZONE
CHAPTER 14: PART 3 - CALCULATION ZONE
CHAPTER 15: PART 3 - CALCULATION ZONE
CHAPTER 16: PART 3 - CALCULATION ZONE
CHAPTER 17: PART 3 - CALCULATION ZONE
CHAPTER 18: PART 3 - CALCULATION ZONE

CHAPTER 9: PART 2 - LOVESICK

249 38 6
By jesuisciang

***



[ RISE, Node. Year 2048 ]
[18 years old Jaedvin & Jegar]

Pekerjaan kasar lebih mudah dilakukan. Sudah 3 bulan lamanya Jeno bergelut menjadi seorang cybertach figther dan pemuda tampan itu sangat menyukainya. Bagi Jeno, rasanya sangat menyenangkan saat orang-orang mulai bersorak memujanya saat ia berhasil memenangkan pertarungan.

Ia akan menjadi bahan pembicaraan disekitaran, bahkan beberapa orang penting yang sama sekali bukan berasal dari kota kumuh seperti Node akan melihatnya dengan penuh kekaguman. Dengan napas terengah-engah dan tubuh penuh dengan keringat Jeno kembali menghajar lawannya tanpa ampun. Mengaktifkan beberapa implan yang ada di dalam tubuhnya sebagai bantuan.

Waktu berlalu bagaikan neraka bagi lawan bertarung Jeno. Pukulan terakhir hampir menghancurkan lebih dari empat gigi depan lawan pemuda tampan itu. Disaat lawan tidak memiliki kekuatan untuk berdiri Jeno berteriak nyaring sambil mengangkat satu tangannya yang mengepal, bersamaan dengan banyak sorakan dari orang-orang yang menonton.

Matanya melirik kearah tempat vip yang terhalang oleh kaca, berada pada bagian atas dari ring tempatnya bertarung. Jeno tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya saat menyadari jika sosok yang ia inginkan datang sama sekali tidak berdiri disana. Sepertinya, hanya sebuah harapan bagi Jeno agar sahabatnya datang untuk menonton setidaknya satu pertarungannya. Padahal Jeno sudah memberikan kartu freepass padanya.

Pemuda tampan itu menendang angin dengan kesal sebelum keluar dari ring pertarungan. Haechan, teman dan juga manajernya itu memakaikan Jeno sebuah jubah berwarna merah. Ia menepuk bahu Jeno sedikit kasar, lalu membiarkan cybertech figther itu pergi mengikuti seorang pria yang merupakan staff di cybertech ring.

Pemenang akan selalu pergi ke atas, lebih tepatnya menuju bagian vip, tempat berkumpulnya orang-orang kaya yang mencari hiburan dengan menonton pertarungan para cybertech figther. Jeno yang berumur 18 tahun tidak merasa itu adalah hal yang buruk. Ia menyukai saat orang-orang dari kawasan elit itu menatapnya kagum.

Saat Jeno memasuki ruangan vip. Suara tepuk tangan terdengar, Jeno membungkukkan tubuhnya sebagai rasa terima kasih sebelum satu orang pemuda datang menghampirinya dan memberikan sebuah bunga mawar merah. "Tadi adalah pertarungan yang luar biasa."

"Terima kasih." Jeno membalas pujian pemuda tersebut dengan sebuah senyuman. Setelah itu, Jeno tenggelam dalam kerumunan orang-orang dengan pakaian mahal dan banyak pertanyaan yang masuk ke dalam telinganya tanpa henti.

Semua pertarungan yang ia lakukan mulai dari malam hari membuat Jeno pulang lebih awal. Ia melihat kearah jam ditangannya yang menunjukan waktu pukul 10:09 AM. Jeno tidak ingat berapa pertarungan yang ia lakukan, tapi seingatnya ia kalah dalam dua pertarungan hari ini. Tentu, Jeno merasa sangat kesal karena harus kalah dari beberapa orang yang ia lawan.

Tapi, lihat sisi positifnya, setidaknya jika ia kalah lagi, Jeno tidak akan merasa begitu terkejut. Dan lagi, Jeno merasa ia masih sangat muda. Masih ada banyak waktu baginya untuk menjadi salah satu dari cybertech figther terbaik di Rise.

Parkiran motor terasa begitu sepi. Sebelum menaiki motor, Jeno membuka sebuah bungkus plastik dari permen lolipop dan memakan permen dengan rasa manis dominan bercampur dengan sedikit asam. Setelah itu, Jeno membuang asal plastik yang sebelumnya membungkus permen.

Jeno memakai helm miliknya dan menaiki motor honda CBR yang merupakan hadiah ulang tahun dari kedua kakaknya. Jeno baru saja akan menyalakan motornya, pikirannya juga sudah teralihkan pada makanan karena perutnya yang mulai mengeluarkan suara. Namun sebuah suara memanggilnya dengan cukup kencang.

"Tuan Oaks!" suara milik pemuda yang memanggil nama belakang Jeno terdengar sedikit menggemaskan.

Jeno hampir saja tersedak oleh permen yang ada di dalam mulutnya saat seseorang memanggilnya dengan sebutan tuan. Entah Jeno harus merasa tersinggung atau terhormat karena seseorang memanggilnya tuan, terutama saat menyadari jika orang yang memanggilnya tuan adalah salah satu orang dari kalangan elit. Jeno langsung menyadarinya dari pakaian yang ia pakai.

Dan, jika cybertech figther itu tidak salah ingat. Pemuda yang memanggil nama belakangnya ini adalah orang yang memberikan bunga mawar padanya tadi. Jeno kembali mematikan motornya lalu menunggu pemuda tersebut untuk mendekat kearahnya.

"Jegar atau Jeno tidak masalah." ucap Jeno saat pemuda dengan jas berwarna maroon itu kini berdiri di depan motornya, "Tuan Oaks terdengar berlebihan."

Pemuda itu tersenyum kecil lalu mengeluarkan sebuah buku note kecil dan sebuah pena dari dalam saku jasnya. Jeno menaikkan sebelah alisnya bingung. Di zaman seperti sekarang, sudah sangat jarang melihat orang membawa benda yang dipegang oleh pemuda itu. "Kau ingin aku menuliskan sesuatu?"

"Hm!" pemuda itu menganggukkan kepalanya penuh semangat, "Tanda tangan!"

Tidak pernah terpikirkan sekalipun di dalam otak Jeno jika seseorang akan datang dan meminta tanda tangannya. Secara tidak sadar cybertech figther itu tersenyum membuat rona merah terlihat dikedua pipi pemuda yang baru ia temui hari ini. Jeno menerima buku note kecil dan pena yang diulurkan lalu menandatangani kertas kosong di dalamnya. "Namamu?"

"Namaku?" pemuda itu menaikkan sebelah alisnya bingung. Namun setelah itu ia sedikit terperanjat sambil menyebutkan namanya, "Shota, Shota Rouka Lyns."

Jeno menganggukkan kepalanya mengerti lalu menuliskan nama pemuda yang baru ia temui itu disisi kanan bagian atas dari tanda tangannya. Setelah selesai ia memberikan kembali buku note kecil dan pena tersebut, lalu meminta izin pada pemuda bernama Shota itu untuk pergi karena ia harus menemui seseorang.

Shota tidak memiliki kesempatan untuk menjawab karena Jeno langsung melaju dengan kecepatan penuh. Meninggalkan Shota yang tampaknya hendak menanyakan suatu hal.




***

Orang bilang jatuh cinta akan sangat menyakitkan. Tapi, Jaemin sama sekali tidak melihat sisi menyakitkan yang dimaksud. Pemuda manis itu tidak pernah menyangka jika ia akan jatuh cinta dengan mudah, terlebih lagi pada sosok yang memiliki jarak umur cukup jauh dengannya. Siapa peduli, umur hanya angka. Bukankah banyak orang bilang seperti itu.

Perasaan datang dari hati, Jaemin tidak merasa ada yang salah jika ia menjalin hubungan dengan seseorang yang lebih tua darinya. Dan lagi, ia sudah berumur 18 tahun, bukankah 18 tahun adalah umur yang cukup dewasa. Jaemin menutup telinga dengan malas, membiarkan Yiyang mulai memberinya banyak petuah yang sama sekali tidak ingin Jaemin dengar. Suasana di lantai tiga menjadi cukup ramai saat Jaemin mengatakan jika ia kini berkencan dengan seorang pria dewasa yang baru dikenal dua bulan yang lalu.

"Umur hanya angka!" Jaemin berteriak kecil sambil mendudukkan dirinya malas disamping Hina yang tengah memakan es krim.

Hina menaikkan sebelah alisnya, "Dan penjara hanya sebuah bangunan."

"Lihat!" Yiyang menunjuk kearah Hina, "Hina saja memiliki pemikiran sama denganku."

Dengan malas Jaemin mendelik, "Aku berumur 18 tahun!"

"Kau tetap masih dibawah umur." Yiyang menimpali, "Bahkan jika kau berumur 20 tahun, berkencan dengan orang yang memiliki umur 10 tahun diatasmu tetap belum bisa aku terima."

"Nuna! Aku sudah bilang untuk jangan menghakimiku!" Jaemin berteriak frustasi.

"Aku tidak menghakimimu. Aku hanya memberita," Yiyang mengangkat tangannya malas, ia juga menggantung ucapannya saat merasakan dadanya sedikit sesak. Ia menghembuskan napasnya kasar, berjalan melewati Ningning dan Taehyun yang duduk di meja makan lalu mendekat kearah Jaemin yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Dengar. Orang bernama Sezra itu adalah seorang pria dewasa, ia berumur 28 tahun. Kau," Yiyang mengusap pelan pipi Jaemin lalu menyentuh pelipis Jaemin dengan jari telunjuknya pelan, "Kau berumur 18 tahun. Kau masih remaja, otakmu belum benar-benar dewasa. Dan kau tidak tahu apa yang bisa dilakukan oleh pria dewasa sepertinya."

"Dia peduli padaku." Jaemin bergumam kecil.

Yiyang menggelengkan kepalanya, "Ia tidak peduli padamu."

"Aku membencimu!" Jaemin menepis telapak tangan Yiyang dengan kasar, "Kau selalu berlagak dewasa dan mengetahui segala hal hanya karena kau adalah yang paling tua disini. Aku membencimu!"

"Jaedvin!" Yiyang berteriak saat melihat pemuda manis itu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan ruang kumpul ini.

Jaemin dengan langkah kakinya yang cepat memilih untuk pergi menuju kamarnya yang berada di lantai 4. Meninggalkan kelima penghuni ruko ini. Yiyang menatap kearah Hina, Taehyun dan Ningning secara bergantian. Ketiga orang itu hanya diam. Mereka tidak tahu harus melakukan apa, walau faktanya mereka semua setuju dengan segala ucapan Yiyang.

Tidak ada hal yang paling menakutkan dari seorang pria dewasa yang mengancani seseorang dibawah usia 21 tahun. Bagi mereka umur Jaemin belum benar-benar matang untuk berkencan dengan pria dewasa tersebut. Jika Jaemin memang sangat ingin berkencan dengan pria bernama Sezra itu, akan lebih tepat jika Jaemin mengencaninya saat Jaemin sendiri berusia 23 atau 24 tahun. Tapi Jaemin bahkan belum menginjak usia 20 tahun.

"Nuna," Taehyun mencairkan keheningan, "Kau mengatakan hal yang benar."

Mendengar itu Yiyang menganggukkan kepalanya, lalu ia mendudukkan dirinya disamping Hina. Tempat yang sebelumnya menjadi tempat duduk Jaemin. Matanya menutup karena terlalu banyak berpikir. Menjadi orang dengan umur paling tua disekitaran remaja-remaja ini ternyata tidak semudah yang Yiyang kira.

Kalimat terakhir yang dilontarkan Jaemin padanya seakan berputar mengisi kepala, selain itu kalimat tersebut juga cukup menusuk baginya. Membuat Yiyang berpikir apakah beberapa ucapannya benar-benar terlalu kasar dan menyakiti hati pemuda manis itu. Tapi, Yiyang mengeluarkan semuanya karena ia peduli pada Jaemin.

Sebuah suara dari langkah kaki terdengar, membuat perhatian Ningning dan Taehyun yang duduk di kursi dari meja makan dekat dengan tangga dari lantai dua teralihkan. Keduaya melihat Jeno yang datang dengan pakaian serba hitam, jaket dan helm yang masih digunakan di kepalanya. Jeno membuka helm itu lalu menyimpannya di meja makan. Ia berjalan kearah lemari pendingin untuk mengambil sebotol air dingin dan meminumnya dengan sedikit terburu-buru.

Merasakan sedikit suasanya suram disekitaran Jeno mengeluarkan pertanyaan, "Ada apa dengan suasana suram ini?"

"Yiyang unnie bertengkar dengan Jaemin oppa." Ningning buka suara, sedangkan Taehyun hanya mengganggukkan kepalanya menyetujui kalimat yang dikeluarkan oleh Ningning.

Jeno cukup terkejut mendengarnya, ia melirik kearah Yiyang yang tengah menutup kedua matanya menggunakan lengannya sendiri, "Kenapa?"

"Hmm." Ningning menggigit bibir bawahnya, ia ragu untuk mengatakan kalimat selanjutnya. "Jaemin oppa berkencan dengan seseorang bernama Sezra. Dan pria itu 10 tahun lebih tua darinya."

Keheningan memenuhi ruangan dalam hitungan detik. Hingga Jeno berlari cepat menaiki tangga menuju lantai 4. Tanpa ampun, Jeno mengetuk pintu itu dengan kasar. Satu bulan berlalu, Jeno memang tidak banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Jaemin karena ia sangat sibuk mengatur seluruh jatah pertarungannya.

Dan kini, cybertech figther itu tiba-tiba mendapatkan informasi jika sahabatnya berkencan dengan seorang pewaris tunggal dari Robocorp Wings Tech, seseorang yang tidak sengaja mereka temui di Dreaming Bar, seseorang yang memiliki umur 10 tahun dari Jaemin. Jadi satu bulan tanpa keduanya berhubungan Jaemin menghabiskan banyak waktunya bersama dengan Sezra.

Isi pikiran Jeno bercampur menjadi satu. Rasa sakit tiba-tiba hinggap di dadanya. Ia kembali mengetuk pintu kamar Jaemin dengan keras karena sahabatnya itu tampak enggan membuka pintunya. "Jaedvin! Jika kau tidak membuka pintunya, aku akan mendobraknya!"

Sebelum Jeno benar-benar mendobraknya. Pintu kamar itu sudah sedikit terbuka bersamaan dengan suara kecil Jaemin yang terdengar dingin, "Jika kau kemari untuk menghakimiku lebih baik kau pergi."

Jeno berusaha mengatur napasnya lalu menghembuskannya dengan perlahan. Berusaha untuk tetap tenang, "Sudah berapa lama?"

Mendengar suara Jeno yang tenang. Jaemin membuka pintu kamarnya lalu tersenyum kecil. Jeno tanpa ragu masuk ke dalam kamar sahabatnya itu lalu mendudukan dirinya di ranjang, saling berhadapan dengan Jaemin yang tampaknya akan membuka mulutnya untuk menceritakan semua yang belum ia ceritakan pada Jeno.

Walau sahabatnya itu sudah membiarkan Jeno masuk. Jeno tetap tidak merasa tenang, jantungnya tetap berbedar kencang dan sesuatu terasa tidak begitu nyaman di dalam tubuhnya. Bahkan, satu sisi di dalam dirinya merasa tidak siap mendengar kalimat yang akan keluar dari bibir sahabatnya itu.

"Tiga hari yang lalu." kata Jaemin sambil menghapus bekas air mata diantara pipinya akibat pertengkaran dengan Yiyang sebelumnya. "Saat kau sangat sibuk dengan pertarunganmu, aku menghabiskan banyak waktu dengan Sezra. Aku juga tidak mengerti dengan perasaan ini, itu terjadi secara tiba-tiba."

Jeno tersenyum itu benar-benar akan terlihat bodoh bagi dirinya sendiri. Pemuda berbadan kekar itu hanya diam, mendengarkan segala cerita bagaimana sahabatnya itu akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan dengan pewaris dari Robocorp Wings Tech.

Jeno akan sangat percaya jika saja Jaemin memberitahunya bahwa hubungan yang ia jalin merupakan bagian dari rencana untuk mencari celah untuk memasuki kawasan elit. Tapi tampaknya Jaemin sama sekali tidak memikirkan rencana itu. Dari cara sahabatnya itu berccerita, dengan mata yang perlahan penuh dengan binar ceria dan senyuman yang tidak lepas dari bibirnya membuat Jeno sangat yakin jika Jaemin memang menyukai pria dewasa bernama Sezra itu.





[Next: CHAPTER 10 PART 2 - LOVESICK]

[end of this chapter]

Hai~ selamat datang di chapter 9, hehe ∩˙▿˙∩ aku harap kalian yang baca tertarik dengan cerita ini :"

Sampai ketemu besok ヾ(*'∀`*)ノ

CPTA MEME:

Jeno pas nama belakangnya dipanggil + tuan:


Hina + Yiyang + Jaemin:


EXTRA:

Teater the archer: Bawang Merah & Bawang Putih PT.4

Ningning: Awalnya Ibu Guanlin sangat baik pada Renjun Putih. Tapi sifat mereka mulai berubah dan suka memarahi Renjun Putih saat Ayah Yiyang pergi bekerja.

Guanlin: "Heh! Renjun Putih! Sana bereskan pekerjaan rumah!" melempar sapu pada renjun.

Renjun: "Heh! Kau pikir aku siapa! Nyapu sendiri sana!" melempar sapu yang sebelumnya dilemparkan padanya pada Guanlin. "Awas saja kau! Jangan memelukku saat tidur nanti malam!"

Jaemin: "Renjun! Jangan keluar dari naskah!" berteriak dari belakang panggung teater.

Renjun: "Iya iya! Aku sapukan!" mengambil kembali sapu yang dilempar pada guanlin.

Jisung: "Renjun Putih, maaf sebelumnya. Bersihkan kamarku juga ya." jisung ragu untuk memberi perintah.

Renjun: "Kau punya tangan!" renjun memelototi jisung, "bersihkan sendiri!"

Jisung: "Siap kak!" berlari untuk membersihkan kamarnya sendiri.

[di belakang panggung]

Taehyun: "Ada apa dengan bawang putih. Tidak ada lembut-lembutnya sama sekali." taehyun memeluk satu ikatan padi di dadanya.

Soobin: "Aku ingin cepat-cepat melepaskan wig ini." menggaruk wig yang ia pakai.

Promote:

[01/12/2023] teodora nouri <3

Continue Reading

You'll Also Like

184K 7.5K 35
"Dia seperti mata kuliah yang diampunya. Rumit!" Kalimat itu cukup untuk Zira menggambarkan seorang Zayn Malik Akbar, tidak ada yang tidak mengenal d...
7.3K 706 18
Raja Fandricko yang meninggal akibat diracuni oleh ratunya sendiri, tiba-tiba saja jiwanya terlempar ke zaman modern, dan terbangun dalam tubuh seora...
1.9K 189 54
NOVEL TERJEMAHAN Gu Fei, seorang pemula yang tidak selamat dari tiga episode kiamat, melakukan perjalanan ke zaman kuno dengan luar angkasa dan menja...