Dua hari telah berlalu sejak Aether kehilangan warisan cahaya nya. Dalam dua hari terakhir, dia membaca banyak buku terutama tentang archon geo. Ini adalah perilaku yang berbahaya. Semakin banyak buku yang dia baca, semakin dia memahami tentang archon pertama geo.
Anehnya, semakin banyak dia belajar tentang Archon geo, semakin dia penasaran tentangnya.
Dari sudut pandang duniawi, Archon geo jelas bukan dewa sempurna. Dia Dingin, Apatis, selalu "Berpegang teguh pada kontrak, dan kejam seperti binatang buas.
Ambisinya juga sangat ambisius mungkin kata 'ambisi' tidak dapat digunakan, karena kebanyakan pria tidak memiliki ambisi yang mendalam dan kemauan yang kuat. Dia tidak merahasiakan hasratnya akan kekuasaan. Jika dia memberi tahu dunia tentang ambisinya, semua orang akan terkejut
Dia sangat istimewa, baik hidupnya maupun jiwa nya.
Tidak ada makhluk lain yang lebih istimewa dari Archon geo.
Dia unik, dan bahkan darahnya pun manis.
Memikirkan darahnya, Aether memejamkan mata dan jakunnya berguling tak terkendali. Saat dia mengenang manisnya darah Archon geo sebelum menghabisinya 100 tahun lalu, seketika rasa haus merayapi tenggorokannya dan masuk ke perutnya dan menyalakan lilin dosa.
Aether mempererat cengkeramannya pada buku di tangannya dan menarik napas dalam-dalam sebelum memadamkan lilin dosa yang muncul dalam dirinya.
Aether tidak seharusnya menjelma sebagai manusia. Namun jika dia kembali ke keadaan Cahaya, dia tidak akan bisa lagi merasakan emosi manusia, dan dia juga tidak akan bisa merasakan perasaan menakjubkan ini. Sifat cahaya hanya memiliki sifat keilahian, tetapi sifat manusia dapat mengalami segala macam keinginan.
Aether merasakan kemunafikannya sendiri. Dia sebenarnya bisa begitu serakah, menginginkan keilahian yang khusyuk serta sifat manusia.
Aether sadar tujuan nya dengan sangat jelas, dia hanya ingin menjadi dewa dan mewujudkan ambisinya sebagai Tuhan, tetapi dia ingin menjadi dewa yang luar biasa dan manusia lemah.
Zhongli saat ini berada dalam posisi sendirian setelah tuan nya Childe berkata akan berganti pakaian dan mengajaknya keluar menonton Opera dalam waktu 10 menit. Meski singkat sebenarnya 10 menit adalah waktu yang lama ketika Zhongli menggunakan alam bawah sadar nya. Sebelumnya Zhongli menyadari bahwa mimpi yang dia alami adalah bagian dari alam bawah sadarnya dimana dia bisa merasakan maupun menyentuh objek seperti api Diluc yang sempat membakarnya. Kali ini Zhongli bertekad untuk menggoda Dewa Cahaya. Hehe saya tau anda dewa meski begitu saya tetap ingin melakukan nya.
Zhongli memejamkan matanya sambil memikirkan warisan ilahi dan iman kepada dewa cahaya dengan khusyuk. Sedetik kemudian kesadaran Zhongli tenggelam jauh dan dia muncul di dalam ruangan megah.
Terlihat sosok aggung Aether dengan jubah emas yang menatapnya acuh tak acuh.
"Elios," Zhongli bertanya sambil tersenyum, "kamu sepertinya sangat menyukaiku, apakah itu jenis kesukaan yang kukira?"
Aether sedikit mengenyit dan menolak menjawab. Yang dia pikirkan saat ini adalah dia merasa nafas archon geo dari sosok yang ada di hadapan nya.
Ekspresi Zhongli tiba-tiba berubah dingin dan dia memberanikan diri menyentuh dewa cahaya. "Jawab aku, Archon Elios."
Telapak tangannya menarik tangan Aether.
Untuk sesaat, Aether hampir diliputi amarah yang dingin dan ingin melakukan sesuatu yang mengerikan yang tidak dapat diubah
Aether berhenti sejenak sebelum menjawab dengan suara rendah dan serak: "Ya." Kemudian dia bertanya dengan tak terkendali, tertekan dan cemburu, "Lalu apakah kamu menyukaiku?"
Zhongli berpikir, selama dia menjawab "Ya", terlepas dari apakah jawabannya benar atau salah, dia tetap akan membenci dewa cahaya di hadapan nya.
Tanpa diduga, Zhongli menarik kembali tangan nya lalu mengeluarkan saputangan, mengusap jari-jarinya perlahan, dan menunjukkan senyuman tipis. "Aku tidak menyukaimu, tidak sama sekali. Yang paling aku benci adalah Dewa, terutama Dewa munafik seperti kamu. Di permukaan, kamu telah mengabaikan penderitaan rakyat dan terus bermain sebagai Tuhan sepanjang hidupmu. Faktanya, kamu hanya mendambakan iman dan hasrat keinginan. Biar ku tebak, Dewa Cahaya, kamu memiliki keinginan terhadapku benar?
Aether baru saja tenggelam dalam kegembiraan karena dia terpana ketika archon geo di depan nya berhasil menebak dirinya. Namun Aether tertegun oleh kalimat terakhir.
Aether memahami arti spesifik dari kata itu, tapi dia tidak menyangka kata itu muncul di sini. Rasa aneh muncul di hatinya. Perlahan Aether mengulurkan tangan mendekati Zhongli dan sebelum Aether bisa menjawab, Zhongli mengangkat tangannya, menampar tangan Aether dengan keras dengan saputangannya, dan tertawa kecil. "Saya menyarankan Anda untuk menghentikan ide yang tidak realistis ini. Saya datang ke sini bukan untuk mencari kekasih, tapi untuk menghujat para dewa. Jika saya disuruh memilih, aku hanya akan memilih tuan ku".
Zhongli mengangkat tangannya, melemparkan saputangan ke tubuh Aether seperti membuang sampah lalu menghilang dari udara tipis.
Aether membuka matanya dan melihat sapu tangan di tangan nya. Sambil mengelus saputangan Zhongli, dia berjalan menuju Gereja Cahaya tempat orang beribadah.
Entah bagaimana, begitu dia melangkah ke tempat ini, telinga dan matanya menjadi murni, dan semua keinginan yang merayap di benaknya seolah menghilang.
Aether masih bisa mencium aroma hasrat, tapi dia tidak bisa lagi merasakan manisnya. Dia tampak dimurnikan oleh suasana sakral di sini, dan bibir serta lidahnya kehilangan kemampuan untuk merasakan hasrat.
Aether untuk sementara melupakan segalanya, termasuk Zhongli.
Aether menutup matanya dan mengikuti nalurinya. Aroma nafsu berangsur-angsur tergantikan oleh aroma Glaze lily, dan senyuman Zhongli lambat laun menjadi milik setiap mukmin yang datang untuk berdoa. Dengan wajah sedih di wajah mereka, dia melewatinya. Dia bisa merasakan kepedihan di hati mereka dan bersimpati dengan apa yang telah mereka derita, tapi dia tidak mau membantu mereka, tidak sekali pun.
Keilahian tidak mengizinkan dia ikut campur dalam urusan duniawi.
Karena Tuhan tidak ada untuk menunjukkan belas kasihan kepada manusia.
Bagi manusia, memiliki dewa di dunia ini adalah kenyamanan terbesar.
Akhir dari ibadah adalah organ pipa yang menjulang tinggi ke dalam kubah. Organ pipa ini memiliki puluhan ribu pipa suara dan empat baris tuts berwarna hitam putih, berdiri bagaikan bangunan megah berwarna putih keperakan di tengah candi. Saat pemain organ memainkan organ ini, musiknya akan bergetar seperti banjir bandang, himne epik yang indah dan mengejutkan ini dapat didengar dua puluh kilometer jauhnya.
Dalam suasana seperti itu, Aether merasa sangat tenang.
Untuk sesaat, dia hampir berpikir bahwa dia bisa menghadapi semuanya dengan tenang, bahkan keinginan untuk memiliki Zhongli.
Namun dia tampaknya telah kembali ke keadaan aslinya tanpa ada keinginan.
Tanpa keinginan, seluruh dunia baginya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Matanya tidak akan lagi melihat individu, ia juga tidak akan memperlakukan individu dengan baik, ia juga tidak akan terjerumus ke dalam jurang emosi dan enam nafsu akibat berbagai godaan individu.
Selama dia mempertahankan ketenangan dan kesucian ini, dia bisa menjadi tidak bisa dihancur kan lagi, menemukan jati dirinya yang dulu, dan kembali ke posisi tertinggi sebagai Dewa Cahaya.
Tapi bisakah dia memiliki keinginan?
Di tangannya ada sapu tangan yang putih milik Zhongli yang merupakan jejak terakhir yang di tinggalkan sebelum kesadaran nya menghilang.
Entah apakah karena terkontaminasi suhu tubuhnya, tapi saputangan kecil dan lembut ini hampir sehangat dan sehalus kulitnya.
Aether memegang saputangan itu seolah-olah telah menyentuh kulitnya, atau bahkan... bibirnya.
Apakah bibirnya juga merasakan hal yang sama?
Begitu ide ini terlintas di benaknya, detik berikutnya, semua gambaran yang sengaja dia lupakan. membanjiri pikirannya, seperti api yang berkobar, menyita pikirannya tak terkendali.
Sementara itu ketika Zhongli membuka matanya Childe sudah berganti pakaian dan mengulurkan tangan kearahnya.
Childe mengira Zhongli tertidur ketika menunggu nya namun siapa yang tau bahwa saat tangan nya akan menyentuh wajahnya, Zhongli membuka matanya.
"Bagus sekali, Kau pikir kamu tertidur karna bosan menunggu ku."
"Tidak tuan saya hanya sedang memikirkan sesuatu."
"Seperti nya kamu terlalu banyak berpikir, saya harap itu bukan hal yang berhubungan dengan mengambil warisan Elektro, Hydro ataupun pyro."
"Sayangnya tidak tuan"
"Bagus, sekarang mari kita keluar".