Freen bersama dengan Nam terus berjalan menelusuri sepanjang koridor sekolah. Sepanjang perjalanan mereka pagi ini Freen hanya sedikit merespon gadis disamping nya yang terus mengoceh bak seorang anak kecil sedang menceritakan pengalaman pertama kepada sang ibu.
"Freen..kau tau? tahun ini kelas Musik dan kelas Dance menjadi taun bersejarah karna peminat yang melebihi batas! ohh.. aku sudah terlanjur masuk dikelas drama tapi kenapa gurunya wanita.." lanjut Nam pada Freen yang terdengar pembicaraan mulai berganti topik. Nam terlihat sexy dengan dua kancing kemeja seragam terbuka dan mengebulkan kedua payudaranya sedikit.
Kini Seorang wanita berpostur tinggi dengan balutan kemeja biru dan rok hitam selutut serta mengenakan kacamata hitam minus sedang berjalan melewati keduanya, kemudian menyapa salah satu dari kedua gadis itu.
"Pagi..nona Sarocha"sapa wanita itu dengan ramah sedangkan gadis yang disapa dengan nama nona Sarocha hanya tersenyum singkat kemudian berlalu memasuki kelas musik.
"Pagi.. guru Soul"sapa gadis sexy itu pada guru Soul yang mana akan menjadi guru dikelas Drama.
"Kau.. cepat masuk ke kelas, sekarang!"perintah guru Soul kemudian.
"Yak!apa dia tau aku berada dikelasnya"gumam gadis itu sambil menutupi sebagian wajahnya dengan sebuah buku ditangan kanannya.
"Hei Nam Orntara..salah satu murid dari kelas Drama! Benar itu?"guru Soul sedikit meninggikan suaranya pada gadis bernama Nam. Seketika Nam menurunkan bukunya dan sedikit menatap wanita itu dan ternyata guru Soul sedang menatap tajam kearahnya.
"Hehe.. baik guru Soul aku permisi"respon Nam dengan bersikap lembut pada guru Soul dan bergegas mendahuluinya segera menuju kelas Drama yang membutuhkan waktu, karna harus melewati dua ruang kelas.
Becca memasuki ruang kelas Dance dan disusul William yang juga ikut masuk. Becca balas menyapa senyum saat William duduk disampingnya karna menyapa gadis itu. Terlihat beberapa murid lain sudah masuk dan ruangan mulai dipenuhi siswa siswi. Guru Jirayu yang sebagai wali dikelas Dance pun datang dengan menyapa semua murid.
"Tidak diragukan lagi.. banyak sekali peminat dikelas kita maupun kelas musik"bisik William pada Becca. Gadis itu yang mengerti pun hanya melirik keadaan sekitar ruangan kemudian kembali kepada guru Jirayu yang memulai dengan gerakan tarian pemula.
Sementara didalam ruangan kelas musik guru Prin mulai memperagakan pelafalan lagu not pada semua murid kemudian memerintahkan semua murid mengikutinya. Namun terdengar beberapa nada falls sebagian lain. Guru Prin menghentikan notnya.
"Oke, tidak apa apa.. aku akan menjadikan empat bagian untuk kelas musik sekarang"seru guru Prin sambil meletakkan tongkat kecilnya dimeja kemudian menuntun semua murid menjadi empat bagian.
"Nah dari sini guru akan tau siapa dari kalian yang mampu mencapai not atau tidak"jelas guru Prin dan mulai menunjuk bagian satu dari sisi kirinya untuk melafalkan bunyi not kemudian beralih bagian kedua dan seterusnya.
Becky berjalan cepat memasuki toilet perempuan. Ia tidak mampu menahan cairan dikemihnya lagi. Setelah selesei Becky keluar dan melangkah menuju wastafel. Becky sedikit menaikkan satu alisnya saat melihat gadis disebelahnya dengan rambut terurai panjang hampir sepinggang dan setengah menunduk itu sedang mencuci tangan disebrang wastafel satunya. Ia sedikit mendengus samar kemudian segera mencuci kedua tangannya.
"Apa aku cukup mengejutkanmu Becky?"Suara gadis itu cukup familiar ditelinga Becky hingga Ia tertegun sejenak kemudian keduanya bertatapan lewat depan cermin wastafel. Sebuah tatapan tajam nan luka itu jelas tersorot dikedua bola mata gadis itu.
"Freen.." Lirih Becky membelalakkan kedua matanya mendapati gadis didepan cermin itu adalah Freen. Kemudian Becky sontak menggeser kakinya mundur saat menyadari Freen yang lebih dulu berdiri dihadapan Becky.
"Kau jahat Becky"suara tinggi Freen membuat Becky terkesiap dan melangkah mundur lagi namun baru selangkah kakinya bergerak, Ia hampir terpojok oleh dinding toilet. Sedangkan Freen kini lebih mendekatkan tubuhnya pada Becky keadaan itu terlalu dekat untuk ruangan yang tidak luas dan hampir membuat napas Becky sedikit sesak. Becky menelan ludahnya singkat saat wajah Freen sangat dekat dengan wajahnya bahkan hembusan napas Freen pun terasa diwajah Becky. Gadis itu segera memalingkan wajahnya dari Freen.
"Kenapa? Kau takut hm?"seringai Freen sambil menarik paksa dagu Becky untuk menatap kearahnya
"Lepas Freen.."tegas Becky sambil mendorong kedua bahu Freen cukup keras sampai Freen sedikit terhempas mundur.
"Ehem" suara dehaman gadis lain kemudian menyadarkan Freen dan Becky
"Maaf ruangan ini sepertinya cukup sempit untuk pertengkaran yang baru saja terjadi didepanku"seru gadis itu dan berjalan melewati tengah diantara keduanya. Freen mendengus kesal dan segera keluar dari toilet sedangkan Becky menghela napasnya sedikit lega.
"Kenapa Freen bisa sekolah disini? Bukankah dia sudah sekolah diparis sekarang"bathin Becky dengan pikiran yang bercampur bingung. Becky segera menepis pikiran yang terus muncul dibenaknya itu. Ia mulai melangkahkan kakinya keluar..
"Kau mengenal Freen?"gadis beralis coklat tebal itu menghentikan langkah Becky sambil membuang tissue bekasnya ditempat sampah. Namun respon Becky hanya menaikkan senyum dibibirnya singkat.
"Maaf.. dan bukan urusanmu"seru Becky dan meninggalkan toilet.
"Huh, menggemaskan"pikir gadis itu sambil menggigit bibirnya pelan.
Becky kembali memasuki kelas dan melihat sebagian murid sudah beristirahat sambil meneguk botol air putih milik mereka.
"Baiklah, waktu istirahat untuk kalian"jelas guru Jirayu pada semua murid dan meninggalkan kelas.
"Kau mau minum?"William menyodorkan botol miliknya yang masih terisi penuh, laki laki itu berwajah ceria dan manis tengah duduk disebelah Becky.
"Tidak Willy, aku juga membawa minumanku ditas"tolak Becky dengan sedikit tersenyum tipis.
"Apa ada yang sedang mengganggu pikiranmu?"pikir William menatap Becky sedikit heran dan Becky hanya diam menggeleng menanggapinya
"Oh ya, setelah ini kau ikut beladiri kan? Guru Mark akhir akhir ini sering mencarimu Becky"lanjut William
"Tapi jadwalku masih bertabrakan dengan parttimeku dicoffee shop Willy, akan aku usahakan lain kali" kata Becky kini meraih tas selempangnya dan beranjak dari tempat duduknya. Sedangkan willy sedikit mendongak menatap gadis itu
"Ingat Becky! Kau harus sering sering melatih beladirimu"jelas William dan Becky sedikit mengangkat satu tangannya dengan dua jari telunjuk dan jempol melingkar, menandakan siap. William yang menyaksikan itupun tersenyum mengerti.
"Kau mengenal gadis cantik itu Freen?"tanya gadis berwajah blesteran dengan alis coklat tebal dan bibir berwarna merah muda pada Freen. Mereka keluar bersama dari kelas musik.
"Apa kau tertarik padanya?"desis Freen sambil melipat kedua tangannya didada dan terus berjalan.
"Sedikit.. saat melihatnya ditoilet tadi"sahut gadis itu sambil terkekeh kecil namun Freen dengan raut wajah yang datar dan dingin itu menatap tajam kearah gadis itu.
"Ah Freen.. dia gadis itu! Buru buru sekali"gadis itu berseru senang saat mendapati Becky keluar dari kelas dance dengan langkah cepat seperti sedang terburu buru mengejar waktu. Mendengar itu Freen menoleh kearah Becky yang tidak jauh dari tempatnya.
"Mau kemana dia?"pikir Freen penasaran namun segera ditepis dari benaknya saat melihat William menyusul Becky dan mereka berjalan bersama.
Freen merebahkan punggungnya pada springbad besar dan lembut itu sambil menatap langit langit atap. Sementara gadis yang bersamanya tadi kini melangkah kecil menatap sekeliling kamar sepupunya itu dengan sedikit kagum. Luas dan berkesan mewah. Kamar asrama lain bahkan tidak bisa membandingi dua kali lipat kamar milik sepupunya tersebut.
Freen acuh tak acuh pada gadis blesteran itu didalam kamarnya. Freen kemudian meraih boneka taddybear kecil didekat harbord dan meremasnya pelan.
Flashback ON
"Aku tidak ingin lanjut sekolah diparis"seru Freen pada wanita paruh baya yang sedang duduk disofa ruang tamu sambil meneliti beberapa isi dokumen pekerjaan
"Jelaskan alasanmu Freen.." wanita itu mulai melepas kacamata emas minusnya dan menatap sejenak pada gadis yang menjadi cucu semata wayangnya. Kini Freen segera duduk disebrang sofa dekat sang nenek.
"Aku akan sekolah diKing arts of Dorm" jelas Freen serius
"Berarti, kau harus siap tinggal di Asrama"desak sang nenek juga serius. Tatapan tajam dan serius antara cucu dan nenek itu seakan ingin bertarung dan ingin memenangkan sebuah pertahanan.
"Aku sudah memikirkannya nek"ucap Freen terdengar bulat.
"Baiklah, itu tidak menjadi masalah..lagipula nenek mempunyai saham utama disekolah itu, dan nanti nenek atur tempat tinggalmu diasrama sekolah itu"respon wanita itu sambil kembali memasangkan kacamatanya segera melanjutkan aktivitas pekerjaannya. Freen sedikit tersenyum lega kemudian berjalan keluar menuju depan teras rumah yang bercat putih dengan kombinasi warna gold yang menambah kesan gagah dan mewah dikediaman rumah itu. Freen menghampiri seorang pria yang sedang membersihkan debu diantara kaca mobil majikannya.
"Pak Man.. kau yakin Becky sekolah disana?"tanya Freen dengan nada pelan menghampiri sopir pribadi neneknya.
"Benar nona Sarocha, dan nona Becky berada dikelas seni dance"jawab pria itu sambil terus menunduk.
"Aku percaya padamu pak Man.. aku tau pak Man begitu menyayangiku sejak kecil dan aku sudah menganggap pak Man seperti layaknya pengganti ayah bagiku"ucap Freen tersenyum menatap pria itu dan kini pak Man memberanikan diri menatap tuan putrinya dengan tatapan sedikit khawatir.
"Selagi pak Man bisa merahasiakannya, aku juga akan berhati hati"kata Freen yang membuat Pak Man menarik napasnya dan menyunggingkan senyum sedikit.
Flashback Off
.
.
.
BERSAMBUNG