SINAR

By Khasanahlulu

4.2K 131 16

(REVISI ULANG) ~Kamu adalah penerang dalam gelapku.~ More

[I] Awal
[II] Pesan Kosong
[III] Taman Pelangi
[IV] Pindah Rumah
[V] Teman Lama
[VI] Masa Lalu
[VII] Senyuman Manis
[VIII] Isyarat Musik
[IX] Geng RYM
[X] Nomor Tiga
[XI] Perkenalan Tokoh
[XII] Hyperthymestic Syndrome
[XIII] Pendekatan Pertama
[XIV] Pesan Beruntun
[XV] Terjebak Kegelapan
[XVI] Cerdas Cermat
[XVII] Isi Hati
[XVIII] Kamu? Dia?
[XIX] Perlakuan Kasar
[XX] Moment Kecil
[XXI] Toko Antika
[XXII] Sebuah Pernyataan
[XXIII] Balas Dendam
[XXIV] Penebar Kebencian
[XXV] Daya Ingat
[XXVI] Penyesalan Lagi?
[XXVII] Peraturan Bodoh
[XXVIII] Satu Kepercayaan
[XXIX] Party Time
[XXX] Jangkauan Seseorang
[XXXI] Harapan Manusia
[XXXII] Berusaha Mendekat
[XXXIII] Salah Paham
[XXXIV] Rasa Sakit
[XXXV] Kepingan Memori
[XXXVI] Sedikit Harapan
[XXXVII] Kejadian Sebenarnya
[XXXVIII] Kebohongan Umum
[XXXIX] Dua Pilihan
[XL] Kamu Menghilang
[XLI] Menjadi Asing
[XLII] Orang Ketiga
[XLIII] Dream Catcher
[XLIV] Bermain Peran
[XLV] Takdir Tertulis
[XLVI] Benci Kamu
[XLVII] Memulai Perkelahian
[XLVIII] Tindak Kekerasan
[XLIX] Memanipulasi Pikiran
[L] Rahasia Terkuak
[LI] Rumus Kehidupan
[LII] Mudah Terhasut
[LIII] Menahan Rasa
[LIV] Lagu Untukmu
[LV] Kesempatan Kedua
[LVI] Sulit Dimengerti
[LVII] Masih Bertahan
[LVIII] Gosip Murahan
[LX] Berpura-pura
[LXI] Dia Berkhianat
[LXII] Aquarium Date
[LXIII] Harga Diri
[LXIV] Bukti Langsung
[LXV] Deja Vu
[LXVI] Tempat Rahasia

[LIX] Omong Kosong

41 1 0
By Khasanahlulu

>>>

Bukan dia yang mengucapkan omong kosong, hanya saja kamu tidak ingin mempercayainya.

>>>

Sindy membawa beberapa buku tulis milik teman sekelasnya, dia diminta untuk mengumpulkan semua PR ke ruang guru. Karena bukunya menumpuk, Sindy kesulitan untuk berjalan dan melihat ke depan. Namun, sebuah tangan muncul dan merebut semua buku yang Sindy bawa. Cowok itu tersenyum melihat Sindy yang sedikit terkejut.

"Selamat pagi." Sapa Devka dengan ramah.

"Dev, siniin bukunya."

"Biar aku aja yang bawa. Ayo." Devka berjalan lebih dulu, Sindy terpaksa mengikuti dari belakang. Walau bagaimanapun, tugasnya adalah memastikan semua buku itu terkumpul dimeja wali kelasnya.

"Yang mana meja nya?"

"Itu disana." Tunjuk Sindy pada meja diujung ruangan.

"Makasih ya."

"Hm." Devka mengangguk sambil mengelus puncak kepala Sindy pelan.

Setelah menyimpan bukunya diruang guru, Devka berjalan beriringan dengan Sindy menuju kelas.

"Kamu gak nunggu aku jemput karena piket pagi?" Tanya Devka, pasalnya mereka berdua memang sering berangkat sekolah bersama. Tapi tadi pagi, Sindy berangkat lebih awal untuk beberapa alasan.

"Iya."

"Kata Raffa, kemarin kamu cari aku ke basecame?"

"Iya."

"Kenapa? Ada masalah?"

"Gak papa."

"Beneran?"

"Hm."

"Aku kemarin langsung pulang ke rumah. Maaf ya gak ngabarin kamu, hape aku lowbatt. Karena cape, habis itu aku langsung tidur."

"Iya gak papa kok."

"Kamu gak marah kan?"

"Engga."

"Aku ada salah lain sama kamu?"

"Gak ada."

Devka beralih menghadang jalan Sindy, sekarang mereka berdua berhadapan satu sama lain.

"Kalo gak ada kenapa aku ngerasa kamu menghindar dari aku?"

"Itu cuma perasaan kamu aja."

"Liat, kamu bahkan gak natap mata aku sama sekali dari tadi kita bicara."

Kini Sindy beralih menatap mata Devka. Memang benar, sejak tadi Sindy berbicara dan terus melihat kedepan.

"Maaf."

"Kamu kenapa?"

"Gak papa kok, aku cuma kecapean aja."

Tentu saja Sindy beralasan.

"Ya udah, nanti pulang sekolah kamu istirahat aja ya. Kita jalan nya besok lagi aja."

"Kalo kita gak jadi jalan, kamu mau kemana?"

"Aku? Mungkin istirahat juga dirumah. Kenapa? Kamu takut aku pergi jalan sama cewek lain?"

"Engga."

"Itu gak akan pernah terjadi, jadi jangan khawatir ya."

"Hm."

"Sebentar lagi bel. Aku duluan."

Devka melambaikan tangannya sambil tersenyum lalu pergi lebih dulu menuju kelas, Sindy pun berbelok masuk ke kelasnya.

***

Devka bilang ada kumpulan OSIS, jadi dia tidak bisa istirahat bersama. Sekarang Sindy sedang makan dikantin dengan ketiga sahabatnya. Saat sedang asyik menyantap makanan, ponsel Sindy bergetar menandakan pesan masuk.

Anonim
-take a picture-

Sindy melihat foto yang baru saja masuk ke ponselnya, entah itu editan atau bukan setelah melihat foto itu Sindy beranjak pergi tanpa mengucapkan apapun kepada ketiga sahabatnya. Dan itu membuat mereka bingung, bahkan panggilan dari Acca dihiraukannya.

Sindy bergegas menuju suatu tempat, menghampiri orang yang Sindy yakini sebagai pengirim foto tadi.

Kebetulan sekali orang itu sedang berada dikelasnya, sendirian.

"Lo yang kirim ini?" Tanya Sindy memperlihatkan foto itu.

Cewek itu melirik ke kanan dan kirinya, bukan karena salah mengira Sindy berbicara dengan orang lain. Melainkan memastikan bahwa pertanyaan Sindy barusan tidak didengar siapapun.

"Kak Sindy tahu nomor aku?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Maksud lo apa kirim foto itu?"

"Supaya kak Sindy tahu, kalo kak Dev bukan cowok baik-baik."

"Maksud lo?"

"Kak Sindy harus percaya sama aku. Orang lain juga udah tahu kalo kak Dev sering jalan sama cewek lain, tapi mereka gak berani ngomong karena di ancam."

"Diancam?"

"Iya, cowok-cowok yang dekati kak Sindy sebelumnya dihajar sama kak Devka. Aku beraniin kasih tau kak Sindy karena kasihan, kak Sindy mengingatkan aku sama diri aku sendiri. Jangan mau dibodohi sama cowok brengsek kaya dia."

"Gak usah ngarang, foto itu juga lo edit sendiri kan?"

"Engga, aku mana bisa edit foto."

"Jadi maksud lo, gue harus percaya semua omongan lo?"

"Itu sih terserah kak Sindy, aku cuma gak mau orang sebaik kak Sindy jadian sama cowok kaya dia."

"Oke, sekarang kasih tau gue siapa aja cewek yang sekarang dekat sama Devka?"

Sindy mencoba mengalah, ingin mendengar lebih banyak apa yang akan disampaikan Nayla, adik kelasnya.

Nayla tampak berpikir, takut salah bicara. Foto yang dia kirim sebelumnya memperlihatkan Devka yang sedang berpegangan tangan dengan cewek lain.

"Kalo aku bilang, kak Sindy akan percaya?"

"Tergantung, omongan lo masuk akal atau engga."

"Foto yang aku kirim diambil kemarin malam, aku gak ngikutin kak Devka kok, kebetulan aja dia ada diseberang. Jadi langsung aku foto, karena kalo tanpa foto kak Sindy gak akan percaya semua omongan aku."

Bahkan sampai sekarang pun Sindy masih tidak ingin percaya.

"Lo tahu Devka punya kembaran?"

"Engga, emang punya?" Tanya Nayla penasaran.

"Punya, namanya Deka. Dan semua yang lo liat itu kembarannya, bukan Devka."

"Kak Sindy yakin itu kembarannya?"

Sindy diam, yakin tidak yakin tapi itu yang dikatakan Devka. Jika suatu hari dia melihat Devka bersama seorang perempuan, Devka pernah memberitahunya jika itu pasti Deka kembarannya. Dan hal itu yang Sindy yakini sampai saat ini.

"Kenapa gue harus gak yakin?"

"Kak Sindy bisa buktiin sendiri kalo emang aku salah. Aku sih yakin kalo itu kak Devka." Ucap Nayla keras kepala.

"Kalo gitu kasih tahu gue siapa cewek didalam foto itu?"

"Namanya Zara, cewek itu yang waktu aku bilang dibonceng kak Devka naik motor."

"Zara? Lo tahu dari siapa namanya Zara?"

"Kak Devka pernah panggil namanya satu kali. Kak Sindy tau sama cewek nya?"

"Engga." Tentu saja Sindy tahu, cewek yang membuat Devka memohon agar diberi kesempatan karena ketahuan jalan berdua dengannya.

"Terus yang pas ditoilet, aku juga sengaja ngomong itu karena tau kak Sindy ada didalam. Tapi yang aku omongin sama temen aku itu beneran terjadi, kak Devka peluk cewek diperkemahan."

"Siapa? Cewek itu juga Zara?"

"Bukan kak, beda orang."

Sindy merotasikan bola matanya jengah, lalu menghela nafas pelan.

"Jadi maksud lo Devka selingkuhi gue bukan sama satu orang?"

Sungguh tidak masuk akal.

"Iya, karena itu kenyataannya."

"Oke, anggap aja gue percaya sama semua omongan lo. Terus mau lo apa sekarang? Gue putus sama Devka?"

"Iya." Jawab Nayla tanpa ragu.

Sindy tersenyum tipis, "Kalo gitu, gue punya ide. Tapi lo harus bantu gue cari tau siapa cewek yang Devka temui di perkemahan."

Nayla menggangguk paham.

***

Sindy membeli nomor baru untuk melancarkan ide gilanya, dia akan pura-pura menjadi Lani. Cewek yang Devka temui di perkemahan.

Menurut info yang Sindy dengar dari Nayla, Lani bersekolah di SMA Antariksa dan sudah mempunyai pacar disana. Lalu kenapa cewek itu memeluk Devka? Kenapa mereka berdua melakukan itu padahal sudah punya pasangan masing-masing? Apakah manusia memang sulit untuk bersyukur atas apa yang mereka punya saat ini?

Namun, Devka yang Sindy kenal tidak mungkin seperti itu. Devka yang Sindy kenal selalu berkata bahwa dia bersyukur memiliki Sindy, cowok itu selalu memperlakukan Sindy dengan istimewa, seperti saat ini. Sindy diminta untuk bertemu didepan rumahnya, cowok itu menghampiri Sindy dengan membawa boneka beruang cokelat besar seukuran dirinya.

Sindy tersenyum sangat lebar melihat Devka bersembunyi dibalik boneka itu, ketika sudah dekat cowok itu memberikan bonekanya dengan senyuman hangat.

"Buat kamu." Ucapnya.

Sindy menerimanya.

"Kamu suka?" Tanyanya.

"Suka." melihat Devka yang selalu berusaha memberikan kebahagiaan untuknya, membuat Sindy tersentuh.

Dileher boneka beruang besar itu tersemat pita yang lumayan besar, ketika Sindy melihat ujung pita itu ternyata ada inisial namannya disana. Inisial S dibuat dengan rajutan.

Devka melihat itu dan tersenyum, "aku jahit sendiri inisialnya, khusus buat kamu."

Tentu saja tidak serapih itu jika dilihat secara dekat, tapi Devka terlihat sangat bangga dengan hasil karyanya. Dan Sindy sangat menghargai itu.

"Sebenarnya tadi aku dilihatin orang-orang karena bawa boneka besar, tapi karena kamu suka sama boneka nya. Aku jadi gak masalah kalau harus nahan malu."

Sindy tertawa, "Padahal kamu gak harus bawa yang paling besar, boneka kecil kan ada."

"Boneka kecil gak bisa kamu peluk, aku kasih boneka besar biar kamu bisa peluk sepuasnya. Bayangin aja itu aku." Devka tersenyum jahil.

"Apa sih Dev." Sindy memukul pelan bahu Devka.

"Kalau gitu aku pulang ya."

"Secepat itu?"

"Kamu kan harus istirahat, nanti besok aku jemput. Kamu gak piket kelas kan?"

Sindy mengangguk. "Terus sekarang kamu mau kemana?"

"Pulang ke rumah, memangnya kemana lagi?"

"Gak ke basecamp?"

"Engga, aku juga kayanya mau istirahat."

"Hm, kamu udah berhenti ngerokok kan?" Sindy bertanya memastikan, awalnya dia tidak menyangka Devka melakukan itu. Tapi ketika Sindy tahu dan bilang tidak suka, Devka pun berhenti merokok demi cewek itu.

"Iya, sayang. Aku gak akan ngelakuin hal yang kamu gak suka. Aku kan udah janji sama kamu."

"Makasih ya, hati-hati dijalan." Sindy melambaikan tangannya pada Devka. Cowok itu  memakai helm nya dan berlalu pergi, menggunakan motor ninja nya yang sudah selesai di reparasi.

Sindy masuk ke dalam rumahnya, naik ke lantai atas dan pergi menuju kamar. Bonekanya dia simpan di atas kasur, kemudian Sindy membuka nakas, terdapat satu buah ponsel baru siap pakai.

Apakah dia benar-benar harus melakukan ini? Berpura-pura menjadi cewek lain dan melihat respon dari Devka?

Setelah menuliskan nama Lani sebagai nama pengguna diponselnya, Sindy memasuki ruang obrolan bersama Devka yang masih kosong. Satu-satunya nomor yang Sindy simpan di ponsel barunya.

Lani
Selamat malam

Read

Setelah beberapa menit pesan terkirim, Devka hanya membaca pesan itu.

TBC

Thanks for reading..💖

Jangan lupa tinggalkan jejak!
vote dan comment..

Senin, 17 Juni 2024

Terimakasih.
Khasanahlulu

Continue Reading

You'll Also Like

785K 45.3K 52
FOLLOW SEBELUM BACA! NOVELNYA SUDAH ADA DI SHOPEE Akunnya : Storebooks07 _________________________ "Lepasin jilbab lo!" teriak Agra kesal "Lepasin...
171K 20.3K 25
Setiap orang pasti punya pernikahan impian bukan? Bandung, 31 Maret 2020 Bismillah. Mulai nulis lagi. Semangat! Harus selesai! Harus konsisten! K...
310K 29.1K 25
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] (PART MASIH LENGKAP, RINGAN KONFLIK.) SAYA MENANTANG KALIAN BACA CERITA INI. Agatha nggak punya Mama. Agatha nggak punya Pa...
2.2M 109K 62
📌Sudah terbit jika ingin memesannya bisa langsung hubungi saya Karin seorang ibu muda, ia hamil disaat umur 18 tahun karena suatu kejadian yang memb...